Prilly sedang membersihkan dirinya ketika Ali menghubungi Tantenya untuk menanyakan perihal Miranda. Jujur, dia masih belum bisa memaafkan Miranda yang menampar Prilly.Apa haknya wanita itu menampar Prilly sampai membuat sudut bibir kekasihnya itu membiru?
Dan satu lagi kenapa Miranda bisa mengakui dirinya sebagai calon istri Ali untung saja Prilly bukan tipe perempuan yang memilih pergi dengan membawa kesalahpahaman tanpa memberi kesempatan untuk dirinya menjelaskan.
Ali bersyukur kekasihnya masih memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Ali tidak bisa membayangkan jika dirinya terlambat datang mungkin saat ini dia sedang kelimpungan mencari Prilly.
Ah, untung saja.
"Miranda dimana Tante?" Tanyanya dengan suara datar seperti biasa. Ali sangat menyayangi Tantenya demi Tuhan tapi dia tidak menyukai sikap Tantenya yang terlalu suka mencampuri urusannya seperti menjodohkan dirinya dan sekarang berniat mendekatkan dirinya dengan Miranda padahal sudah berbusa mulut Ali ketika menjelaskan jika dirinya hanya mencintai satu orang gadis dan sekarang gadis itu sedang membersihkan diri di kamarnya.
"Miranda tidak pulang ke rumah sejak pamit ke apartemen kamu tadi pagi."
Ali menghela nafasnya. "Tolong katakan pada Miranda untuk tidak sembarangan masuk ke apartemenku apalagi kamarku. Aku tidak suka wilayahku dimasuki orang luar." Ali sengaja menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya supaya Tantenya tahu jika dia benar-benar benci orang-orang yang memasuki daerah kekuasaannya -kamarnya-.
"Ada apa Ali? Kenapa kamu semarah ini memangnya apa yang Miranda lakukan?"
Ali mengabaikan nada kekhawatiran Tantenya namun mulutnya tetap bergerak menjawab pertanyaan sang Tante. "Dia hampir saja membuatku kehilangan lagi Tante." Suara Ali sedikit berubah, perasaannya seketika berubah sentimentil jika berhubungan dengan Prilly.
Di seberang sana Dewi juga merasakan perubahan dalam suara keponakannya namun dia memilih diam membiarkan Ali kembali bersuara.
"Besok tolong luangkan waktu untukku Tante, ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu." Ali kembali bersuara kali ini suaranya kembali normal seperti biasa, datar.
"Siapa?"
"Seseorang yang sangat berharga untukku." jawab Ali, senyum kecil seketika tersungging di bibirnya saat melihat Prilly keluar dari kamarnya. Dia ingin kembali bergelung bersama kekasihnya jadi dia memutuskan untuk mengakhiri sambungan telepon dengan Tantenya.
"Sudah ya Tante. Tunggu kami besok."
Tut..
Ali melemparkan ponselnya ke sembarang arah dan untung saja benda pipi berharga puluhan juta itu mendarat ke arah sofa. Prilly menahan nafasnya ketika melihat Ali begitu gampang melemparkan benda semahal itu.
"Nggak boleh loh Ai barang dilempar-lempar seperti itu kalau rusak gimana?" Kata Prilly sambil berjalan mendekati Ali yang sudah duduk manis di atas karpet tebal di depan tv.
"Beli lain dong Sayang." Katanya dengan raut wajah jenaka.
Prilly berdecak pelan, pria ini selalu saja punya jawaban jika sudah dia tegur. Seperti tadi ketika Prilly menegur sikap Ali yang semena-mena menyerahkan surat pengunduran dirinya lalu memperkerjakan dirinya sebagai sekretaris dan dengan santainya Ali menjawab.
"Ya anggap aja aku sedang meminimalisir orang ketiga dalam hubungan kita."
Menurut Prilly jawaban itu tidak nyambung sedangkan menurut Ali sangat nyambung karena apa?
"Karena selain aku butuh sekretaris aku juga berusaha mendekatkan kita Sayang. Coba kamu bayangkan kita baru saja berjumpa, kamu kerja aku kerja ditambah aku harus memperkerjakan seorang sekretaris dan kamu pasti tahu kelanjutan seperti apa yang akan aku ceritakan."
Perselingkuhan antara sekretaris dan bosnya. Prilly sedikit banyak merasa ngeri juga, terlebih ketika melihat pengalaman buruknya dengan Pak Adnan mantan atasannya. Apalagi jika atasannya setampan dan segagah Ali, Prilly yakin hanya wanita bodoh yang menolaknya.
Dan setelah berfikir masak-masak akhirnya Prilly menerima tawaran Ali dan mulai besok Prilly akan bekerja di kantor pria itu.
"Kamu nggak mau cemilan biar aku ambilkan kalau kamu mau Ai?" Prilly sudah bergabung bersama Ali.
Ali menggelengkan kepalanya. "Masih kenyang Bie."
"Ya?" Prilly sedikit terkejut ketika Ali memanggilnya dengan panggilan Bie.
"Aku mau manggil kamu Bie nggak apa-apa kan?" Tanya Ali yang kini memusatkan perhatiannya sepenuhnya pada wanita pujaannya.
Prilly menggelengkan kepalanya. "Nggak kok manis juga kedengarannya." Kata Prilly sebelum merilekskan duduknya di sisi Ali.
"Oh ya, aku berencana besok ngajak kamu ketemu Tanteku."
Prilly membulatkan matanya. "Kok cepet banget Ai?" Tanyanya gugup.
Ali menaikkan sebelah alisnya. "Kamu nggak lupa dengan lamaranku yang sudah kamu terima kan Bie?"
"Ya enggak cuma..ya maksudnya apa nggak terlalu cepat Ai?"
Ali menghela nafasnya sebelum menarik lembut tubuh Prilly untuk bersandar pada tubuhnya. "Nggak ada kata terlalu cepat untuk berbuat baik Bie. Niat baik -menikah- memang harus di segerakan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." Ali menjelaskan panjang lebar. "Dan dalam kasus kita mau tidak mau kita harus mengakui kalau kita terutama aku sudah berbuat terlalu jauh." Ali memang tahu apa yang terjadi pada mereka kemarin murni karena kesalahan Adnan tapi Ali tetap ingin kejadian seperti itu tidak terulang lagi karena sebagai laki-laki yang mencintai Prilly dia tentu ingin memperlakukan Prilly dengan lebih baik.
Maksudnya dalam ikatan pernikahan.
Prilly memejamkan matanya menikmati ritme detak jantung Ali yang lumayan kencang namun bagai melodi indah di telinga Prilly. Tangannya terangkat untuk menyentuh dada Ali dengan sentuhan lembutnya.
Dia tahu kekasihnya masih belum bisa melepaskan dirinya dari belenggu bernama rasa bersalah meskipun berkali-kali sudah Prilly katakan dia tidak apa-apa.
Dan untuk mengurangi rasa bersalah Ali akhirnya dia menyetujui usulan Ali toh cepat atau lambat mereka tetap akan menikah karena menikah dengan Ali adalah cita-cita Prilly sejak dulu.
"Mau ketemu dimana Ai?" Prilly sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap Ali.
Ali menundukkan kepalanya, menatap kekasihnya lama sebelum mengecup kening Prilly lumayan lama. "Kamu tidak merasa tertekan dengan permintaan ku ini kan Bie?"
Prilly masih memejamkan matanya menikmati sisa kecupan Ali di keningnya. "Tidak sama sekali Ai." Senyum tulusnya seketika terbit kala matanya terbuka dan langsung bertubrukan dengan mata tajam Ali.
Tangan Prilly terangkat menyentuh sisi wajah Ali. "I love you."
Senyum Ali seketika mengembang lebar. Dengan cepat dia lumat bibir kekasihnya namun sebelum itu dengan sepenuh hati Ali membalas ungkapan cinta Prilly.
"I love you so much Bie."
*****
Halo semuanya, po pdf cerita ini aku buka ya harganya 55k + gratis 1 pdf cerita aku yang lain.
Bagi yang berminat silahkan list ke wa ya 081321817808
Po cuma 3 hari ya say..
Terima kasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Cinta
RomanceCerita baru setelah My Destiny, jangan lupa dibaca yaaa...