Ali mempercepat langkahnya ketika mendengar suara langkah kaki di belakangnya dia tahu Prilly tidak akan mungkin melepaskan dirinya.Tolong jangan ikuti dirinya!
Ali berusaha memperlihatkan gestur santai meskipun wajahnya terlihat begitu tegang namun Ali selalu bisa menguasai dirinya dengan baik. Ali tidak akan memperlihatkan kegundahan yang sedang merajai hatinya pada siapapun termasuk Prilly.
Ah, Ali bersyukur sangat bersyukur jika Prilly baik-baik saja, andai dia bisa mungkin sudah dia rengkuh gadis itu ke dalam pelukannya menikmati setiap jengkal kulit halus dan juga wajah cantik gadis itu.
Prilly sangat cantik, gadis pujaannya tumbuh menjadi sosok wanita yang begitu cantik dan Ali harus semakin menekan keinginan dirinya untuk memiliki gadis itu. Tidak, dia tidak ingin menyeret Prilly ke dalam pusara masalah yang terus menggelayuti hidupnya.
Prilly berhak mendapatkan pria yang bisa membuat dirinya bahagia bukan pria hasil hubungan gelap seperti dirinya. Prilly tidak akan bahagia jika bersama dirinya, dia tahu itu.
"Ai.."
Mendengar panggilan itu sontak membuat langkah kaki Ali terhenti, dia seperti dipaksa untuk kembali terlempar ke masa lalu di mana di hari pertemuan terakhir dirinya dan Prilly.
"Mama kamu beneran mukul kamu sampai kayak gini?" Prilly kecil yang ceriwis sangat berbanding terbalik dengan Ali yang cenderung lebih pendiam.
Ali kecil hanya menganggukkan kepalanya sambil mengepalkan tangannya ketika sengatan rasa sakit terus menjalari punggungnya yang terluka.
Ali lagi-lagi berhasil lolos dari siksaan istri Ayahnya. Kali ini punggung Ali yang menjadi sasaran keganasan wanita itu, Wika melampiaskan kemarahannya pada sang suami dengan mencambuk punggung kecil Ali hingga punggung kecil itu terluka lumayan parah.
Kulit punggung Ali terkoyak akibat cambukan itu dan lagi-lagi Prilly yang mengobati dirinya. Hanya Prilly tempat Ali berlari dan memperoleh ketenangan.
"Mama kamu jahat banget sih? Kayak Ibu aku tapi aku wajar kan Ibu tiri makanya Ibu lebih sayang sama Kak Jingga dari pada aku, ya kan Kak Jingga anak kandungnya sedangkan aku anak Bapakku doang." Cerocos Prilly yang membuat sudut bibir Ali tertarik membentuk senyuman geli.
Inilah yang selalu dia sukai ketika bersama Prilly, kecerewetan gadis ini membuat dunianya yang muram menjadi lebih cerah. Ah, bahkan dia rela jika selama sisa hidupnya dia harus mendengarkan kecerewetan gadis ini.
Namun semuanya harus lenyap ketika Ibu tiri Prilly datang dan menyeret gadis itu pulang sambil terus memaki anak tirinya yang dia larang berteman dengan gembel. Ibu tiri Prilly tidak tahu saja siapa sebenarnya Ali ini biarpun anak haram tapi darah pengusaha sekelas Agung Sandoko mengalir deras dalam nadinya.
Ali tidak dapat berbuat banyak ketika rasa sakit di punggungnya menahan langkahnya untuk membantu Prilly yang terus menjerit memanggil namanya ketika sang Ibu tiri menyeret gadis itu tanpa ampun.
"Ai.."
Ali tersentak ketika merasakan sentuhan lembut di lengannya. Demi Tuhan, dia sangat mengenali kelembutan Prilly bahkan setelah belasan tahun mereka berpisah.
Namun dengan kesadaran penuh Ali memilih menyentakkan tangan Prilly dari lengannya.
"Anda salah orang Nona, saya Ali bukan Ai seperti yang kamu sebutkan."
Prilly menatap tangannya yang baru saja disentak oleh Ali. "Aliandra benar kamu kamu Aliandra tapi aku yang selalu memanggil mu Ai." Prilly berusaha membesarkan hatinya, dia tidak boleh sedih wajar Ali bersikap seperti ini mereka sudah tidak saling bertemu lebih dari 10 tahun.
Dengan gestur santai Ali memasukkan sebelah tangannya ke saku celana kain yang dia kenakan lalu menatap Prilly dengan tatapan remeh.
"Anda salah orang Nona." Katanya lagi dengan seringai yang membuat Prilly muak.
Dia yakin ini Ali. Pria sombong di depannya ini Ali. Tapi bagaimana dia harus membuktikannya?
**
"Jangan mengikuti ku Nona!" Ali kembali berbalik dan menghardik gadis mungil yang tak kunjung berhenti mengikuti langkahnya.
"Nggak! Sebelum kamu benar-benar mengakui jika kamu itu Ai!" Prilly masih sekeras kepala dulu ternyata. Bathin Ali mendesah lelah.
"Aku bukan Ai! Berapa kali aku harus mengatakannya hah?!" Akhirnya kesabaran Ali habis dan dia kelepasan membentak Prilly hingga membuat gadis itu memundurkan langkahnya.
Maafkan aku!
Ali masih berusaha mempertahankan ekspresi bengisnya yang selama ini mampu membuat lawannya bergetar karena intimidasi yang kuat darinya.
"Ja..jangan membentakku." Prilly berkata dengan terbata-bata sambil melangkah mendekati Ali dan memegang lengan pria itu dengan tangan bergetar.
Ali mengigit kuat lidahnya, dia lupa satu hal jika gadis pujaannya paling tidak bisa dibentak apa lagi oleh dirinya.
"Menjauh dariku!" Ali masih mempertahankan kewarasannya di saat hatinya mulai berontak menyuruhnya untuk segera memeluk gadis pujaannya ini.
Gadis yang selama belasan tahun ini selalu menghiasi mimpinya. Prilly masih seindah dulu.
Prilly menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan begini Ai!" cicitnya penuh permohonan.
Ali memejamkan matanya dia tidak mungkin mempertahankan kewarasannya lagi jika Prilly sudah mengiba seperti ini, mata madu itu adalah kelemahan Ali.
Jadi dengan sisa kewarasannya Ali kembali menyentakkan tangan Prilly yang nyaris membuat gadis itu tersungkur.
Biarkan! Biarkan dia membencimu Ali kau harus membuat semuanya lebih mudah!
Mengabaikan kekhawatirannya Ali kembali berkata dengan suara dinginnya. "Jangan menyentuh tubuhku dengan tangan kotormu Nona! Kau tahu aku paling benci pada wanita sok lemah sepertimu padahal itu hanya trik untuk memikat pria kaya sepertiku. Benar bukan? Caramu terlalu mudah untuk dibaca Nona." Ali menyeringai penuh ejekan pada Prilly yang sudah mematung di depan Ali.
Jadi Ali menganggapnya hanya sebagai perempuan penggoda?
Ali atau Ai-nya melihat semua yang dilakukan oleh dirinya saat ini tidak lebih dari sebuah trik untuk menjerat pria kaya? Serendah itu kah?
"Jadi No-- Baiklah Tuan sepertinya saya memang salah orang." Prilly terlebih dahulu memotong perkataan Ali hingga membuat pria itu bungkam.
Prilly tersenyum lebar namun matanya menunjukkan betapa hancurnya hatinya saat ini. Dan itu membuat tenggorokan Ali seperti tersangkut sesuatu yang keras hingga menimbulkan rasa sakit yang membuat dia kesusahan bahkan untuk sekedar menghela nafasnya.
"Anda benar Tuan, Ai-ku tidak mungkin memiliki pikiran selicik Anda. Ai-ku pria yang baik dan pria yang baik tidak akan memandang rendah seorang wanita." Prilly membungkukkan sedikit badannya. "Maaf atas kelancangan saya dengan menyentuh tubuh suci Anda dengan tangan kotor saya. Permisi Tuan."
Prilly langsung berbalik meninggalkan Ali yang mengepalkan kedua tangannya.
Sialan!
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Cinta
RomanceCerita baru setelah My Destiny, jangan lupa dibaca yaaa...