Bab 31

3.3K 386 17
                                    


Prilly membiarkan Ali mengompres sudut bibirnya yang membiru akibat tamparan yang dia terima.

"Ini Miranda kenapa bar-bar kayak gini sih." Ali tak henti-hentinya berdecak lantaran kesal karena Miranda menyakiti kekasihnya.

"Dia siapa?" Prilly masih belum sepenuhnya percaya jika Miranda bukan calon istri Ali.

"Adikku tepatnya anak angkat Tante Dewi adik almarhum Ibuku." Jawab Ali tanpa mengalihkan pandangannya dari sudut bibir Prilly.

"I..ibu kamu? Maksudnya Mama kamu?" Prilly merasa janggal ketika Ali menyebut Ibunya seolah wanita itu berbeda dengan wanita yang dia panggil Mama.

Ali menghela nafasnya. Matanya kini beralih menatap Prilly dengan tatapan sendu. "Kamu masih belum terlalu mengenal aku Sayang." Kata Ali yang disetujui oleh Prilly.

Mereka terlalu lama berpisah hingga banyak yang mereka lewatkan dan ketika bersama dulu mereka masih terlalu kecil untuk memahami kemelut masalah orang dewasa.

"Aku anak haram Papa."

"Ya?!" Prilly tidak bisa menutupi keterkejutannya.

Ali tersenyum miris tangannya bergerak menjauhkan kain yang dia gunakan untuk mengompres Prilly meletakkan kain itu ke dalam wadah berisi air yang dia letakkan di atas meja.

Sekarang mereka berada di ruang santai apartemen Ali. Prilly masih menatap Ali dengan mata membulat sedangkan Ali sudah mengalihkan pandangannya dia lebih memilih menatap wadah berisi air itu daripada Prilly.

Dia tidak sanggup menerima tatapan kasihan dari siapapun apalagi dari Prilly. Rasanya terlalu menyakitkan dan menyedihkan.

"Mama yang kamu sebutkan itu bukan Ibu kandungku." Ali kembali bersuara. "Ai..jangan ceritakan apapun jika dengan bercerita kamu kembali memgulik luka lama kamu." Prilly mengusap lembut lengan Ali.

Ali menoleh menatap Prilly dengan mata berkabut luka. "Tidak apa-apa Sayang. Kamu kekasihku calon istriku tentu kamu berhak mengetahui semuanya Sayang." Kata Ali sambil mengangsurkan senyum teduhnya yang terlihat sekali dipaksakan.

Prilly mendekatkan dirinya kearah Ali lalu memeluk erat bahu kekasihnya. Ali begitu nyaman bersandar di dada Prilly. Bergelung lembut menikmati kehangatan yang Prilly berikan untuknya.

"Ibuku meninggal dunia sebelum aku diajak Papa ke rumah istri sahnya." Ali mulai bercerita. "Dulu aku sempat berfikir jika wanita itu -Wika- adalah pengganti ibuku yang dikirimkan Tuhan supaya aku tidak kesepian terlebih di sana aku mempunyai saudara." Ali mulai mengisahkan bagaimana kehidupan masa kecil nya yang tidak diketahui oleh Prilly.

"Papa yang terpukul karena kematian Ibu memilih menyingkir meninggalkan aku di sana dan ya seperti yang kamu ingat di sana alih-alih mendapat kasih sayang aku justru menjadi korban pelampiasan sakit hati wanita itu karena suaminya berselingkuh hingga menghasilkan aku." Ali menelan kepedihan kala bayangan bagaimana Wika menyiksa dirinya kembali berputar di kepalanya.

Ali mengeratkan rengkuhannya pada tubuh kekar Ali. Bibirnya melabuhkan sebuah kecupan di kening Ali supaya Ali tahu jika pria itu tidak sendirian.

"Maafin aku Ai."

Ali mendongakkan sedikit kepalanya supaya bisa menatap Prilly yang juga sedang menunduk untuk menatapnya. "Maaf untuk apa Sayang?"

"Karena nggak berada di sisi kamu di saat kamu melalui masa-masa sulit." Kata Prilly penuh penyesalan.

Ali tersenyum lembut sebelum menyusupkan kembali kepalanya ke dada Prilly. "Aku nggak mau ingat masa lalu lagi karena yang terpenting itu sekarang." Ali mengeratkan pelukannya pada pinggang Prilly. "Sekarang dan untuk ke depannya aku nggak akan lepasin kamu lagi. Nggak akan." lanjut Ali bak sebuah sumpah yang membuat hati Prilly seketika menghangat.

Lalu mereka kembali membahas perihal kehidupan yang Ali jalani di luar negeri bersama Tantenya dan juga Miranda. Di sana Prilly tahu jika Miranda memang sudah lama menaruh hati pada kekasihnya.

Dan sekarang Prilly juga tahu jika keberadaan Ali yang dianggap sudah mati itu tidak diketahui oleh Ayahnya atau istrinya. Namun Prilly merasa Ali seperti merahasiakan sesuatu padanya tapi Prilly enggan bertanya karena Ali bersedia bercerita seperti ini saja dia sudah bersyukur.

Ali-nya yang manis ternyata harus bertahan melawan kepahitan hidupnya.

**

Menjelang siang Ali baru saja menyelesaikan urusan dapur. Benar, Ali memaksa Prilly untuk tetap tinggal dan itu artinya Prilly kembali harus berbohong pada Ayahnya.

Ali ingin Prilly mencicipi masakannya dan Prilly tentu saja tidak bisa menolak permintaan manis kekasihnya itu.

"Jangan manyun dong Sayang. Nanti pas aku ke rumah kamu aku yang minta maaf deh sama Bapak kamu." Kata Ali yang baru saja selesai menata meja makan.

Prilly tersenyum manis kala Ali memperlakukan dirinya layaknya seorang Ratu alasannya karena Prilly baru saja ditampar oleh adiknya dan Ali berjanji akan menegur Miranda nantinya.

Prilly tidak ingin memperpanjang masalah ini toh dia juga sudah membalas Miranda dengan tamparan kuatnya dan dia sudah mengatakan itu pada Ali. Laki-laki itu tidak memberi komentar banyak dia mengerti jika Prilly membalas Miranda karena Adiknya itu terlebih dahulu berbuat kasar pada calon istrinya.

"Kamu yakin nggak ke kantor lagi Ai?" Tanya Prilly setelah melihat Ali duduk santai didepannya. Mereka sedang menyantap masakan Ali yang Prilly akui sangat enak.

Pria ini benar-benar idaman setiap wanita.

Ali menggelengkan kepalanya dia tidak bisa membuka mulutnya karena penuh dengan makanan. Prilly hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat bagaimana lahapnya calon suaminya ini ketika makan.

Dan Prilly sangat menyukai Ali yang tidak pemilih ini. Prianya ini makan apa saja asal halal katanya.

"Besok aja ke kantornya mau ngabisin hari ini sama kamu aja." Jawab Ali setelah menelan semua makanan dalam mulutnya.

Prilly tersenyum dia juga menginginkan hal yang sama dia memang merasa bersalah karena membohongi Ayahnya tapi sekali ini saja biarkan dia menikmati waktunya bersama Ali sedikit lebih lama.

"Oh ya aku sudah kirim surat resign kamu ke kantor kamu."

"Ya?" Prilly nyaris menyemburkan nasi yang baru saja dia sendok kan ke mulutnya. "Kamu apa Ai?" Ulangnya lagi.

Ali menatap Prilly sekilas lalu kembali melahap nasi dalam piringnya. "Aku kirim surat pengunduran diri kamu ke kantor lama kamu dan mulai besok kamu resmi jadi karyawan aku tepatnya sekretaris mencakup asisten pribadi aku." Jelas Ali panjang lebar yang membuat Prilly menganga lebar.

Pria ini benar-benar luar biasa.

*****

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang