Bab 10

2.9K 309 9
                                    

"Masuk Prilly!"

"Tolong Buk! Tolong biarkan aku mengobati luka Ai." Prilly kecil terus meronta ketika tubuh kecilnya dipaksa memasuki kamarnya oleh sang Ibu.

"Tidak boleh! Ibu sudah memperingati kamu untuk tidak berteman dengan sembarang orang apalagi gembel seperti itu!!" Maria- Ibu tiri- Prilly terus berteriak memarahi putri tirinya yang tidak pernah mendengarkan apa yang dia katakan.

Prilly menggelengkan kepalanya tangan kecilnya terus berusaha melepaskan pegangan Maria pada lengan kecilnya. "Ai bukan gembel!" serunya tak terima ketika Ibu tirinya terus-terusan menghina Ali-nya.

"DIAM KAMU!!" Maria berteriak marah hingga membuat Jingga yang sedang belajar di kamarnya keluar. "Ada apa sih Bu? Kenapa teriak-teriak Jingga lagi belajar kan ganggu." Jingga kecil langsung protes pada Ibunya.

Maria tersenyum lembut pada putrinya berbanding terbalik jika berhadapan dengan Prilly. "Sayangku Jingga, maaf ya Nak. Ibu lagi kasih pelajaran pada anak bodoh ini." Maria mengatakan bodoh sambil menatap tajam kearah Prilly yang masih terisak-isak.

Jingga menoleh menatap jengkel pada Prilly. "Apa lagi kali ini?" Tanyanya dengan gaya bosan seolah Prilly adalah biang masalah di rumah ini.

"Biasa makanan dan juga obat-obatan untuk mengobati gembel itu." Sahut Maria sambil menyentakkan tangannya pada lengan Prilly hingga membuat gadis kecil itu tersungkur ke lantai.

Tangis Prilly kembali terdengar ketika lututnya terantuk lantai dan rasa sakit seketika menjalar ke seluruh tubuhnya. "Ai.. Hiks.. Ai.." Prilly terus memanggil nama Ali hingga membuat Maria dan Jingga semakin murka dan muak.

"Kamu itu bodoh atau apa sih Prilly? Ai-ai kamu itu gembel! Dan kata Ibu bergaul sama gembel itu nggak boleh mereka jorok dan menjijikkan!"

"Ai bukan gembel Kakak!" Prilly masih sempat memprotes hardikan Jingga padanya meskipun tangisannya tidak kunjung berhenti.

Prilly kecil menangis terisak-isak ketika mengingat bagaimana keadaan Ali sekarang, Ali tinggal sendirian di rumah tua itu bagaimana jika luka Ali semakin parah? Bagaimana kalau Ali sampai kenapa-napa di sana?

Ali...

Tanpa Prilly tahu bahwa hari itu adalah hari terakhir pertemuan dirinya dengan Ali karena keesokan harinya Prilly mendapatkan kabar buruk berupa berita tentang tewasnya seorang anak kecil bernama Aliandra.

Dan sejak itu dunia Prilly berubah kelam meskipun jauh dari dalam lubuk hatinya dia masih menyakini jika Ali masih hidup.

Ai-nya masih hidup dan suatu saat akan kembali bertemu dengan dirinya..

**

Prilly kembali ke ruangan Ayahnya dengan air mata berlinang sekuat tenaga dia menahan diri supaya tidak menangisi pria itu tapi tetap saja hatinya terus berdenyut sakit saat kata-kata Ali kembali terngiang di kepalanya.

"Trik? Pantatmu!" Maki Prilly disela isak tangisnya. Prilly menelan bulat-bulat harapannya untuk bisa memeluk Ali karena Ali yang dalam ekspetasinya berbanding terbalik dengan Ali yang ada di dunia nyata.

Prilly memilih memasuki pintu tangga darurat lalu menangis terisak-isak di sana, Prilly menumpahkan semua perasaannya di sana. Tanpa repot-repot menyeka air matanya Prilly terus mengeluarkan makian yang entah dia tujukan pada siapa.

Namun yang sebenarnya dia rasakan saat ini adalah kekecewaan yang mendalam. Prilly hanya tidak bisa menjelaskan bagaimana kecewa yang sedang dia rasakan saat ini.

Prilly menenggelamkan wajahnya di antara dua lututnya yang dia tekuk. Meskipun pria itu mati-matian menolak dirinya tapi hatinya tetap meyakini jika pria itu adalah Ali, Aliandra atau Ai kesayangannya.

Tapi kenapa? Kenapa pria itu menolak kehadirannya dengan begitu keji. Pria itu kasar dan Prilly benci pria kasar!

Dan ketika mengingat bagaimana ucapan Ali tadi kembali tangisan Prilly terdengar mengencang. Prilly benar-benar tidak terima ketika Ali menuduhnya sebagai wanita penggoda.

Tanpa perduli malam sudah mulai beranjak pagi Prilly masih tetap betah menumpahkan tangisnya di sana sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur di tangga darurat.

Keesokan paginya di kamar Miranda terlihat Ali baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah dingin namun pagi ini aura Ali terlihat puluhan kali lebih kejam dari biasanya hingga membuat Miranda enggan menyapa pria itu.

"Aku akan ke kantor!" Katanya sebelum beranjak meninggalkan Miranda yang langsung mendongak menatap Ali. "Aku nggak mau sendirian Kakak!" Miranda menelan ketakutannya bulat-bulat, dia tidak mau Ali meninggalkan dirinya. Ini adalah kesempatan emas untuk dirinya mendapatkan perhatian lebih dari Ali.

Ali mengambil dompet dan kunci mobilnya tanpa menghiraukan Miranda yang terus mengeluarkan protesnya.

"Kak aku nggak mau sendirian di rumah sakit! Aku baru saja dioperasi Kak, kamu tega ninggalin aku sendirian di sini Kak?" Miranda mulai bangkit dari posisi berbaring nya supaya Ali benar-benar tahu jika dia tidak ingin ditinggalkan.

"Kak kamu harus tanggung jawab ata-- APA HAH?!"

Prang!!

Miranda tersentak kaget ketika Ali melemparkan kunci mobilnya ke sembarang arah hingga mengenai vas bunga di atas meja kecil di sudut ruangan. Tanpa bisa dicegah vas bunga itu menggelinding dan menghantam lantai.

Nafas Ali terengah-engah menatap Miranda dengan nyalang. "APA YANG PERLU AKU PERTANGGUNG JAWABKAN SIALAN HAH?!" Ali sudah menahan emosinya sejak semalam dan pagi ini Miranda sukses memancing semua amarahnya.

Miranda duduk bergetar tanpa berani mengangkat pandangannya untuk menatap Ali.

"SEMUA KEKACAUAN INI SALAH KAMU SENDIRI MIRANDA! SALAH KAMU! KAMU YANG MENJERUMUSKAN DIRI KAMU SENDIRI SAMPAI SEMUANYA RUMIT SEPERTI INI!!" Sama sepertiku yang memilih menghancurkan perasaan pujaan ku dan sekarang aku ikut merasakan kehancuran itu. Sambung Ali dalam hati.

Nafas Ali masih terengah-engah emosinya tak kunjung surut apalagi ketika otaknya kembali memperlihatkan bagaimana wajah kecewa Prilly semalam.

Bahkan sampai saat ini rasa sesak itu masih menggelayuti hatinya. Sialan! Dendam sialan! Semuanya sialan!

Ali tidak bisa berhenti mengumpati apa saja. Semuanya termasuk dirinya yang tak kalah brengseknya!

"Nanti akan datang teman kamu ke sini!" Ali berkata sebelum beranjak meninggalkan Miranda yang menangis tersedu-sedu di atas ranjang.

Kenapa jalannya untuk memiliki Ali begitu sulit? Kenapa? Kenapa Takdir tak pernah berpihak padanya? KENAPA??!!

*****

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang