08🍀

740 111 14
                                    

Cek! Cek!

Assalammualaikum ukhti.. Akhi.. Ada yang kangen sama tulisan saya???

Alhamdulillah keadaan saya membaik.. Ehe.. Tapi masih perlu banyak rehat..

Alhamdulillah bisa ngetik ini..

Di chap yang tidak sepanjang biasanya ini saya mencoba memulainya kembali..

Ah ya...

Saya ingin mengajak para pembaca partisipasi dalam alur ini. Caranya gampang.. Cukup Komen disetiap PARAGRAF nanti.. Berinteraksi dengan saya. Agar apa? Agar saya bisa rajin up seperti biasa..

Baiklah.. Terlalu banyak bicara saya..

Eheh..
Selamat membaca..



























Keadaan Bina membaik, Bina melirik kearah pintu ruangan dokter Aminah. Tak lama pintu terbuka menampilkan dokter Aminah dan asistennya, Bina tersenyum lalu menanyakan dimana Aabid.

"Hai Bi.. Udah baikan?"

"Alhamdulillah dok.. Eum mas Aabid kemana?"

"Ke perawatan Akmal.. Nanti dia kesini lagi.. Oh.. Ini jus alpukat buat kamu.."

"Terima kasih dok.."

Ruang Rawat

Anggrek 112

Ruang rawat itu nampak hening, disana ada sepasang suami istri yang memandang sendu bocah kecil diatas brankar. Yah, itu keluarga Irena. Tepatnya orang tua Irena, mereka sebenarnya ada cek kesehatan rutin. Namun tak disangka mereka mengetahui cucu kesayangan mereka tengah dirawat.

Aabid, menjadi seperti tersangka penyebab Akmal sakit. Sejak tadi sepasang suami istri itu menatap Aabid dengan tatapan intimidasinya, Aabid bahkan sedikit menjauh dari Akmal dan duduk disofa lainnya.

"Abi?"

"Eoh.. Kenapa? Ada yang sakit?"

"Umi mana?"

"Umi? Umi sama dokter Aminah.. Akmal udah baikan?"

"Eum.. Abi.. Mau umi.."

"Umi.."

Sebelum Aabid mengiyakannya ibu mertuanya menyelanya, wanita paruh baya itu ingin membawa Akmal ke Tidar dan tinggal bersamanya.

"Akmal.. Cucu nenek.. Akmal bobo dulu nanti udah baikan ke Tidar yu.. Mba Ita sama mas Zul kangen.."

"Oh? Nenek? Kakek? Akmal kangennn.."

"Uhh sini.. Pasti sakitnya karena kangen sama nenek ya..? Lain kali telfon pak de Joko biar dijemput.."

"Eum.. Akmal kangen.."

Aabid nda bisa mencegahnya, Akmal cucu mereka. Tapi, bagaimana Aabid menjelaskannya dengan Bina. Bagaimana Bina teramat menyayangi putrany melebih sayang Bina padanya? Bagaimana Aabid menghadapi Bina?

"Abi nanti kesini lagi.. Mau urus administrasi dulu..

"Okey abi!"

Aabid keluar dari ruang rawat Akmal menuju ruangan dokter Aminah, Aabid bisa lihat Bina duduk dengan jus alpukatnya.

"Mas! Akmal mana?!"

"Ruang rawat.."

"Mas? Akmal kenapa? Adek mau kesana!"

Sreet..

"Kenapa?"

"Ayo pulang.."

Takdir Cinta dari-Nya [Mission Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang