15🍀

755 112 51
                                    

Assalammualaikum semuaaaaa...

Jaga kesehatan yaa..

Jangan telat makan! Jangan begadang.. Huhu saya menyesali dua hal itu.. Huks.. Huks..

Tapi nda papa.. Akhirnya saya bisa cek kesehatan juga ahaha..

Dan chap 15 ini masih diizinkan misuh, mengumpat dan sebagaiannya.. Jangan lupa setelah itu untuk istigfar berjama'ah..

Jangan lupa untuk KOMEN DISETIAP PARAGRAF SUPAYA RAJIN UP SAYA INI..


BANTU SHARE SAMA VOTE JUGA!

KITA KETEMU DI KOLOM KOMENTAR!














Selamat membaca..🍀






























8.45 Am

Bina duduk termenung seorang diri diteras depan, dari jalan terlihat Aabid jalan beriringan bersama Ashad. Tapi, ada yang beda. Wajah Aabid nampak membengkak, terlebih dibagian pelipis dan sudut bibirnya. Awalnya Bina ingin menyambut dan bertanya, tapi semua itu dikalahkan rasa takutnya. Takut akan bagaimana Aabid semalam, Bina buru-buru masuk kedalam rumah.

"Lid.."

"Kenapa mas?"

"Aku mau ambil mobil, nanti kalo Akmal pulang bilang siap-siap pulang. Sama bilang Bina sekalian.."

"Hmm.. Oke.. Ashad?"

"Ya kalo ketemu nanti sekalian suruh pulang.."

"Oke mas..."

Aabid berbalik arah, alibi saja sebenarnya mengambil mobil. Padahal Aabid lagi nda mau ketemu Bina, mau nenangin dirinya dulu. Aabid juga nda mau Bina lihat wajahnya yang nda ganteng lagi, mau ambil masker di ndalem.

"Assalammualaikum.."

"Waalaikumsalam.."

"Umi siap-siap.. Mas Aabid lagi ambil mobil.."

"Ha? Ah iya.. Eum lihat Akmal?"

"Bukannya tadi udah pulang?"

"Ha? Belum itu.."

"Saya carikan sebentar.."

"Makasih ya.."

"Iya.."

Bina membereskan barang-barang yang ada dikamar, tumben kenapa bukan Aabid sendiri. Walaupun Aabid bakal bersikap dingin itu lebih baik, daripada orang lain yang menyampaikan pesannya. Bina memandangi jam tangan Aabid yang tergeletak disana, bukan biasa Aabid meletakannya sembarang. Jam tangan itu dibeli  sebelum mereka menikah dulu, dan Bina nda tau Aabid nitip temennya di Paris.

Waktu Bina ambil jam itu ada sesuatu yang kasar, seperti sebuah ukiran dibalik jam tangan itu. Jam tangan berwarna hitam metal itu ia balikkan untuk melihat apa yang ada disana, sungguh harusnya Bina tak membalikkannya. Justru yang ia lihat sesuatu yang kembali menyesakkan dadanya, Bina terduduk dan mengusap perutnya mencoba menenangkan bayi-bayinya. "Irena&Chandra".

"Astagfirllah.. Allahu akbar.."

Dadanya begitu sesak, Bina benar-benar kalah telak. Yang pertarungan batinnya, Bina ingin menyerah. Menyerah untuk kedua kalinya untuk cinta pertamanya, cinta yang selalu ia curi disepertiga malam. Cinta yang selalu Bina pinta disujudnya, cinta yang ia harap menjadi tempatnya bersandar. Bina fikir setelah kejadian ibunya Bina mampu berdiri lagi dengan adanya Aabid, tapi Bina salah ia semakin terpuruk.

Takdir Cinta dari-Nya [Mission Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang