Assalammualaikum wr.wb..
Dimohon dichapter ini jangan ada yang mengheningkan cipta berjama'ah.. Coret-coret yang kalian rasain setelah baca Chapter ini.. Mana tau ini adalah akhir dari semua perjalanan yang berat ini.
Terima kasih buat yang setia baca.. Apalagi yang dari Season 1 sampai 2 ini.. Pasti yang udah baca season 1 kalian udah rasain naik rollercoaster bareng tokoh utama dengan santuy.. Tapi tetep emosi kalian begitu menggebu bukan? Terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Saya menghargai apresiasi kalian berupa Vote.. Namun, seperti pada series 1 saya lebih suka dengan komenan.. Karena apa? Kita bisa lebih dekat gitu lho..
Di chapter ini apapun tanda diakhir kalimat. Kita semua harus dengan lapang dada menerima semuanya.. Ikhlas, dari series 1 sampai 2 ini menurut saya pribadi yang dipetik dari rangkaian ini adalah 'IKHLAS'..
Sekali lagi terima kasih menemani masa dimana saya goyah, tidak percaya diri dan lain-lain. Terima kasih menerima cerita ini dengan baik..
Sekali lagi. Jangan ada yang hening Cipta. 27 Vote yang komen 10 orang.. Saya nda memaksa.. Tapi saya mengharap, saya minta maaf bila memberatkan. Tapi, siapa lagi yang mendukung saya menulis jika bukan kalian? Keluarga dekat dan teman tidak ada yang mendukung.. Jadi saya menganggap kalian adalah bagian dari saya karena menerima tulisan saya yang jauh dari kata bagus dan menyentuh ini.. Masih banyak kekurangan dari cerita ini..
Tidak ingin berlama-lama..
Untuk semuaaa.. Terima kasih...
Terima kasih atas dukungannya..
Dan
Selamat membaca......
Saranghaeee semuanyaaaa....
Saranghaee...
Loveeeee
1 bulan berlalu...
Sudah 1 bulan, awalnya memang sedikit membingungan bagi keluarga besar. Aabid menjelaskannya dengan perlahan, dan tentang Kiyara. Bina awalnya bingung dan tidak percaya, tapi Aabid mengingatkan juga tentang pernikahannya. Nda ada yang nda mungkin, toh ustad Khalid sama Kiyara desas desusnya udah kedengeran dari jaman Kiyara SMA.
Dan ini satu bulan pertama, perkembangannya tidak ada sama sekali. Bina tetaplah Albi, Albi yang sangat ceria dan sensitif. Aabid tetap sabar, memberi pengertian juga pada Akmal. Kalau uminya tetap umi Akmal, yang berbeda hanya bagaimana sikap dan cara memanggilnya. Nda ada sapaan lembut, kebanyakan sapaan ceria seperti antar teman.
Hari ini spesial, tapi menurut Aabid setiap hari adalah hari spesial. Sore bersama si kembar juga Akmal, dan ya bu Laila memperpanjang waktunya dirumah Aabid. Beliau khawatir dengan anak-anak, apalagi Akmal yang lebih dulu terpukul. Rencananya hari ini mau nonton acara anak-anak, lebih tepatnya mau nonton film kartun favorit Akmal.
"Abii.. Ini Jefnya nda mau berhenti narikin kaki Zach!"
"Zachnya geser jauhan dikit.. Abi lagi masakin popcorn!"
"Malah nangissss.. Allah!! Mas Ashadddd!"
Yang dipanggil tergopoh mengambil Jef, anak cantik itu. Merajuk dipisahkan kakaknya, tapi jahilnya nurun murni dari mamas juga abinya. Ashad nepuk pelan-pelan paha Jef sampai anak cantik itu tenang. Bina didapur cuma terkekeh gemas melihat interaksi mereka berempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta dari-Nya [Mission Completed]
FanfictionLanjut na dari "Bidadari dari Pohon Hayat" Kisah drama rumah tangga yang ga penuh intrik.. dalem sini ni.. semuaaa castt alurrr murni kehaluan penulis.. Bahasa non baku.. iya lah kan versi lokal.. disini ya gasuka GS.. tolong Skip Ukhti Akhi.. JANG...