➊➏ | ᴘᴀᴄᴀʀᴀɴ?

23K 2.1K 1.4K
                                    

Baca part sebelumnya agar nyambung dengan part ini....

📖Happy Reading 📖

"Hahahaha..." Jia menoleh ke sumber suara. Dia seperti mengenal suara tawa itu.

Betapa kagetnya Jia melihat dua orang berbeda insan tertawa dengan bahagia. Belum lagi mereka memakai seragam sekolah

Mereka adalah................





















Farrel dan Ava.

Mereka berdua sama-sama tertawa. Entah kenapa firasat Jia menjadi tidak enak, pulang sekolah dia tidak dijemput Farrel, ternyata dia sedang bersenang-senang dengan orang lain. Walaupun Ava sahabatnya sendiri, ia tetap merasa kecewa.

Darka yang melihat adiknya menjadi murung langsung melihat kearah dua orang yang sedari tadi Jia perhatikan.

Rahang Darka mengeras, Jadi ini yang disebut urusan oleh Farrel?!

Darka langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah Farrel. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat, Darka benar-benar emosi sekarang.

"Jadi ini yang lo sebut dengan urusan?" seketika tawa Farrel maupun Ava terhenti. Farrel menoleh kearah Darka yang menatapnya dengan tatapan membunuh

Oh tidak

Farrel menelan ludah dengan susah payah, nyawanya sedang di ambang kematian sekarang.

"INI YANG LO SEBUT URUSAN?!" Darka berteriak yang membuat seluruh orang menatap heran kearahnya.

"Kak...ayo makan," Jia berusaha melerai Darka yang ingin berkelahi dengan Farrel.

Darka menghempaskan tangan Jia yang memegang lengannya. Jia menghela nafas, kakak tertuanya memang tidak bisa mengendalikan emosi.

"Tolong lerai kakak saya..." Jia menatap memohon kearah John yang berdiri di belakang Darka. John hanya menggeleng pelan, oh cemon, John masih sayang dengan nyawanya.

Mau tidak mau Jia harus menggunakan cara ini. Cara yang membuat Darka kalang kabut dan melupakan emosinya.

"Kak.....Kepala Jia pusing." Jia memegang kepalanya dengan tangan kanannya, dia membuat ekspresi lemah dan lesu seolah-olah benar-benar sakit.

Semoga Darka percaya.

"Kamu sakit? Kenapa gak bilang Kakak? Ayo kita kerumah sakit." Darka langsung merangkul Jia dan berjalan keluar Restoran.

Farrel menghela nafas, setidaknya untuk saat ini nyawanya masih aman, entah kalau nanti.

Jia dengan wajah bengong nya hanya bisa mengikuti langkah Darka menuju parkiran, lalu membukakan pintu untuk dirinya.

Jia begitu menyesal karena membohongi Darka, kakaknya terlihat sangat khawatir. Tapi dia terpaksa, dia tidak ingin Darka dan Farrel berkelahi, bagaimanapun juga mereka saudara.

"Masuk." perintah Darka dan membantu Jia memasang sealbelt.

"Kak Darka" Panggil Jia dan mendongak menatap mata biru Darka.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

"Kak, Jia cuman kecapean aja. Gak perlu dibawa ke Dokter," Ucap Jia dengan gugup, sekarang tubuhnya mengeluarkan keringat dingin karena panik dan takut.

My Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang