➌➍ | ᴇᴠᴇʀʏᴛʜɪɴɢ

14.9K 1.5K 178
                                    

Baca part sebelumnya agar nyambung dengan part ini

ɦαρρყ  ɾεα∂เɳɠ

ɦαρρყ  ɾεα∂เɳɠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



1 jam berlalu, Edgar sedang tidur di sofa. Laura memainkan ponsel, Rara membantu Alka. Sedangkan Jia menatap jari-jari Alka yang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

Keadaan hening hanya membuat semuanya mengantuk. Kecuali Alka dan Rara.

Terdengar suara laptop yang ditutup dengan keras. Sontak mereka semua terkejut, bahkan Edgar yang tidur itupun terbangun dengan mata melotot karena kaget.

Alka merengangkan tubuh dan tangannya karena kecapean mengetik di laptop. Walaupun Rara membantu, tapi tetap saja Alka yang memiliki jasa yang besar disini.

"Kenapa woi?!" Gas Edgar.

"Selesai."

"Gercep juga, yaudah ayo pulang," sahut Laura.

"Eh mau langsung pulang? Ji, kita boleh nggak numpang makan disini?" tanya Edgar dengan tidak tahu malunya.

"Eh boleh, ayo ke ruang makan." ucap Jia senang, setidaknya beberapa kursi kosong di ruang makannya bisa terisi. Ia senang mansionnya jadi lebih rame.

"Ahahahaha, ayo Ji," tawa sumbang Laura seraya menjewer kuping Edgar gemas.

Mereka semua berjalan kearah dapur. Untunglah bibinya Jia telah memasakkan makanan yang cukup banyak.

Jia segera duduk di kursi yang selalu ia tempati. Rara pun menyusul dan duduk di samping Jia. Sedangkan Edgar berhadapan dengan Rara, dan Laura yang duduk di samping Edgar. Jangan lupakan Alka. Ia duduk di tengah-tengah, diantara meja dan kursi.

Di hadapan mereka sudah ada beberapa lauk yang cukup mewah, sangat-sangat menggairahkan. Makanan di mansion Jia memang makanan sehat dan mahal. Jadi jangan ragu-ragu untuk makan di mansionnya.

Bahkan Edgar yang kelaparan itu langsung memakan makanan dihadapannya. Ia menambahkan beberapa lauk di piringnya, bisa dibilang porsinya 2x lipat dari Jia, Alka, Rara dan Laura.

Benar-benar tidak tahu malu.

Belum sempat Jia menyuapi makanan di mulutnya, terdengar suara mobil dari arah bawah. Jia sangat tau suara mobil siapa ini. Siapa lagi kalau bukan kakak-kakaknya?!

Mendadak raut Jia menjadi cemas, ia takut hal-hal buruk terjadi. Apalagi Jika Darka dan yang lainnya pulang bersamaan, Jia tidak tau bagaimana nasib Alka ke depannya.

Langkah kaki sepatu semakin terdengar, suasana pun semakin tegang dan mendadak tidak nafsu untuk memakan makanan lezat itu. Berbeda dengan Alka yang tetap santai dan cuek.

"Kalian siapa?" suara berat itu menyapa gendang telinga mereka semua.

Edgar dan Laura menoleh lalu menatap Jia untuk membantu mereka. Jujur Laura sedikit takut sekaligus terpesona dengan Darka-kakak Jia.

My Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang