➌⓿ | ᴋᴀʀᴇɴᴀ ʟᴜᴋᴀ

17.1K 1.8K 660
                                    

HALO AKU KEMBALI!

KELAMAAN YA? MAAF BANGETT, DUNIA REAL KU PENUH DENGAN JADWAL ಥ‿ಥ

>>Tʏᴘᴏ? Tᴀɴᴅᴀɪ ʏᴀ.

Baca part sebelumnya agar nyambung dengan part ini.


"Siapa yang melakukannya Jia?!" sentak Gibran kedua kalinya, lamunan Jia pun mendadak buyar dan berusaha tetap terlihat tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang melakukannya Jia?!" sentak Gibran kedua kalinya, lamunan Jia pun mendadak buyar dan berusaha tetap terlihat tenang.

Dia tidak boleh merepotkan kakak-kakaknya.

"Ini cuman tergores kak,"

Gibran menggeretu kecil di dalam hatinya, dia sangat kenal dengan watak adik bungsunya. Tentu dia bisa menebak dengan mudah kalau Jia hanya berbohong.

"Jia, jujur sama kakak," pinta Gibran lembut.

Jia menunduk dalam, dia merasa terpojok dan tidak enak hati dengan kakak maupun teman-teman kakaknya.

Karena tidak ada jawaban, dengan terpaksa Gibran mengalah. Hanya ini satu-satunya cara untuk melawan sifat adiknya yang bisa dibilang keras kepala.

•••

Revan menduduki sofa di kamar apartement nya yang tidak jauh dari mansionnya. Revan pun kini sedang asik dengan game dihadapannya.

Game itu tak lain adalah Among Us.

Ya, Revan baru saja mencoba beberapa game yang sedang hits belakangan ini, dan ternyata benar, game ini benar-benar seru membuat siapa saja betah memainkannya.

'di depan orang tua mu kau malu kan diriku~~, kau bandingkan aku dengan di-'

Revan mengangkat telfon dari salah satu saudaranya. Gibran.

"BISA GAK TELFONNYA NANTI AJA? GUE JADI KALAH MAIN AMONG US GARA-GARA LO!" Teriak Revan tak terima, bahkan handphonenya ikut menangis mendengar teriakan Revan yang tidak ada duanya.

Terdengar helaan nafas dari Gibran

"ada yang lebih penting dari itu."

"APA?!" sengit Revan.

"Jia.."

Gibran menggantung ucapannya.

"Lo bawa mobil ke cafe biasa. Nanti gue jelasin."

Mendadak raut Revan berubah menjadi khawatir, berbeda dengan raut sebelumnya.

"JIA GAK KENAPA NAP-?"

tutt tutt tuttt

Sial.

Bisa-bisanya Gibran mematikan sambungannya secara sepihak.

Revan tak memikirkan hal itu. Dia segera membenahi rambut, baju beserta celananya dan langsung mengambil kunci mobil yang tergeletak di mejanya.

Revan mempercepat langkahnya menuju garasi. Setelah itu ia melesat dengan mobilnya menuju cafe yang ditunjuk oleh Gibran.

My Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang