➌➎ | ɴᴇᴡ ʏᴏʀᴋ

14.3K 1.4K 390
                                    

Happy 400K Readers di tahun 2021!💚

ɦαρρყ ɾεα∂เɳɠ•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ɦαρρყ ɾεα∂เɳɠ

Di pagi hari ini, Jia dikejutkan oleh beberapa hal. Yang pertama adalah kakak sulungnya yang tiba-tiba berada di sampingnya, yang kedua adalah kepulangan kedua orang tuanya. Jia tidak bisa mendiskiripsikan rasa bahagianya sekarang.

Jujur Jia terkejut melihat bunda dan Ayahnya sedang bersantai di ruang tamu.

"Bunda sama Ayah kok nggak ngabarin Jia?" tanya Jia memanyunkan bibirnya.

"Maaf ya sayang, Ayah nggak sempat ngabarin." Ayahnya mengusap pelan gurai anaknya.

"Tapi Jia senenggg banget ngeliat Ayah Bunda di rumah lagi," lirih Jia memeluk kedua orang tuanya. Karena posisinya berada ditengah membuatnya lebih leluasa memeluk mereka secara bersamaan. 

Bundanya tersenyum haru. Dia jadi sedikit merasa bersalah karena selalu meninggalkan anak bungsunya sendiri.

Alya-bunda Jia. Melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 6 pagi, pantas saja seluruh anak lelakinya belum menampakkan batang hidung mereka.

"Jia mau jalan nggak?" tanya Alya.

"Jalan kemana bun?"

"New York mau? Kita berangkat hari ini,  mumpung Jia libur,"

Mendadak raut wajah Jia menjadi senang, tidak disangka-sangka ia akan kembali ke kota tersebut. Kota yang pernah menampungnya beberapa tahun. Karena ayahnya adalah keturunan di negara dan Kota tersebut.

Jia mengangguk tanda setuju lalu berjalan pelan untuk menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa. Sebenarnya tidak membawa baju juga tidak masalah, karena bajunya banyak ia simpan disana.

•••

"Awhh," Jia tiba-tiba bersuara ketika salah satu pelayan saat ingin menuangkan susu ke dalam gelasnya dan tidak sengaja mengenai jempolnya.

Keadaan ruang makan mulai berisik karena para saudaranya yang menghampiri Jia. Jempol Jia terlihat sedikit terbakar, dan rasanya cukup perih.

Gibran langsung mengambil alih tangan adiknya dan di elusnya dengan lembut.

"Ya ampun! Maaf saya tidak sengaja nona," pelayan tersebut menundukkan kepalanya, kali ini ia benar-benar seperti menyerahkan nyawanya ke tuhan.

"Nggak pa-"

Darka menghempaskan Garpu dan sendok bersamaan di piringnya hingga men-sunyikan suasana.

Jia meringis pelan, ia berharap kakak sulungnya tidak berbuat apa-apa. Ia menoleh kearah saudaranya yang hanya diam tanpa ada niat membantu.

"Kamu pelayan baru kan?" Darka bertanya pada Pelayan yang menumpahkan susu di tangan adiknya.

Pelayan itu mengangguk.

My Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang