Baca part sebelumnya agar nyambung dengan part ini.
"Rahasia apa maksud kakak?"
Mereka semua menengang ditempat. Oh tuhan, apakah Ini saatnya mereka membongkar rahasia ini?
"Eh Ji-a. Ka..mu udah bangun?" tanya Revan mengalihkan pembicaraan.
Jia mendengus kesal. "Jangan ngalihin pembicaraan kak!" tegas Jia.
"Tenang Jia," sahut Azri.
"Kalau gitu kakak harus Jujur sama Jia!." tekan Jia.
Darka segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pelan kearah adik bungsunya. Yang lain memasang wajah cemas, berbeda dengan Darka ia tetap memasang wajah tenangnya.
"Mungkin udah saatnya kamu tau." Darka menuntun Jia untuk duduk di sofa yang tersedia di ruang kerjanya.
"Bang!" tegur Gibran. Dengan santainya Darka menggangguk menandakan semua akan baik-baik saja.
"ini tentang Alka...."
Jia diam menunggu Darka melanjutkan pembicaraannya.
"Dia anak Maurer yang pernah nyiksa kamu."
Nafas Jia terasa sesak beberapa saat. Kenapa dunia ini terasa sangat sempit? Ternyata Alka, sahabat terbaiknya adalah anak dari orang yang paling Jia takuti.
"kak..."
"Itu sebabnya kakak selalu ngelarang kamu untuk dekat dengan Alka dan teman-temannya." Darka mengelus pelan surai adiknya.
Azri, Revan, dan Gibran menghela nafas.
"Untung saja," -- Batin mereka bertiga.
"Kita ngelakuin itu karena ada alasannya," sahut Azri.
"Dia bukan orang baik,"
Jia menggeleng pelan. "Alka, Adrian dan Viani orang baik. Mereka gak seperti yang kalian pikirkan. Mereka orang baik kak.."
"Kalau mereka orang baik. Mereka gak mungkin ninggalin kamu saat mereka tau kamu adalah cucu bungsu Aksara."
Jia terdiam memikirkan perkataan Gibran barusan. Perkataan Gibran barusan ada benarnya juga, kenapa mereka meninggalkan Jia kemaren, padahal dirinya tidak ada sangkut pautnya dengan masalah mereka. Apakah mereka kecewa karena Jia membohongi mereka?.
"Dan masalah bi Ira, dia adalah mata-mata pria tua itu untuk mencelakakan kamu." Jia semakin terkejut, dipagi hari yang cerah ini dia harus menerima dua fakta baru.
"Ji-"
"Jia capek. Jia ke kamar ya,"
Jia segera keluar dari ruang kerja Darka dan menaiki lift menuju kamarnya. Tidak ia pedulikan panggilan dari kedua bodyguardnya. Ia langsung memasuki kamarnya dan menutupnya dengan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Brother
AcakON GOING "Possesive" Hanya kata itu yang dapat mendiskripsikan watak kakak-kakaknya. Mereka selalu melarang Jia dengan alasan yang tidak masuk akal. Harta melimpah, bahkan bisa mengalahkan kekayaan seorang panggeran. 5 Kakak Laki laki Jia begitu Po...