➊⓿ | ᴋᴇᴛᴀᴋᴜᴛᴀɴ

34.5K 2.8K 1.1K
                                    

Typo Bertebaran -!

📖Happy Reading 📖

Darka menatap Jia dengan sendu. Dia juga tidak bisa tidur semalaman, ia terus terusan memikirkan adiknya yang terbaring lemah di Ranjang itu.

Jia membuka matanya secara perlahan. Melihat itu Darka langsung menghampiri Jia.

"Jia kenapa? Ada yang sakit?"

"AKHH" Jia menarik rambutnya dengan kedua tangannya. Willson yang melihat itu langsung memanggil Dokter Reza.

"Sayang kamu kenapa?" Darka berusaha melepaskan tangan Jia yang terus menerus menjambak rambutnya.

"Maaf permisi Tuan. Biar saya periksa terlebih dahulu" Mendengar itu Darka langsung mundur dari ranjang Jia dan membiarkan Dokter Reza memeriksa Jia.

Para suster pun berusaha menenangkan Jia yang terus memberontak. Dengan amat terpaksa Dokter Reza memberikan Obat penenang di selang infus Jia. Tidak berselang lama, Jia langsung tertidur dengan tenang.

"Adik saya kenapa dok?" Lirih Darka.

"Sepertinya dia menganggap semua laki-laki adalah orang yang pernah menyiksanya" Jelas dokter Reza.

Tubuh Darka merosot ke tembok dan terduduk lemas di lantai. Sungguh, dia tidak sanggup mendengar semuanya.

"Terima kasih dok" Ucap Willson lemah. Dokter Reza menggangguk dan langsung meninggalkan ruangan rawat Jia.

"Ini semua salah Darka yah"

"Ini bukan salah kamu" Willson menepuk pelan pundak Darka. 'Ini semua salah ayah' lanjut Willson dalam hatinya.

"Kamu Jagain Jia. Ayah mau ke Bunda kamu sebentar" Darka menggangguk sebagai jawaban.

Di Lain Tempat

"Gue mau bolos"

Ke empat temannya Melotot tidak percaya. Untuk pertama kalinya, Seorang Gibran mengucapkan kata kata itu.

"Demi apa lo mau bolos?" Ucap salah satu teman Gibran. Yaitu Vino.

"Gue gak bisa tenang di Sekolah. Adik gue lagi di rumah sakit. Sedangkan gue? Malah asik asik sekolah"

"Gue setuju" Ucap Farrel yang sedang memakan siomay nya.

"Adik? Sejak kapan lo punya adik? Bukannya lo anak bungsu ya Gib?" Tanya Akmal dengan kepo.

"Gue punya adik. Dia sekolah disini. Sekelas sama Alka"

"APA!!" Teriak mereka dengan kompak. Reflek Gibran dan Farrel menutup telinga nya. Bahkan seluruh siswa menatap meja makan mereka dengan heran.

"Berisik!" Ucap Farrel dengan ketus.

"Sorry Sorry. Reflek"

"Siapa nama adek lo?"

"Jian Angelita Aksara" Mereka hanya menggangguk paham.

"Jadi kalian mau bolos" Gibran dan Farrel menggangguk

"Gue ikut" Ucap Vino

"Gue juga" Ucap Bagas

"Apalagi gue. Harus banget ikut" Ucap Akmal.

Mereka semua menatap ke arah Arka yang sedari tadi diam dan asik memakan makanannya. Arka memang paling irit bicara, setelah Gibran.

"Apa?" Tanya Arka

My Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang