Baca part sebelumnya agar nyambung dengan part ini
ɦαρρყ ɾεα∂เɳɠ
•
•
•Mentari seolah enggan menampakkan sinarnya di pagi hari yang cukup dingin ini, bahkan jam berbentuk doraemon sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Nampak seorang gadis masih setia dengan selimut dan bantal gulingnya, ia semakin menggulung dirinya dan memeluk bantal guling kesayangannya. Ia terlihat enggan membuka mata coklatnya, bahkan suara ketokan pintu ia abaikan.
"Eunghhh 5 menit lagi." ujar Jia menggeliat karena seseorang mencubit-cubit pipinya.
Yang membangunkan Jia tak lain adalah Azri, kakak keduanya.
"Maksudnya 5 menit itu, satu jam lagi kan?" sahut Azri menoel-noel pipi adiknya yang terasa kenyal.
"Kakakkkkk," kesal Jia lalu mulai membuka kedua matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Azri yang tersenyum membuat wanita diluar sana ambyar.
"Ayo bangun, liat jam tuh."
Jia mendudukkan dirinya, matanya mengarah ke jam dinding doraemon miliknya lalu mengucek pelan matanya sekali lagi untuk memastikan penglihatannya benar atau salah.
"JAM TUJUH?!" teriak Jia, Azri pun dengan reflek menutup telinganya.
"Kenapa kakak nggak bangunin Jia?" tanya Jia dan langsung bergegas ke kamar mandi. Azri yang melihat itu tertawa kecil, padahal ia membangunkan Jia sejak satu jam yang lalu.
10 menit berlalu, Jia telah siap dengan seragam sekolahnya. Dengan cepat ia turun ke lantai bawah untuk sarapan.
Jia tercengang, kenapa Farrel dan Gibran belum berangkat sekolah? Apakah mereka berdua menunggu dirinya. Sial. Jia merasa bersalah.
"Kakak belum berangkat?" tanya Jia seraya duduk di kursinya dan memakan roti panggang yang sedia di meja.
"Kakak nungguin kamu," jawab Farrel.
Jia mengangguk dan melanjutkan sarapannya yang belum selesai. Keadaan yang hening pun membuat Jia ikut canggung, tidak biasanya suasana se-hening ini.
Setelah selesai sarapan Jia berangkat ke sekolahnya dengan Farrel dan Gibran. Darka, Azri, dan Revan juga ikut keluar dengan membawa barang-barang mereka sendiri.
Hari ini Revan mulai memasuki wilayah baru, lebih tepatnya ia pindah universitas. Karena kelakuannya, ia harus dikeluarkan dari universitas dan mencari universitas baru.
Tapi itu tidak masalah, Dengan kecerdasan dan kekayaannya pasti ia dapat diterima di universitas manapun.
•
•
•Jia membuka pintu kelasnya, sontak seluruh siswa dikelas itu menoleh kearahnya. Jia menghela nafas lega, syukurlah belum ada guru yang mengajar di kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Brother
RandomON GOING "Possesive" Hanya kata itu yang dapat mendiskripsikan watak kakak-kakaknya. Mereka selalu melarang Jia dengan alasan yang tidak masuk akal. Harta melimpah, bahkan bisa mengalahkan kekayaan seorang panggeran. 5 Kakak Laki laki Jia begitu Po...