Bab 7

131 7 0
                                    

"Dav anter  ke kantor papih gue ya,"

"Loh tumben," jawab Dav dengan mata yang masih berfokus ke jalanan. Vio menghembuskan nafasnya pelan.

"Kakek gue datang tiba-tiba tanpa ngasi kabar terlebih dahulu," jelasnya.

Dav tersenyum ke arah Vio, "mungkin kakek lo pengen ngasih kejutan kali,"

Dav melajukan mobilnya membelah jalanan yang tidak terlalu ramai itu hingga berhenti di depan gedung tinggi bertuliskan "Golden Group". Begitu memasuki area parkir fan berniat untuk memarkirkan mobilnya, Dav dan Vio berpapasan dengan mobil putih yang tampak tak asing.

Vio turun dari mobil Dav setelah mobil itu telah terparkir rapi. Begitu pula si penumpang mobil putih. Terlihat seorang pria paruh baya yang menggunakan setelan jas dengan tongkat di tangan kanannya turun dari kursi pengemudi. Vio langsung mengenali orang tersebut.

"KAKEK!" Vio berlari ke arah pria paruh baya yang dipanggilnya dengan sebutan 'kakek' itu. Pria paruh baya itu tekejut lantas tersenyum melihat cucu perempuannya.

"Ya ampun cucu kakek, makin cantik aja kamu Vi," Pria paruh baya itu mengeratkan pelukannya pada sang cucu.

"Kakek kenapa nggak bilang mau ke indo. Kan bang Rion bisa jemput kakek," ujar Vio. Kakeknya pun tersenyum dibuatnya.

"Kakek hanya ingin membuat kejutan," ujarnya. Tak sengaja, kakek Vio menoleh ke seorang lelaki yang sedang menatap ke arah mereka berdua.

"Ah kamu Dav pasti" Tanya kakek Vio sambil mengingat-ingat. Dav berjalan ke arah pria paruh baya itu dan menyalami lelaki itu.

"Iya kek. Kakek masih ingat juga ya sama muka aku," ujarnya

Laki-laki paru baya itu tertawa, "tak mungkin aku melupakan cucu sahabatku sendiri,"

"Kamu semakin tinggi Dav. Bahkan tetakhir kali kita bertemu, tinggi mu masih sepantaran dengan ku," Dav hanya tersenyum simpul menanggapinya.

"Baiklah mari kita masuk. Ayo Dav," ajaknya.

"Ah maaf kek, Dav harus segera pulang. Bunda tadi nyuruh Dav buat ngambil pesanannya dia di toko kue," ujar Dav menolak.

"Ah baiklah kalau begitu. Kalau kau ada waktu, mari kita makan siang bersama, sekalian ajak keluargamu dan sampaikan salamku pada mereka,"

"Pasti kek--"

"--kalau begitu Dav pergi dulu," ujarnya.

"Dav thanks ya,"

"Yoi,"

Setelah itu Dav segera masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan area parkiran.

"Ayok kek," ajak Vio sambil menggandeng tangan kakeknya itu. Begitu masuk di lobi pun, para karyawan yang melihat kakek dan cucu itu lantas sedikit membungkuk untuk memberikan penghormatan kepada mereka. Beberapa Body guard kakek Vio pun juga berjalan beriringan dengan mereka.

Mereka masuk ke dalam lift dan menekan angka 8. Di lantai 8 tersebut adalah ruangan ayah dan juga kakaknya. Ralat, ada pula ruangan milik Vio yang memang bersebrangan dengan ruang sang kakak. Mereka lantas menuju ke ruangan milik ayah Vio.

Ternyata di dalam ruangan tersebut sudah ada ibu dan juga kakak laki-lakinya yang sedang berbaring di salah satu sofa di sudut ruangan itu sambil bermain hp. Sedangkan sang ayah sibuk dengan dokumen-dokumen di meja kerja miliknya.

Rion yang menyadari kedatangan kakeknya itu langsung membenarkan posisinya dari tiduran menjadi duduk. Tak lupa ia merapihkan jas dan dasi yang ia pakai.

"Ayah sudah sampai rupanya," ujar papih Vio

"Kenapa kakek nggak bilang mau kesini. Kan Rion bisa jemput," giliran Rion yang berucap.

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang