Seminggu lamanya pertunangan mereka berlangsung. Baik Dav maupun Dhito selalu datang tiap pagi ke rumah tunangan mereka masing-masing.
Seminggu ini pula, penampilan Dav sedikit berubah. Lelaki itu selalu mengenakan masker di wajagnya. Aldo sempat bertanya padanya, namun ia hanya membalas kalau wajahnya sedikit bengkak.
"Dav," panggil Luna
"Kenapa?"
"Apa nggak sebaiknya lo ngomingin ini semua ke Viona? Dia sahabat lo Dav," ujar Luna sedikit ragu.
Dav terdiam memikirkan apa yang barusan Luna bilang. Sejujurnya ia ingin memberi tau semuanya pada Vio. Namun di satu sisi ia masih belun bisa melakukannya. Ia takut wanita itu akan membencinya. Ia takut kalau Viona akan menjauhinya.
"Gue belum siap Lun,"
"Sampai kapan lo mau nyembunyiin ini semua Dav. Cepat atau lambat, dia bakal tau,"
"Ada saatnya untuk gue jujur ke dia, walaupun itu saat terakhir gue,"
"Dav-"
Dav menggenggam tangan tunangannya lalu tersenyum menatap Aluna.
"Biarkan waktu yang menjawab Lun, yang terpenting adalah lo yang nggak boleh bocorin ini semua ke siapa pun. Termasuk Dhito," Aluna menghembuskan nafasnya pelan hingga akhirnya mengangguk menyetujui.
"Kita ke sekolah, bentar lagi masuk kelas,"
Asal kalian tau, Dav mulai mencoba membuka hatinya untuk Luna. Ia tau, secinta apapun ia sama Vio, mereka tetap tidak akan bisa bersama. Dan Dav harus mengenal lebih dekat lagi kepada Luna yang akan menjadi istrinya kelak.
***
Seperti biasanya, pagi ini Dav turun dari mobilnya dengan mengenakan masker. Dengan Luna yang berada di sampingnya, mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing.
"Istirahat nanti gue tunggu di perpus," ujar Dav.
"Iya," Hari ini jam pertama kelas Luna adalah Seni. Jadi ia harus ke lantai 2 tempat dimana ruang khusus seni berada.
"Belajar yang bener," Dav mengacak rambut Luna sembari tertawa ringan.
"Ish capek tau nyatok rambut," kesal Luna namun tak dihiraukan. Dav malah semakin jadi mengacak rambut Luna.
"Dav! Rese banget lo," Kekesalan Luna semakin menjadi. Bagaimana tidak, rambutnya kini mulai berantakan dan si pelaku hanya tertawa girang.
"Maaf. Dah gue ke kelas dulu, sampai ketemu di perpus," ujar Dav.
"Hmm,"
"Buset singkat amat mba. Lagi PMS ya?" Canda Dav.
"Tau ah," ujar Luna kesal lalu pergi meninggalkan Dav yang masih tertawa.
Dav mengambil beberapa buku dari loker miliknya dan segera masuk ke kelas. Kelas pertamanya adalah matematika. Kelas yang sangat dihindarinya. Bukannya ia tidak paham dengan matematika, tetapi ia tidak suka dengan guru killer yang mengajar. Satu menit terlambat masuk, kalian akan mendapatkan hukuman 5 kali keliling lapangan utama.
"Woy Dav!" Panggil seseorang. Dav berbalik, ternyata Dhito yang memanggilnya.
"Gue kira kalian udah pada datang diluan," jawab Dav menghampiri Dhito dan Viona.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Agreement [END]
Teen Fiction"Kalaupun gue nantinya bakalan ninggalin lo, percayalah semua itu bukan keinginan gue. Kita gak bisa mengelak apa yang sudah tuhan persiapkan buat kita dan mungkin itu adalah jalan terbaik yang tuhan berikan buat kita," Gue sama Dav itu udah kenal...