Bab 44

45 5 1
                                    

HALLO SEMUA!!! Akhirnya setelah hiatus beberapa minggu, gw update lagi.
Btw maaf ya gw updatenya lama, soalnya belakangan ini gue lgi sibuk sama tugas sekolah 😧. OKHEY TANPA BANYAK BACYOT, silahkeun dibaca~

Sudah 2 hari, namun Viona masih juga tak kunjung membuka matanya. Sepertinya ia masih sibuk dengan alam bawah sadarnya. Semenjak kemarin pula, Dhito selalu menemani sang tunangan. Seperti sekarang ini, Dhito datang dengan bunga yang ada di tangan kanannya lalu menaruh bunga itu di meja.

"Morning," sapa Dhito menghampiri ranjang Viona. Tangan Dhito terulur menggenggam tangan Viona.

"Lama banget lo bangun, kita semua disini nungguin lo Vi." Dhito mempererat genggamannya dan sesekali mengecup punggung tangan Viona.

"Maafin gue Vi. Andai aja waktu itu gue nemenin lo. Semua ini gak bakal terjadi."

Sampai sekarang rasa bersalah Dhito terhadap Viona masih terus saja menghampirinya. Walaupun Rendy sudah mengingatkan kalau itu semua bukan kesalahan Dhito. Tapi tetap saja, andaikan saat itu Dhito menemani Viona mengambil berkas, tentu semua ini nggak bakal terjadi.

Ruangan lenggang. Dhito sibuk dengan pikirannya. Ia bingung apa yang harus ia katakan nanti mengenai Dav jika Viona sadar. Kevin ataupun kedua orang tua Dav sepakat untuk tidak memberithuan keadaan Dav hingga Viona pulih sepenuhnya. Bahkan saat diperjalanan menuju ke rumah sakit, Dav juga meminta kepada Kevin serta Rion untuk tidak memberitahu Viona mengenai dirinya.

Suara pintu terbuka membuat Dhito berbalik melihatnya. Rupanya Bella dan Aldo datang untuk menjenguk Vio.

"Masih belum ada perkembangan?" Tanya Bella lirih melihat sahabatnya yang terbaring lemah. Dhito menggeleng lalu menghembuskan nafas pasrah.

"Anyway, gimana keadaan Dav?" Tanya Dhito.

"Sama seperti sebelumnya. Kondisinya sempat menurun, tapi sekarang sudah lebih baik," jawab Aldo.

"Mereka sepakat untuk mempercepatnya menjadi malam ini," lanjut Aldo.

"Iya, Luna juga udah ngabarin gue semalam."

Jam demi jam berlalu. Baik Bella maupun Aldo dari tadi hanya bolak-balik ke kamar Dav dan Viona. Hari-hari mereka rasanya begitu kurang menarik tanpa Viona dan Dav. Apalagi begitu mereka mengetahui berita tentang Dav. Rasanya mereka tidak rela untuk jauh dari Dav.

Bella dan Dav juga tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Viona jika mendengar kabar tersebut. Mereka tidak tega jika harus menyampaikannya pada Viona. Semua orang juga tau apa yang Viona rasakan terhadap Dav.

"Gue pamit pulang dulu sebentar," Aldo berdiri dari sofa yang ada di ruang rawat Viona.

"Gue juga ya Dhit. Mau pulang mandi dulu."

Dhito tersenyum, "Iya."

Aldo menepuk pelan bahu Dhito dan menghampiri brangkar Viona. Mereka berdua pamit dan membisikkan sesuatu pada Viona. Entah Vio akan mendengarnya atau tidak.

***

Setelah Aldo dan Bella pulang, tak lama kemudian Rion dan kedua orangtua Viona datang. Dhito lalu ijin untuk ke ruang rawat Dav.

Saat keluar dari ruang rawat Viona, Dhito berpapasan dengan Kevin yang juga baru keluar dari ruang Dav.

"Mau kemana bang?" Tanya Dhito.

"Ke kantin bentar mau beli kopi. Lo mau kemana?"

"Mau liat Dav," jawab Dhito.

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang