Bab 8

123 6 0
                                    

David POV

Habis nganter si Vio, gue langsung buru-buru ngambil pesanan mama di salah satu tokoh yang nggak jauh dari kantor Om Rendy.

"Mba saya mau ngambil pesanan atas nama Re--"

--Dian?" Gue kaget ternyata salah satu pekerja disini itu Dian. Lo semua masih ingat sama Dian kan?. Dian juga sama terkekutnya kayak gue.

"Lo kerja disini?" Tanya gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo kerja disini?" Tanya gue.

"Iya Dav," jawabnya.

"Lo tadi mau ngambil pesanan kan?" Gue ngangguk aja ke dia.

"Atas nama Rena," ucap gue lagi. Dian langsung berbalik ke arah etalase kue yang ada di belakangnya dan nyerahin kue yang nyokap gue pesen.

"Nih Dav, ada tambahan lagi?"

"Nggak ada," gue liat Dian juga sibuk tekan tekan ke layar komputer di depan dia.

"Totalnya 275 Dav," langsung aja gue ngeluarin 3 lembar uang 100 ribu dan ngasi ke Dian.

"Thanks ya Di, gue diluan," gue pamit ke Dian begitu dia ngasi uang kembalian. Gue mesti cepet-cepet nih. Mama dari tadi udah nelponin gue.

🔊Ibu Negara is calling

Kesekian kalinya mama nelpon gue lagi. Mau nggak mau gue mesti jawab.

"Kenapa ma? Dav lagi di jalan?"

"Lama banget sih Dav, nggak lama lagi temen-temen mama datang nih,"

Buset ini ibu negara rempong amat sih-_

"Iya mama ku sayang, bentar lagi Dav nyampe nih,"

"Cepetan ya"

"Iya," gue langsung nutup telpon mama dan nambah kecepatan mobil gue.
.
.
.
Akhirnya nyampe juga di rumah. Gue turun dari mobil dan ngasih kunci mobil gue ke salah satu satpam buat parkir mobil gue ke garasi.

"Nih ma kuenya," gue letakin kue yang mama pesen ke meja. Gue langsung naik ke kamar aja, pengen istirahat.

Gue rebahin badan gue di kasur. Ah, kamar ku istana ku. Sambil mengistarahatkan tubuh sebentar, gue ngambil hp buat ngeliat instagram. Hal yang pertana gue liat adalah, Vio yang update foto bareng sama Bella.

Cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantik.

Gue ngucapin refleks. Entah kenapa setiap sama Vio gue sering deg-degan. Iya gue tau apa maksudnya. Tapi gue berusaha buat ngontrol apa yang gue rasakan. Gue nggak mau rusak persahabatan gue cuma karna perasaan gue ke Vio.

Dulu gue sama Vio udah janji kalau kita gak bakal pacaran. Perasaan lebih itu hanya sebagai sahabat dan kakak-adik. Nggak lebih. Makanya gue tetap nyembunyiin apa yang gue rasain ke Vio. Gue setuju apa yang orang bilang, kalau tidak ada persahabatan antara cowok dan cewek. Pasti salahsatu diantaranya akan mempunyai perasaan lebih.

Gue mulai suka ke Vio sejak SMP. Waktu itu, untuk pertama kalinya Vio nangis di depan gue karena dia diputusin pacar pertamanya.

Flashback

Disiang itu, gue sama Vio lagi   di taman sekolah. Vio mnangis sesenggukan. Dengan tangan yang memengang sekotak Tissue, dia ngeluarkan apa yang pengen dia katakan kepada mantan pacarnya itu.

"Hikss Dia jahat Dav. Gue benci sama Dia. GUE BENCI!! hiks," tanpa Ragu, gue langsung narik Vio ke pelukan gue. Gue nggak bisa ngeliat Vio nangis. Gue sayang sama dia. Gue ngebiarin dia mukul bahu gue. Biarin gue yang jadi pelampiasan rasa kesalnya dia. Gue nggak tau mau gimana lagi, gue cuma bisa ngelus rambutnya dia.

"Udah Vi, cowok kayak gitu ngapain sih lo tangisin,"

"Hikss Dia jahat Dav. Gue Bodoh udah nerima dia hikss...Gue bodoh Dav," Vio masih nggak bisa berhenti buat nangis. Ini memang pertama kalinya dia diputusin karena mantannya itu adalah Pacar pertamanya. Semenjak diputusin, Vio kadang sering ngajak gue ke taman di dekat rumah gue. Dia masih belum bisa ngelupain mantan brengseknya itu. Nafsu makan Vio pun menurun.

Gue udah nggak tahan sama apa yang dibuat mantannya Vio. Gue nyamperin mantannya Vio ke kelas dan langsung ngasi pelajaran ke dia.

"Brengsek lo! Pengecut lo jadi cowok!" Ujar gue marah dengan tangan yang masih nonjok muka tuh cowo. Si cowo itu nggak berani ngelawan dan pasrah apa yang dia dapat dari gue. Sampai akhirnya--

Grebb

"Stop Dav hiks..stop--

---g-gue takut," sesorang tiba-tiba meluk gue dari belakang dan spontan gue membeku. Gue tau itu vio. Apa gue udah keterlaluan? Gue denger dia nagis sambil nyuruh gue berhenti buat mukul mantan pacarnya itu. Vio meluk gue erat banget buat cegah biar gue nggak mukul lagi. Tapi gue masih belum puas. Pukulan gue nggak sebanding dengan apa yang Vio rasain. Gue langsung pukul dinding yang tepat di samping Muka mantan pacar Vio. gue liat si Faro-mantan Vio- terkejut. Karena jarak tangan gue sama muka nya dia kurang lebih cuma 2cm .

Gue narik tangan Vio buat keluar dari kelas mantannya itu. Vio cuma bisa ngikut kemana gue narik dia. Gue bawa di ke rooftof sekolah. Beruntung gue punya kunci Rooftof jadi bebas buat kesana.

"Udah Dav hiks l-lo nggak usah pukul Faro kayak gitu. G-gue takut Dav,"

"Dia pantas buat dapat pelajaran kayak gitu Vi," Vio cuma bisa nangis lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia pantas buat dapat pelajaran kayak gitu Vi," Vio cuma bisa nangis lagi. Gue langsung meluk dia dan tenangin dia.

"G-gue takut Dav, gimana nanti kata orang-orang,"

"Lo nggak usah takut, gue bakalan selalu ada disamping lo. Gue nggak bakal ngebiarin orang yang udah buat lo nangis. Gue janji bakalan ngejaga lo Vi. Gue janji gak bakal ninggalin lo Vi. Gue nggak suka liat lo nangis cuma karna lelaki brengsek kayak gitu Karna gue--"

Gue cinta sama lo Vi

--gue sayang ke lo sebagai sahabat," agak berat buat ngomongnya, tapi gue nggak mau buat Vio semakin rapuh. Gue nggak mau egois. Biarin gue sendiri yang mendam perasaan ini. Diam adalah cara yang paling tepat untuk saat ini dan seterusnya.

Di hari itu, di tempat itu, gue janji ke diri gue dan vio  buat selalu ada disamping Vio dan selalu menyanyangi dia sebagai......

Sahabat

Cepat atau lambat, gue juga bakalan ngomong ke dia apa yang gue rasain selama ini. Dan gue tunggu hingga waktunya tepat. Untuk saat ini cukup memendam dan menahan perasaan ini.

Flashback off

Gue masih ingat banget moment itu, moment dimana gue menyadari sepenuhnya perasaan gue terhadap Vio sekaligus menguburnya.

Tbc

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang