Pagi hari datang menyambutnya. Rasanya baru saja Dav memejamkan matanya selepas acara pertunangannya tadi malam. Bahkan ia tidak sempat bertemu dan berbicara dengan Viona. Mereka hanya bisa saling menatap dalam diam.
Dav segera bersiap-siap pergi ke sekolah. Semalam ia berjanji akan berangkat ke sekolah bersama dengan Aluna. Lelaki itu meneguk segelas air putih yang ada di meja yang tak berada jauh dari kasurnya sebelum pergi mandi.
Setelah kurang lebih 15 menit, Dav sudah siap dengan seragam dan tas ransel yang disampirkannya di pundak kanan.
"Pagi," ujarnya
"Pagi sayang,"
Ia lalu duduk di samping ayahnya yang sedang sibuk dengan koran yang sedang dibaca.
"Bang Kevin kemana mah?" Tanyanya.
"Masih tidur di kamar--obat kamu yang mama simpan di meja udah kamu bawa?" Rena menatap anak lelakinya itu serius. Dav terkadang selalu terlupa oleh obat 'itu' dan membuat Rena harus mengingatkan berulang kali. Pasalnya, kesehatan Dav belakang ini sedikit menurun dan membuat Rema dan Nathan harus extra untuk memperingati anak bungsunya itu.
"Udah mah tenang aja,"
"Awas aja kalau kamu sampai lupa bawa," Dav menhangguk sambil meneguk segelas susu yang sudah disiapkan oleh Rena. Setelah itu ia mengoleskan selai coklat di roti yang berada di hadapannya.
"Mau kemana Dav?" Tanya Nathan melihat Dav yang berdiri dari kursinya.
"Ke kamar bang Kevin. Dav mau pinjam mobilnya dia," jawab Dav dengan mulut yang mengunyah roti yang ia buat tadi.
"Mobil kamu memangnya kenapa?" Giliran Rena yang bertanya.
"Barang-barang semalam masih berantakan di mobil Dav dan waktunya gak keburu kalo Dav beresin dulu. Lagian bang kevin kan hari ini nggak ada kuliah," ia sedikit berlari menuju kamar Kevin. Dav membuka kamar sang kakak. Bisa ia lihat kalau kakaknya itu masih tertidur nyenyak dengan badan yang terbungkus selimut.
"Bang," panggilnya
"Hmm,"
"Gue pinjam mobil ya. Mobil gue masih berantakan, nggak keburu waktu gue kalo mau ngeberesinnya dulu. Jarak dari sini ke rumah Luna juga lumayan jauh," jelasnya.
"iya, isiin bensin tapi,"
"Siap,"
"Sekalian gantiin pengharum mobil gue. Udah habis soalnya. Ambil pengharumnya di laci gue," titah Kevin yang dituruti oleh Dav. Lelaki itu lalu mengambil pengharum ruangan di laci yang Kevin tunjuk.
Setelah itu ia turun ke ruang makan. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 dan ia harus segera menjemput Luna. Dav menghabiskan roti dan susu yang tersisa di piringnya.
"Pah, mah, Dav pergi dulu ya," pamitnya.
"Iya. udah cepat, kasian Luna nungguin kamu nanti kelamaan,"
"Hati-hati bawa mobilnya Dav. Nggak usah ngebut," ingat Nathan."Iyaa!"
Dav buru-buru masuk kedalam mobil. Ia lalu menyalakan mesin mobil dan melaju keluar dari pagar rumah untuk menjemput Luna. Butuh 15 menit untuk ia sampai ke rumah Luna. Ah atau mungkin lebih tepatnya rumah Dhito. Dav masuk ke halaman rumah yang sama megahnya dengan rumah miliknya itu. Dav memarkirkan mobilnya di depan pintu dan rupanya ada Aluna yang sedang menunggunya di depan pintu sambil memainkan handphone nya.
"Lun," panggil Dav dan membuat Aluma menghentikan aktivitasnya.
Saat ingin masuk ke mobil Dav, mereka berpapasan dengan Dhito yang baru saja keluar rumah dengan tangan kanan yang menenteng jaket hitam miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Agreement [END]
Teen Fiction"Kalaupun gue nantinya bakalan ninggalin lo, percayalah semua itu bukan keinginan gue. Kita gak bisa mengelak apa yang sudah tuhan persiapkan buat kita dan mungkin itu adalah jalan terbaik yang tuhan berikan buat kita," Gue sama Dav itu udah kenal...