Bab 39

50 5 1
                                    

"Udah minum obat lo?" Aluna meletakkan sebotol air mineral disamping Dav.

"Udah,"

"Thanks ya lun," ujar Dav.

"For what?" Tanya Luna bingung.
"Makasih buat perhatian lo ke gue. Walaupun gue sering cuek ke lo,"

"Ya ampun sans aja kali Dav. Udah jadi tanggung jawab gue juga," keduanya sama-sama tersenyum dan kembali fokus ke buku masing-masing.

"Ada yang nggak lo pahami buat materi ini?" Tanya Dav.

"Untuk sementara sih belum ada," Jawab Aluna sembari membolak-balikkan buku yang ada di depannya.

"Untuk masalah kepindahan lo gimana Lun?" Aluna terdiam.

"Gue bingung Dav,"

"Lun, bagaimanapun mereka orang tua lo. Walaupun mereka jarang ketemu lo, yang namanya orang tua pasti punya rasa sayang ke anaknya," Dav mengulurkan tangannya dan mengelus tangan Aluna.

"Tapi Dav gimana--

"Ada gue lun. Lo lupa ya? Lo bisa ke rumah gue kalau emang lo lagi bosan. Mamah juga udah bilang kan ke lo,"

Wanita itu menundukkan kepalanya. Setetes demi setetes air mata jatuh dari mata Luna. Ia terisak pelan agar tidak mengganggu orang di sekitarnya.
Dav berdiri dan membawa Aluna ke pelukannya dan menepuk pelan pundak Luna. Bukannya tenang, tangisan Aluna semakin menjadi. Ia pikir hanya Dhito dan keluarganya yang cuma menyayanginya. Ia juga takut kalau Dav tidak akan menerimanya. Namun ia salah menduga, justru Dav bisa membuatnya tenang dan menyayanginya. Dav juga melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Dhito.

"Udah nggak usah nangis. Ntar orang-orang ngirain gue mukul lo,"

"Dav,"

"Ya?"

"Boleh gue peluk lo?"

"Sure, kalau itu emang bisa buat lo lebih baik," setelah mendapat persetujuan, Aluna lalu membalas pelukan Dav erat. Hingga suara deheman seseorang membuat mereka melepaskan pelukannya.

"Mentang-mentang sekolah ini milik bokap lo, malah enak-enakan pelukan lo! Ini perpus woy, bukan taman kota!" Keduanya terkejut dan sontak menoleh ke arah sumber suara.

Ternyata Aldo lah sumber suaranya. Pantas saja suara itu seperti tidak asing di telinga Dav. Aldo berdiri di depan pintu perpustakaan dengan tangan yang melipat di depan dada. Begitupun juga dengan Bella yang menatap tajam ke arah Dav.
"Ngagetin lo anjir. Ganggu banget lo berdua," kesal Dav yang melempar pulpen yang ia pegang ke arah Aldo.

"Lagian lo berdua main peluk-pelukan di perpus. Gue bilangin bokap lo Dav,"

"Dih dasar anak mamih, main ngaduin orang,"

"Kalian ngapain ke perpus? Bukannya kalian tadi di kantin?" Lanjutnya.

"Hello Dav!! Ini bentar lagi mau masuk loh. Makanya jangan sibuk pelukan doang lo," cibir Bella.

"Gue sama Bella mau pinjem buku bahasa inggris yang ma'am Gina bilang,"

Astaga Dav lupa kalau harus meminjam buku bahasa inggris. Bahkan ia juga lupa mengambil buku Viona. Untung saja Aldo mengingatkannya.

"Ini kenapa si Luna nangis?! Lo apain Luna Dav? Wah parah sih lo, masa lo nyakitin tunangan sendiri sih. Tega banget lo!" Kaget Bella begitu melihat mata Luna yang masih berair. Bella lantas memeluk Luna dan menatap Dav meminta penjelasan.

"Nuduh gue mulu kerjaan lo Bell. Cari info yang jelas dulu baru nge-judge orang. Gue tarik juga bibir lo lama-lama," geram Dav.

***

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang