Bab 43

51 4 0
                                    

Sorry for typo

Faro menusuk perut Dav dengan pisau yang ia sembunyikan dari dalam baju yang ia pakai. Hal itu membuat Dav melangkah mundur dan memegang luka tusukan itu.

'Sial' batin Dav saat melihat Faro kabur.

Ia lalu berlari menghampiri Viona dengan langkah yang tertatih sambil menahan rasa nyeri di perutnya. Dav menepuk pipi Viona pelan bermaksud agar sabahatnya itu tetap sadar. Tangan kanannya ia ulurkan untuk menahan darah yang keluar dari luka tembakan.

"Vi sadar vi!"

"D-dav...sa-sakit," lirih Viona.

"Tahan Vi, lo bakal dibawa ke rumah sakit, jadi please bertahan Vi," Dav memegang Viona dengan tangan gemetaran. Air matanya deras mengalir. Ia bahkan tidak menghiraukan rasa sakit pada dirinya sendiri.

"Lo kuat Vi. Please bertahan kali ini aja," tangis Dav.

Dor..dor..dor..

Suara tembakan lagi membuat semua orang di ruangan itu terkejut. Rupanya ada Aldo yang datang bersama dengan polisi. Ya, sebelumnya Aldo sudah diberitau oleh Dhito mengenai rencana untuk menyelamatkan Viona. Karena itu Aldo datang bersama dengan Polisi.

Tanpa berlama-lama, polisi langsung mengepung seluruh bagunan tersebut dan tidak membiarkan satu orang pun baik Faro maupun anak buahnya kabur.

Di sisi lain, Dhito menghampiri Viona dengan tergesa-gesa. Lelaki bersuara berat itu tak kuasa menahan tangisannya melihat Viona yang sedang menahan sakit.

"VIONA!!"

"Jangan nutup mata lo Vi! Gue tau lo dengar suara gue. Please bertahan Vi," lanjut Dhito.

Sama dengan apa yang dilakukan Dav, Dhito menepuk wajah Viona pelan. Ia lalu menggendong Viona dan cepat membawanya ke rumah sakit. Namun saat mengangkat Viona, Dhito dibuat terkejut dengan wajah pucat Dav. Matanya menangkap bercak darah di baju bagian bawah Dav.

"Dav lo--"

"Gu-gue nggak papa. Lo c-cepat bawa Viona ke rumah sakit," Dhito bingung. Ia tau kalau Dav sedang tidak baik-baik saja. Apa yang harus dia lakukan?

"BANG TOLONGIN DAV!" Ia meminta bantuan kepada Rion dan Kevin. Keduanya lalu mengangguk dan menghampiri Dav.

"Tahan Dav! Lo juga jangan sampai kehilangan kesadaran lo. Please," setelah itu, Dhito cepat berlari sambil menggendong Viona di punggungnya menuju ke mobil dan membawanya ke rumah sakit.
.
.
Dav terduduk lemas memegangi perut dan mengatur nafasnya yang mulai memberat. Matanya melihat Viona yang sedang dibawa oleh Dhito menuju ke mobil. Ia tersenyum, setidaknya ia berhasil menyelamatkan Viona. Matanya semakin memberat. Tubuhnya semakin lemas, nafasnya pun memberat. Pandangannya sedikit kabur. Dan setelah itu Dav menutup matanya perlahan. Walaupun sebelumnya ia mendengar suara Kevin yang terus memanggil namanya.

"LO KUAT DAV!! LO KUAT! BANGUN DAV!"

"Tuhan, tolong selamatkan Viona. Kalau memang ini hari terakhir gue, setidaknya gue udah berhasil nyelamatin sahabat yang paling gue sayangi,"

***

Semua orang kini menunggu di depan ruang operasi sambil memanjatkan doa agar Viona diberi keselamatan. Kondisi Viona sempat menurun dikarenakan banyaknya darah yang keluar. Namun kondisi Viona perlahan mulai kembali lebih baik dari sebelumnya sehingga operasi kembali dilanjutkan.

Dhito mengacak rambutnya kasar. Ia menangis dalam diam. Orang yang melihat kondisi Dhito pun sangat memprihatinkan. Bajunya berantakan dan dipenuhi bercak darah. Tangannya masih penuh oleh darah Viona. Matanya juga sembab.

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang