Di wilayah lain, Dhito tersenyum bahagia menantikan hari ini. Seperti sekarang, ia sedang bersiap-siap menggunakan setelan jas yang sudah disiapkan di kamarnya.
"Kayaknya gue harus ke kamar Luna deh," ujar Dhito sambil memperbaiki ikat pinggang yang ia gunakanan. Lelaki itu pergi keluar kamar menuju kamar Aluna yang tidak jauh dari kamarnya.
Dhito membuka kamar Aluna. Di dalam kamarnya, terlihat beberapa orang maid yang sedang mendandani Aluna.
"Mau ngapain?" Tanya Aluna tanpa menoleh ke arah Dhito.
"Nggk papa. Gue pengen liat lo aja," beberapa maid itu langsung menunduk hormat saat melihat tuan muda mereka masuk ke kamar Aluna.
"Saya ingin berbicara dengan Luna," ucap Dhito. Para maid yang sedang mendandani Aluna pun lantas menghentikan pekerjaan mereka sementara dan pergi keluar kamar.
"Seyum kali Lun, sinis banget sih muka lo," cibir Dhito.
"Muka gue emang kayak gini,"
Dhito tertawa, "ckck, setidaknya lo harus senyum. Di hotel nanti bakalan banyak wartawan dan malam ini lo bakalan diumumkan secara resmi buat jadi pewaris Dhis Company,"
"Terus?"
Dhito membuang nafasnya kasar, "ya setidaknya lo harus terlihat ramah lah bego! Apalagi ini hari pertunangan lo. Jangan sampai si Dav malah kabur ngeliat muka jutek lo,"
"Gak ada akhlaknya emang lo kalo ngomong," kesal Aluna.
"Bokap sama nyokap lo bentar lagi sampai," Aluna terdiam.
"Luna,"
"Gue gak peduli,"
Dhito mendekat ke arah Aluna
"Mereka tetap orang tua lo Lun. Setidaknya untuk hari ini mereka ngeluangin waktu buat lo," Dhito tau Aluna akan berubah saat membahas mengenai kedua orang tua wanita itu. Dulu Aluna ingin Dhito berjanji agar tidak terlalu membahas mengenai orang tuanya yang super sibuk itu.
Dhito memeluk Aluna, "Setelah selesai, lo ke bawah dulu. Temui orang tua lo. Gue gak mau penerus Dhis Company itu anak durhaka,"
"Iya gue nanti turun," Aluna mendengus. Jawaban itu membuat Dhito sedikit lega.
"Ya udah kalau gitu. Gue mau ke kamar dulu. Ingat apa yang gue bilang,"
"Iya Dhito. Bawel lo ah,"
***
Mobil-mobil yang bernilai fantastis silih berganti memasuki kawasan salah satu hotel ternama. Termasuk mobil milik keluarga Viona dan Dav yang datang berbarengan. Begitu kedua keluarga tersebut tiba, mereka semua langsung mendapat sorotan cahaya kamera para reporter yang sudah menanti kedatangan kedua keluarga tersebut.
"Aku senang sekali malam ini Gilang," Baron tertawa pelan begitu melihat Gilang-kakek Dav- yang menghampirinya.
"Akhirnya semua ini tercapai," balas Gilang. Begitu pula dengan dengan kedua orang tua Dav dan Viona yang sedang bercanda tawa.
"Kemana Rion? Dia tidak datang bersama kalian?" Tanya Nathan.
"Dia sedang dalam perjalanan bersama dengan Alexa,"
"Tuh Vin, Rion aja malam ini barengan sama calon istrinya. Lah kamu?" Sindir Rena pada putra sulungnya.
"Males ah, mamah balas ginian mulu. Ntar deh Kevin bawa ke rumah calon istri Kevin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
An Agreement [END]
Teen Fiction"Kalaupun gue nantinya bakalan ninggalin lo, percayalah semua itu bukan keinginan gue. Kita gak bisa mengelak apa yang sudah tuhan persiapkan buat kita dan mungkin itu adalah jalan terbaik yang tuhan berikan buat kita," Gue sama Dav itu udah kenal...