Bab 40

57 5 3
                                    

Sorry for typo

"Halo Vi?"

"I-iya halo Dhit. Tunggu bentar---Akhh"

Tuut..tuut..tuut

Sambungan terputus membuat pikiran  Dhito semakin tidak karuan. Ditambah lagi sebelum telpon itu benar-benar terputus, ia mendengar suara Viona yang seperti orang kesakitan.

Dhito lantas turun dari mobil dan berlari sekuat mungkin masuk ke dalam area sekolah. Di dalam hati ia merapalkan doa agar Viona baik-baik saja.

"VIONA!!" Teriaknya. Nihil, di lantai dasar pun ia tidak bisa menemukan keberadaan Viona. Dhito lupa kalau Viona tadi ingin pergi ke ruang Humas. Lalu berlari menaiki tangga secepat mungkin.

"VI!!" Dhito mendobrak pintu ruangan namun ia masih juga tidak menemukan keberadaan Viona. Ia cemas, dadanya naik turun dan nafas yang tak karuan.

"VI LO DIMANA!!"

Hening.

Tidak ada jawaban sama sekali. Mata Dhito menyusuri setiap ruangan yang ada  di lantai 4. Semua ruangan ia buka namun belum juga mendapatkan tanda-tanda keberadaan Viona.

"ARGGGHH!!" Dhito mengacak rambutnya frustasi. Lelaki itu berulang kali menelpon nomor Viona namun tetap tidak terjawab. Dhito tetao mencoba menghubungi Viona, dan berakhir hanya suara "nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.."

Dhito cemas dengan Viona. Ia sudah mencarinya di sekitaran lantai 4 namun tetap saja tidak menemukan Viona. Dhito terduduk lemas di dekat tangga dan mengacak rambutnya frustasi. Betapa terkejutnya Dhito saat menyadari kalau di sampingnya terdapat bercak darah. Darah itu masih basah yang artinya baru saja terjadi sesuatu. Ia semakin terkejut melihat sebuah anting yang terletak dengan darah darah di sekitarnya.

Dhito mengambil anting itu dan menatapnya seksama. Ia sepertinya pernah melihat anting ini.

"VIO!!" Ya itu anting milik Viona. Viona pernah bercerita padanya kalau itu adalah salah satu anting kesukaannya. Seluruh tubuh Dhito bergetar hebat. Ia syok melihat darah yang berceceran di sekitarnya. Pasti sesuatu terjadi dengan Viona.

Dengan tangan yang bergetar, Dhito merogoh ponselnya bermaksud menelpon seseorang.

"P-pah," suara Dhito gemetaran.

"Dhit kamu kenapa? Kamu baik baik aja kan?"

"Viona--Vio pah,"

"Ada apa dengan Viona Dhit?"

"Sesuatu terjadi sama Vio. Dhito gak tau dia kemana. D-dhito nemuin anting Viona di dekat darah pah," badan Dav gemetar ketakutan.

"Dhit coba cerita sejelas-jelasnya ke papah. Kamu tenang dulu," Dhito menarik nafas dalam lalu menceritakan semuanya kepada papahnya. Tentunya kedua orang  tua Dhito syok dan langsung menyuruh Dhito ke rumah Viona. Dhito tidak menolak dan langsung pergi ke parkiran mobil dengan anting yang ada di genggamannya dan membuat tangan Dhito kotor oleh darah.

Sepanjang jalan, tak hentinya Dhito merapalkan doa agar Vio baik-baik saja. Apa ini maksud dari rasa cemas dan rasa yang mengganjal di dadanya tadi?. Dhito takut. Ia beberapa kali mencoba memfokuskan pikirannya saat mengendarai mobil.

Mobil di parkir secara asal oleh Dhito begitu ia sampai di rumah Viona. Dhito masuk ke dalam rumah Vio dengan perasaan cemas. Di dalam sana, sudah ada kedua orang tuanya, kakeknya, kedua orang tua Dav dan juga Dav, serta Rion dan Kevin. Clara terlihat menangis di pelukan mamahnya Dhito. Di sampingnya pula ada Rena--mamahnya Dav-- yang ikut menenangkan Clara. 

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang