Bab 46

47 2 0
                                    

Akhirnya gw update new chap setelah beberapa bulan hiatus :(.

Happy reading guys, maaf kalau ada typo.
Love you❤
.
.
.
.
.

"Dav"

Semua orang menoleh ke arah sumber suara dan mendapatkan Viona yang berdiri di ambang pintu dengan keadaan yang tidak karuan. terlihat sedikit bercak darah pada baju Viona yang mereka yakin kalau itu berasal dari lukanya.

"Vio kok kamu disini?"

Viona tak menghiraukan pertanyaan dari Rion. Ia mantap untuk melangkah menghampiri brangkar milik Dav yang sudah berada di dalam helikopter. Tatapannya terpaku pada sahabatnya yang sedang terbaring lemah. Air matanya tak kunjung berhenti untuk keluar.

Rion paham kalau kondisi adiknya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Adiknya baru saja sadar dan cuaca malam ini sangat dingin. Rion akhirnya menghampiri Vio dan menarik tangan adik bungsunya itu.

"Vi,"

Viona hanya menatap geram ke arah Rion. Ia menghempaskan tangan Rion. Namun tetap saja, kekuatan Rion lebih besar dibandingkan dirinya.

"MINGGIR GAK LO?!"

"Tapi Vi,"

"MINGGIR ATAU GUE BAKAL BUNUH LO SEKARANG!" Ucapan Viona membuat semua orang terkejut. Viona merogoh saku bajunya untuk mengambil sebuah pisau yang entah sejak kapan berada di dalam sakunya. Bahkan Dhito pun tak mengetahui hal tersebut.

Rendy lalu segera menghampiri kedua anaknya dan menarik mundur Rion.
"Biarkan dia melihat Dav," titah Rendy.

"Tapi pih-"

"Rion, kamu ingat ucapan Kevin? Kondisi Dav sangat memburuk. Bagaimana jika ini menjadi terakhir kalinya Vio bertemu dengan Dav? Kamu mau Viona membenci kita semua?" Clara mengusap bahu ank sulungnya mencoba untuk memberikan penjelasan.

Rion tau apa maksud yang mamihnya katakan. Tapi di satu sisi, Rion tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih parah terhadap adiknya. Sudah cukup Dav saja yang membuat ia sangat sedih.

"Maaf, Dhito gak bisa cegah Viona. Karna Dhito rasa, Viona berhak tau semuanya sebelum akhirnya Dav pergi," Dhito menunduk menghampiri kedua orang tua dan juga kakaknya Viona.

"Tidak papa Dhit, om setuju dengan yang kamu katakan. Bagaimanapun, kita gak berhak menghalagi Viona seperti rencana yang sudah kita buat," Rendy menepuk pundah Dav guna memberikan kenyamanan pada calon menantunya.

Di sisi lain, Viona berjalan dengan tertatih-tatih menuju helikopter. Ia masih yakin kalau orang yang berada di dalam brankar itu adalah Dav. Ia yakin kalau semua ini hanya lelucon.

Kevin yang berada di pintu helikopter lantas bergeser untuk memberi jalan pada Viona. Viona berdiri menatap lelaki yang menjadi sahabatnya selama 15 tahun lebih. Ia menatap lelaki yang sedang tertidur pulas, dengan wajah pucat dan beberapa alat medis yang menempel pada tubuh sahabatnya.

Hatinya remuk, sesak seketika memenuhi dadanya. Kakinya seolah mati rasa setelah melihat Dav yang membuat Kevin segera menopangnya agar Viona tidak terjatuh.

"D-Dav," lirihnya.

"Lo mau kemana? Lo kenapa Dav? Jawab gue Dav. JAWAB GUE?!" Ujar Viona.

"Lo udah janji gak bakal tinggalin gue. Lo janji kalau lo bakalan terus jagain gue. Lo janji gak bakal biarin ada orang yang bikin gue sedih. Tapi kenapa lo ngingkarin semua janji lo?!" Viona memegang erat tangan Dav.

"Bang, jawab Viona, ini semua kenapa? Kenapa Dav bisa kayak gini? Kenapa Dav mau ninggalin Viona bang?" Viona mengguncang tubuh Kevin bermaksud meminta penjelasan namun Kevin masih diam seribu bahasa. Rena tak tahan melihat Viona, ia lalu memeluk Viona erat.

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang