Di kursi taman resto Viona menangis sejadi-jadinya. Hatinya masih sakit dan belum bisa menerima apa yang kakeknya katakan.
Ia masih sakit hati saat tau kalau Dav sudah lebih dulu gau mengenai masalah ini.
"Gue gak siap..hiks-- kenapa harus gue?! Kenapa harus gue yang dijodohin?!" Marahnya. Viona memukul dadanya yang terasa berat.
"Karena itu udah takdir kita sebagai pewaris," suara bariton khas lelaki menghentikan tangisan Viona. Lelaki itu duduk di samping Vio.
"Ngapain lo disini?" Tanya Vio.
Flashback on
Viona berlari keluar dari ruangan itu dengan tangisan yang ia tahan.
"Viona!" Panggil Rendy namun tak dihiraukan oleh anak perempuannya itu.
Dav berdiri hendak mengejar Viona. Namun langkahnya ditahan oleh Dhito.
"Biar gue yang urus," ujar Dhito. Ada rasa tak terima saat Dhito menghalangi jalannya. Ia ingin menjelaskan semuanya pada Vio agar tidak ada kesalahpahaman. Ia punya alasan sendiri mengapa ia tak memberitahu Vio mengenai perjodohan ini.
Dhito lalu berlari mengejar Viona yang entah pergi kemana.
"Maaf, sepertinya dia masih terkejut mengenai ini," Ujar Baron.
~ ~
Dhito mencari Viona ke seluruh resto namun tidak menemukannya. Ia lalu berinisiatif untuk pergi mencari Vio di halaman luar. Termasuk taman.
Benar, Ia melihat Vio yang sedang menangis di salah satu kursi yang ada di taman. Dhito tersenyum simpul dan mendekati Vio perlahan.
"Gue gak siap..hiks-- kenapa harus gue?! Kenapa harus gue yang dijodohin?!" Dhito merasa ada yang mengganjal dihatinya saat melihat Vio menangis. Ia tau apa yang Vio rasakan. Ia juga mengalami itu disaat kedua orang tua dan kakeknya menjelaskan perihal perjodohan tersebut.
"Karena itu udah takdir kita sebagai pewaris,"
Flashback off
Viona menghapus air matanya dan membelakangi Dhito. Ia masih tidak ingin melihat wajah siapapun.
"Mending lo pergi, gue pengen sendiri,"
Dhito tak peduli apa yang dikatakan Vio. Justru ia meregangkan otot-ototnya dan membuang nafas kasar.
"Gue tadi bingung kenapa malam ini bintang-bintang pada gak muncul padahal kemaren dia muncul dan mencarkan cahaya indahnya. Tapi sekarang gue tau kenapa dia nggak muncul. Rupanya semesta sedang menangis ditengah kesepian,"
Air mata yang semula sudah tidak ada, kini mengalir kembali di pelupuk mata Viona.
"Gue lagi pengen sendiri,"
KAMU SEDANG MEMBACA
An Agreement [END]
Teen Fiction"Kalaupun gue nantinya bakalan ninggalin lo, percayalah semua itu bukan keinginan gue. Kita gak bisa mengelak apa yang sudah tuhan persiapkan buat kita dan mungkin itu adalah jalan terbaik yang tuhan berikan buat kita," Gue sama Dav itu udah kenal...