(1)

74K 3K 122
                                    

Main cast:
Ayaka Hnayaaa
Riza Aditya Afnan

Aya Point Of View.

"Ma, tolong lah, Riza gak mungkin menikahi Aya, Mama tahukan yang Riza cinta itu siapa? Mama tahu jadi tolong, pekara pasangan hidup biar Riza yang nentuin sendiri."

"Tapi apa kurangnya Aya dibanding perempuan pilihan kamu itu Za? Aya jauh lebih baik, jauh lebih solehah, Aya menantu terbaik pilihan Mama, apa kamu pikir Mama akan memilihkan pasangan yang tidak tepat untuk kamu?"

"Ma! Ini bukan masalah Riza percaya atau enggak sama Mama tapi ini masalah cinta Ma, perasaan Riza selamanya gak akan berubah untuk Aya jadi tolong Ma, Riza gak mau berdebat sama Mama, ini juga bukan masalah baik atau siapa yang lebih solehah tapi hati Ma, hati Riza bukan untuk Aya, tolong Ma, ngerti sedikit perasaan Riza."

"Karena Mama terlalu mengerti perasaan kamu makanya Mama gak mau kamu menyesal dikemudian hari Za, Mama tetap gak setuju dengan pilihan kamu, kamu mau mengharapkan apalagi dari perempuan yang udah jelas-jelas ninggalin kamu gitu aja? Kamu sakit parah apa dia peduli? Sekarang disaat kamu udah sehat dan sukses dia mau balik gitu aja? Mama gak akan membiarkan anak Mama dibodoh-bodohi."

"Ma, Gea cuma melakukan kesalahan Ma, bukannya semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua? Tolong Ma."

"Tapi bukan perempuan itu, dengarkan Mama, Mama hanya mengizinkan kamu menikah dengan Aya, Mama hanya akan menerima satu perempuan sebagai menantu Mama, kalau kamu menolak dan berisi keras menikah dengan pilihan kamu, Mama yang akan keluar dari rumah ini."

Gue menggenggam erat buku digenggaman gue tanpa berniat mengeluarkan sepatah katapun, apa yang harus gue perbuat? Menolak permintaan Mama? Menolak permintaan perempuan yang sudah bersusah payah membesarkan gue?

"Ma, Riza mohon pengertian Mama, tolong Ma, Riza gak bisa menikahi Aya, Mama mau Riza nerima Aya sebagai sahabat? Saudara atau bahkan Adik sekalipun Riza bisa terima tapi bukan sebagai istri Ma."

"Pilihan Mama tidak berubah, jangan terlalu membantah Mama, selama kamu masih anak Mama, selama itu juga Mama tidak akan merestui pernikahan kamu dengan Gea." Mama bangkit dari duduknya meninggalkan Bang Riza dan gue dengan kecanggungan semakin menjadi.

"Ay, kamu harus nolongin Abang, Mama cuma akan mendengarkan kamu, tolong bujuk Mama untuk setuju dengan pernikahan Abang sama Gea, kalau kamu nganggep Abang sebagai Abang kamu, kamu harus nolongin Abang, harus!" Bang Riza menggenggam kedua tangan gue erat dengan tatapan memohonnya, gue harus apa?

"Akan Aya coba!" Gue narik tangan gue yang digenggam Bang Riza dan bangkit untuk nemuin Mama.

Serba salahkan gue? Setuju dengan permintaan Mama itu artinya gue ngecewain Abang yang selama ini udah nganggep gue selayaknya adik kandung, kalau ngebantuin Bang Riza itu juga susah, gue gak mungkin ngecewain Mama yang udah ngurusin gue juga selayaknya putri kandung.

"Ma, Aya masuk ya." Gue masuk dan mendudukkan tubuh gue disamping Mama, menggenggam tangannya erat untuk menenangkan.

"Ma, boleh Aya tahu kenapa Mama berusaha keras menikahkan Aya sama Bang Riza?" Tanya gue mencoba dengan nada selembut mungkin.

"Mama cuma gak mau kehilangan kamu, kalau kamu menikah dengan Riza, selamanya Aya akan jadi anaknya Mama." Gue tersenyum pelan.

"Ma, tanpa harus menikah dengan Bang Rizapun, selamanya Aya akan jadi anak Mama, didunia ini yang Aya kenal sebagai Ibunya Aya cuma Mama, Mama yang udah ngebesarin Aya jadi Mama harus takut kehilangan Aya kenapa?"

"Aya dengarkan Mama, walaupun Riza dibutakan dengan cintanya untuk perempuan itu tapi kamu tahukan kalau penilaian Mama gak pernah salah, perempuan itu bukan yang terbaik untuk Abang, Aya tahu itu."

"Mungkin Mama akan mempertimbangkan permintaan Riza kalau perempuannya bukan Gea tapi Aya harus ingat, kalau sampai Bang Riza menikah dengan Gea, Aya harus keluar rumah ini Aya ingatkan? Berselang bulan mungkin Mama yang harus keluar dari rumah ini juga."

Gue menghembuskan nafas panjang dengan ucapan Mama, gue tahu jelas alasan Mama gak suka sama Kak Gea apa, bukan cuma karena Kak Gea ninggalin Bang Riza gitu aja sewaktu sakit parah dulu tapi Kak Gea juga gak suka sama gue, Kak Gea beranggapan kalau gue yang cuma anak pungut gak akan pernah cocok jadi bagian dari keluarga Affan.

"Ma, Aya udah besar, kalaupun Aya harus keluar dari rumah, Aya bisa tinggal diasrama kampus kok Ma, Mama gak perlu khawatir, lagian Bang Riza gak akan mungkin ngebiarin Kak Gea kasar sama Mamakan?"

"Mama bersikap seperti ini bukan semata-mata karena keegoisan Mama Ay, Mama mau yang terbaik untuk anak-anak Mama, kamu mau ya menikah sama Bang Riza?"

"Ma, tapi gimana sama perasaan Bang Riza? Aya gak tahu harus ngasih jawaban apa Ma, Mama berarti untuk Aya, Bang Riza juga tapi Aya gak mungkin maksain Bang Riza untuk menikahi Aya."

Gue memang tidak keberatan untuk menikah tapi bukan dengan seseorang yang hatinya terpaut untuk perempuan lain, gue gak mau menjadi penghalang untuk hubungan seseorang, gue disini untuk ngebujuk Mama bukan malah setuju sama permintaan Mama.

"Aya akan setuju kalau Bang Riza juga setuju Ma." Gue bahkan tertunduk setelah ucapan gue, cuma ini yang bisa gue lakuin untuk menjaga perasaan Mama dan Bang Riza disaat bersamaan.

"Baik, Riza akan menikahi Aya." Suara Bang Riza yang membuat kepala gue yang semula tertunduk pasrah berubah kaget lebih kacau lagi.

"Kamu serius Za? Mama seneng dengernya."

"Dengan satu syarat Ma, walaupun Riza sudah menikah dengan Aya, Riza tetap akan memperhatikan Gea, kalau selama itu Riza gak nemuin semua tuduhan yang Mama layangkan ke Gea, Mama harus setuju ketika Riza menikahi Gea juga nantinya."

.
.
.

Yuhu hu hu hu, semoga lapak ini gak mengecewakan yak, happy reading dan sampai bertemu dilapak lainnya juga kwkwkw 😂

Why Him? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang