(27)

18K 1.7K 67
                                    

"Ay! Kakak mau ngomong sebentar." Gue menghembuskan nafas berat sebelum mengiyakan permintaan Kak Alan, sama halnya Bang Riza yang mau bicara baik-baik sama Kak Gea, gue rasa hal yang sama juga berlaku untuk gue sama Kak Alan, bicara baik-baik.

"Yaudah Kakak mau ngomong apa? Aya gak bisa lama soalnya." Gue bukan menghindar tapi gue memang gak bisa lama, gue punya rencana sendiri sama Abang malam ini.

"Kamu beneran nikah sama Mas Riza?" Gue mengangguk pelan.

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu nikah sama Mas Riza? Kamu gak_

"Itu permintaan Mama dan Kakak tahukan, Aya sama sekali gak bisa nolak kalau Mama yang minta." Potong gue sebelum ucapan Kak Alan makin menjurus kemana-mana.

"Ay! Kakak sama sekali gak ngerti, kenapa harus Mas Riza?" Gue kembali menghembuskan nafas panjang, gue juga gak tahu harus menjelaskan gimana awal sampai akhir ceritanya ke Kak Alan, semua rumit.

"Kak! Aya rasa Aya gak harus menjelaskan apapun lagi karena pada akhirnya intinya itu tetap sama, Abang suami Aya sekarang." Ini kenyataannya.

"Tapi Kakak gak bisa terima gitu aja Ay! Kasih Kakak kesempatan."

"Kesempatan apa Kak?" Kak Alan minta kesempatan untuk apa lagi?

"Kakak akan tunggu kamu berpisah sama Mas Riza, Kakak janji Kakak akan jadi pendamping yang terbaik untuk kamu." Gue menggeleng gak percaya dengan apa yang gue dengar sekarang.

"Kak! Aya ini sekarang istri orang dan Aya sama sekali gak minta Kakak menjanjikan apapun, Kakak sadarkan Kakak bicara apa barusan? Jangan buang-buang waktu Kakak cuma untuk nunggu Aya, kalau Kakak mau, Kakak bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari Aya." Kak Alan gak harus janji apapun ke gue, Kak Alan gak harus nunggu, ya walaupun gue gak tahu hubungan gue sama Abang akan bertahan lama atau enggak tapi gue jelas gak bisa memberikan Kak Alan harapan apapun.

"Tapi perempuan yang Kakak mau itu kamu, Ay! Kakak cuma mau kamu." Gue tahu, Kak Alan kecewa, Kak Alan sakit hati tapi menolak kenyataan juga gak mungkin, gue udah milih Abang, gue gak akan mundur lagi.

"Kak! Aya sangat menghargai Kakak jadi tolong, ngerti posisi Aya, Aya sekarang istri orang, Kakak gak bisa bicara sesuka hati Kakak begini, Aya rasa apa yang perlu Kakak tanya udah Aya jawab, kalau gitu Aya permisi." Gue gak mau memperpanjang apapun, yang perlu Kak Alan tahu udah gue kasih tahu, terima atau enggak, gue gak bisa memberikan pertanggungjawaban apapun.

"Kakak cinta sama kamu." Gue cukup tercengang dengan pengakuan Kak Alan tapi kenapa baru sekarang?

"Cinta? Sekarang semuanya udah telat Kak, dari dulu Kakak punya banyak kesempatan untuk bicara kaya gini sama Aya." Kalau seandainya Kak Alan ngomong lebih awal, jujur lebih awal ke gue tentang perasaannya? Mungkin banyak situasi yang akan berubah.

"Terima Kakak, Ay!" Lirih Kak Alan menggenggam erat lengan gue.

"Sekarang Aya gak bisa, tolong lepas Kak." Pinta gue mulai gak sabar, gue mulai narik paksa tangan Kak Alan tapi Kak Alan juga gak bisa dikasih tahu.

"Tapi Kakak gak akan melepaskan kamu, Kakak akan te_

"Belum pulang Ay?" Tanya Mas Uky yang sekarang udah berdiri dibelakang gue.

"Belum pulang Ay?" Tanya Mas Uky yang sekarang udah berdiri dibelakang gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas! Tolongin." Cicit gue melirik Mas Uky minta bantuan.

"Ada apa ini? Tidak baik menarik paksa istri orang sembarangan, tolong dilepas lengannya." Ucap Mas Uky dingin.

Cukup dengan tatapan dinginnya Mas Uky, Kak Alan melepaskan cengkramannya di lengan gue gitu aja, harus gue akui, didepan orang lain, Mas Uky akan sangat terlihat baik dari segela penjuru, asal jangan didepan keluarga sama sahabat deketnya aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup dengan tatapan dinginnya Mas Uky, Kak Alan melepaskan cengkramannya di lengan gue gitu aja, harus gue akui, didepan orang lain, Mas Uky akan sangat terlihat baik dari segela penjuru, asal jangan didepan keluarga sama sahabat deketnya aja.

"Riza gak jemput Ay?" Tanya Mas Uky mengabaikan tatapan gak sukanya Kak Alan.

"Abang ada operasi darurat kayanya jadi gak bisa jemput." Jawab gue bahkan gak berani melirik Kak Alan, baru kali ini gue gak nyaman ngadepin Kak Alan, gue gak pernah tahu sifat asli Kak Alan kaya gini.

"Kalau gitu bareng Mas aja, Mas anterin." Gak pake lama gue langsung setuju, pulang sama Mas Uky lebih aman kemana-mana.

Meninggalkan Kak Alan dengan tatapan penuh amarahnya, gue mengikuti langkah Mas Uky berjalan ke parkiran, masuk ke mobilnya dan duduk diam merenungkan sikap Kak Alan tadi, beneran gue gak nyangka kalau Kak Alan bisa bersikap semaunya gitu.

"Makasih ya Mas udah nolongin, sama satu lagi, jangan sampai Abang tahu masalah tadi." Cicit gue tersenyum canggung.

"Ucapan terimakasih kamu Mas terima tapi kalau soal jangan kasih tahu Riza Mas yang minta maaf, kebetulan sewaktu kita jalan keparkiran Mas lagi balas chatnya Riza jadi udah Mas kasih tahu, walaupun belum dibaca kalau Mas tarik lagi pesannya kaya percuma." Memang cocok Mas Uky sama Ici, mulutnya ember bener, gak pake saringan, belum sampai setengah jam laporan udah naik ke atasan.

"Jadi ini mau Mas anter kemana? Kerumah Mama kamu atau kerumah kalian?"

"Rumah Aya sama Abang aja deh Mas." Ucap gue pasrah, kayanya pulang ke rumah langsung lebih bagus, setidaknya gue punya sedikit waktu untuk nyiapin jawaban kalau Abang pulang dan minta penjelasan nanti.

.
.
.

"Dek!" Gue langsung keluar dari kamar begitu denger suara Abang manggil, dari nadanya bakalan berat ni.

"Aya disini Bang! Abang pulang bukannya ngasih salam tapi malah teriak gak jelas." Protes gue nurunin tangga.

"Adek baik?" Dan belum sempat gue jawab, Abang udah menggandeng tangan gue balik masuk ke kamar, kenapa lagi?

"Aya baik, Abang yang kenapa?" Tanya gue mengikuti Abang duduk di sofa kamar.

"Kenapa? Abang khawatir, Alan gak ngapa-ngapain kamu kan Dek? Begitu Abang baca chat Uky, Abang langsung pulang." Gue malah tersenyum manis dengan ucapan Abang, sampai sebegitunya?

"Abang ni over tahu gak? Aya gak papa, Mas Uky aja tu kayanya mendramatisir jadi jangan khawatir." Gue nepuk lengan Abang dan berencana bangkit sebelum Abang kembali narik lengan gue yang membuat gue jatuh terduduk dipangkuannya.

"Alan ngomong apa?" Tanya Abang yang membuat gue mulai melirik ke arah lain karena terlalu canggung.

"Kak Alan cuma nanya apa bener kita nikah? Aya jawab iya." Jawab gue masih fokus ke arah lain.

"Cuma itu?" Gue diam gak tahu harus bilang apa lagi, masa iya gue cerita Kak Alan bilang cinta terus bilang gak mau melepaskan gue? Yang bener aja.

"Dek! Cuma itu?" Ulang Abang mengusap pipi gue.

"Heummm? Abang! Aya_

"Alan bilang cinta sama kamu?" Dasar Mas Uky ember, sampe ini juga dikasih tahu? Dasar koran update.

"Tapi Aya udah nolak Kak Alan, Aya gak ngasih harapan apapun Bang." Jelas gue, gue nolak Kak Alan dan dengan tegas gue kasih tahu kalau gue istri orang sekarang.

"Dia akan nunggu? Dia bilang dia gak akan melepaskan kamu?" Gue mengangguk pelan, gak heran gue kalau Abang tahu semua.

"Bang! Walaupun Aya belum cinta tapi setelah Aya setuju untuk belajar nerima Abang, Aya gak akan mikirin laki-laki lain apalagi ngasih mereka harapan." Gue gak mau Abang salah paham.

"Abang tahu, Abang pikir Abang punya cara lain untuk mempertahankan Adek, asal Adek setuju."

Why Him? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang