"Za! Lo udah ngecek keadaan Adik lo? Adik lo juga terlihat sama khawatirnya." Cicit Mas Uky yang membuat Abang mengalihkan perhatiannya ke gue seketika.
"Adek baik? Abang minta maaf." Gue tersenyum menatap Abang yang sekarang beralih berlutut didepan gue, memeriksa keadaan gue dengan raut wajah khawatirnya.
"Aya baik." Jawab gue seadanya.
Gue gak tahu apa gue berhak kesal dengan sikap Abang yang terkesan mengabaikan gue dari tadi tapi gue mencoba mengerti situasi, mungkin Abang panik dengan keadaan Kak Gea, ya bagaimanapun kalau terjadi sesuatu, Abang akan merasa harus bertanggung jawab.
"Abang minta maaf." Ulang Abang mengusap kepala gue, gue masih tersenyum sama, gue gak bisa berkata apapun disituasi kaya gini.
"Za, hasilnya keluar." Ucap Mas Uky yang membuat gue sama Abang bangkit berdiri dengan tatapan penuh harap, semoga Kak Gea baik-baik aja.
"Gimana?" Tanya Abang khawatir.
"Alhamdulillah Gea baik, cuma lecet dibagian kaki sama lengan kanannya, kita tinggal tunggu Gea sadar." Dan gue sama Abang langsung bisa bernafas lega.
"Lo udah ngabarin orang tua Gea?" Gue sama Abang langsung saling tatap begitu sadar kalau belum ada yang ngabarin keluarga Kak Gea.
"Kalau gitu Abang kabari keluarga Gea dulu." Gue mengangguk mengiyakan.
Apa yang bakalan dipikirin keluarga Kak Gea kalau tahu alasan Kak Gea berbaring didalam sana adalah untuk menyelamatkan suami gue? Apa mereka bisa terima putrinya terluka kaya gitu? Semoga keluarga Kak Gea akan ngerti.
Setelah dikabari Abang, bwrselang setengah jam keluarga Kak Gea datang dengan tatapan marah mereka, ya gue ngerti dengan perasaan keluarga Kak Gea tapi meletakkan semua kesalahannya ke Abang jiga gak adil rasanya.
"Apa hanya maaf yang bisa kamu ucapkan? Bagaimana dengan pertanggungjawaban kamu Za?" Tanya Papa Kak Gea tak terima melihat keadaan anaknya.
"Riza minta maaf Om." Hanya ini kalimat yang sedari tadi dilontarkan Abang, ya selain kata maaf, keluarga Kak Gea berharap Abang gimana lagi? Semua biaya pengobatan juga udah ditanggung Abang.
"Bukannya kamu dan Gea berencana menikah? Kenapa tidak kalian percepat saja, Om akan tanggung semua biayanya." Gue yang semula tertunduk ikut merasa bersalah seketika menatap Papa Kak Gea gak percaya?
"Menikah?" Kaget gue, yang bener aja, memang Kak Gea belum cerita ke orang tuanya kalau mereka udah putus? Abang bahkan sekarang suami gue.
"Bukannya cepat atau lambat kalian akan menikah? Apa karena sekarang Gea terluka kamu akan menjadikan itu alasan untuk menghindar lagi? Apa kamu berniat mempermainkan anak saya?" Lanjut Papa Kak Gea.
Bentar bentar, ini masalah awalnya Kak Gea yang nolongin Abangkan? Kenapa ujung-ujungnya makin nyerempet kemana-mana? Kak Gea cuma lecet kenapa pertanggungjawaban Abang kudu sampai menikah? Mereka yang bener aja.
"Maaf sebelumnya Om, apa Gea belum cerita kalau kami berdua sudah putus?" Tanya Abang masih sesangat sopan menurut gue.
"Putus?" Kali ini Mama Kak Gea yang terlihat cukup kaget.
"Gea tidak cerita apapun ke Tante, kalian putus kenapa Za? Kalau Gea berbuat salah, Tante minta maaf tapi apa tidak bisa kalian pertimbangkan lagi? Tante sangat yakin kalau kamu adalah pendamping terbaik untuk Gea." Mama Kak Gea bahkan bangkit menggenggam tangan Abang sekarang.
"Tapi Riza sudah menikah sekarang Tante." Jawab Abang melirik gue.
Gue pikir Abang akan memilih cara lain untuk menenangkan hati orang tua Kak Gea tapi jujur adalah pilihan terbaik, ini cara terbaik untuk menjaga semua hati, terutama hati gue.
Mungkin ini terdengar egois tapi bukan gue tidak berterimakasih karena bersedia menyelamatkan suami gue tapi melepaskan Abang hanya karena sebuah bentuk pertanggungjawaban atau balas budi gue juga gak bisa.
"Apa karena ini kamu meninggalkan Gea, Za? Tante pikir kamu laki-laki yang bertanggungjawab tapi ternyata ka_
"Apa Gea cerita kalau Gea meninggalkan Riza selama Riza koma dua tahun yang lalu?" Potong Mama tetiba, Mama terlihat sangat kesal dengan ucapan Mama Kak Gea barusan.
"Mama kenapa disini?" Tanya Abang kaget.
"Gue yang ngabarim nyokap lo tadi." Abang langsung menatap Mas Uky dengan tatapan membunuh.
"Putri saya tidak mungkin berbuat hal seperti itu." Bela Mama Kak Gea.
"Putri anda yang meninggalkan Putra saya sewaktu dia koma dan sekarang ketika Putra saya sudah sehat, dia kembali bahkan ingin menikah, kalau anda ada diposisi saya, apa anda akan mengizinkan anak anda menikahi orang seperti itu?" Ucap Mama tegas.
Mama Kak Gea yang awalnya terlihat sangat marah berubah kaget begitu mendengar ucapan Mama barusan, begitupun Papa Kak Gea, mengusap wajahnya kasar sembari masih fokus mendengarkan.
"Saya yang tidak setuju Putra saya menikahi Putri anda, jangan hanya karena Putri anda menyelamatkan Putra saya, anda bisa memaksa Putra saya bertanggungjawab seolah ini semua terjadi karena kesalahannya."
"Saya memang berterimakasih tapi keputusan saya masih sama, Riza sudah menikah sekarang dan menantu saya hanya satu orang."
Suasana mendadak menjadi sangat tegang, Mama masih setia dengan tatapan kesalnya sedangkan orang tua Kak Gea menatap kami secara bergantian, menatap sembari masih mempertimbangkan ucapan Mama tadi.
"Tapi anak saya terluka seperti sekarang bukannya Riza masih harus bertanggungjawab?" Ucap Papa Kak Gea seolah masih belum terima.
"Kami akan bertanggungjawab, kami akan membiayai semua pengobatan Gea sampai Gea benar-benar sembuh." Mama masih belum mau kalah.
"Ma! Kita bisa bicarain baik-baik semuanya, gak perlu berdebat kaya gini." Abang ikut menangkan.
"Apa kalian pikir saya tidak mampu membiayai pengobatan anak saya? Memang keluarga tidak punya rasa tanggung jawab."
"Lantas apa yang anda harapkan? Apa anda menginginkan anak saya menikahi putri anda hanya karena sudah diselamatkan? Apa putra saya memaksa putri anda untuk berkorban diri?" Dan gue sama Abang langsung narik lengan Mama setelah ucapannya.
"Ma! Mama gak perlu ngomong kaya gitu, kita harusnya berterimakasih karena Kak Gea menyelamatkan Abang." Cicit gue mengusap lengan Mama untuk menenangkan.
"Mama berterimakasih Dek, Mama sangat menghargai apa yang dilakukan Gea, tapi bertanggungjawab dengan menikah itu berbeda, Mama tidak mau hidup anak Mama diatur siapapun." Ini gak bisa dilanjutin.
Percuma dibicarain kalau kedua keluarga masih penuh emosi, walaupun gue gak tahu apapun tentang keluarga Kak Gea tapi gue sangat mengenal Mama gue, kalau udah kesal, gue sama Abangpun gak akan didenger.
"Ma! Tolong! Riza gak akan menikahi Gea, bisa Mama sabar sedikit, bagaimanapun Gea korbannya Ma, kita bisa bicara baik-baik." Abang ikut mengusap lengan Mama.
"Kalau sampai terjadi sesuatu dengan anak saya, Riza harus bertanggungjawab, mereka harus menikah." Ucap Papa Kak Gea penuh emosi.
"Jangan berpikir akan saya izinkan." Mama sama kerasnya.
"Ma! Tolong, Ay_
"Dek! Dengarkan Mama, apa Adek mau Ayah dari anak yang Adek kandung sekarang menikah lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him? (End)
Romance"Ma! Masa nikahnya sama Abang sih Ma? Gak memperluas keterunan ini mah, dari kecil sampe tua masa muka Abang juga yang kudu Aya liatin?" "Ma! Mama liatin anak gadis Mama, disuruh nikah udah kaya disuruh masuk medan perang, memang kurangnya Riza dima...