Pagi ini Aulitta bersama ketiga sahabatnya sedang jogging di area komplek tentu saja karena dipaksa oleh Arkan. Mau tidak mau mereka harus menuruti perkataan pemuda itu.
"Aelah cape gue." Gumam Regita yang sudah ngos-ngosan karena ia memang tidak menyukai kegiatan fisik seperti ini.
"Ngeluh mulu lo!" Celetuk Arkan yang mendengar keluhan dari mulut Regita. Gadis itu merutuki ucapannya sendiri, pasalnya dia sudah mengecilkan volume suaranya tetapi Arkan tetap saja mendengarnya.
"Kak istirahat bentar ya." Ucap Aulitta dengan memperlihatkan wajah memohonnya, ketiga sahabatnya mengangguk setuju.
Arkan hanya memutar bola matanya melihat keempat gadis itu. Akhirnya ia mengajak keempat gadis itu beristirahat di depan minimarket dekat komplek sambil membeli minuman.
"Litta, emang kakak lo gitu ya?" Celetuk Savira dengan wajah polosnya.
"Ya dia kayak gitu karna papa jarang di rumah, jadi dia berusaha supaya gue gak ngerasa sendiri." Jawab Aulitta sambil melihat Arkan yang duduk sedikit jauh dari mereka.
"Jadi pengen punya kakak gue deh." Ucap Regita, karena ia adalah anak sulung di keluarganya.
"Pulang aja yuk!" Ajak Alena dengan menatap jam tangannya.
Mereka berlima memutuskan untuk pulang karena matahari sudah mulai panas. Setelah sampai di rumah Aulitta, mereka bergegas membersihkan diri.
Hari ini mereka akan pergi ke mall untuk membeli keperluan masing-masing. Arkan mengantarkan mereka dengan mobil hitam kesayangannya. Sebenarnya Aulitta sudah melarangnya, namun pemuda itu memiliki kekhawatiran yang berlebihan.
Sekitar satu jam akhirnya mereka sampai di sebuah mall, Arkan memutuskan untuk menunggu di mobil. Pemuda itu tidak mau pusing melihat kehebohan yang akan tercipta ketika cewek berbelanja.
Keempat gadis itu berkeliling mencari toko make up, toko pakaian, toko sepatu, bahkan mereka hampir memasuki semua toko disana. Setelah lelah mengelilingi mall yang besar itu, mereka berjalan menuju kedai ice cream di sudut mall itu.
Namun, langkah mereka terhenti ketika Aulitta tiba-tiba berbalik arah. Ketiga sahabatnya mengejar gadis itu, mereka tidak tahu apa yang membuat Aulitta seperti itu.
"Litta ada apasih?" Tanya Alena yang sudah berjalan di samping gadis itu. Aulitta hanya menggelengkan kepala, ia berjalan sampai berhenti di parkiran mobil.
"Kita pulang nih?" Ucap Savira dengan tatapan bingung. Lalu Aulitta mengangguk dan mereka meng-iyakan kemauan gadis itu.
"Udah? Gak sekalian nginep aja disini!" Tanya Arkan yang kesal menunggu keempat gadis itu. Namun tidak ada ucapan dari mereka.
"Ayo pulang." Ucap Aulitta dengan nada dingin, entah apa yang membuatnya seperti itu, Arkan hanya mengangguk. Pemuda itu tahu kalau adeknya mungkin sedang tidak mood atau mungkin sedang pms.
Di dalam mobil mereka berlima bungkam, tidak ada lawakan seperti tadi saat mereka berangkat. Mereka mencoba memahami suasana hati Aulitta yang sedang tidak bersahabat itu. Hanya ada keheningan disana, tanpa mereka sadari Aulitta berusaha mengatur mood nya agar tidak merusak suasana mereka.
"Kalo gue gini terus pasti mereka sedih." Batin Aulitta, akhirnya gadis itu memilih membuka suara agar tidak ada yang mencemaskan keadaannya. Ia menghela nafas, lalu membuka obrolan.
"Kenapa diem? Gue gapapa kali. Lebay lo pada!" Ucap Aulitta dengan tertawa, entah benar tertawa atau hanya menutupi sakitnya.
"Terus lo ngapain kayak tadi anj-" ucap ketiga sahabatnya yang kesal dengan tingkah gadis itu. Aulitta hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Teen FictionIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...