Teriakan histeris penonton semakin keras saat Devano mulai memetik satu-persatu senar gitar membentuk untaian nada dalam lagunya. Aulitta mengerjapkan mata berharap ini hanya mimpi. Karena menurut nya seorang Devano yang bringas itu tidak mungkin bisa bermain musik. Apalagi seantero sekolah menjulukinya badboy, bahkan katanya players juga.
Belum selesai memikirkan ucapan lelaki itu ketika di rooftop, sekarang malah ditambah lagi. Kenapa tuhan harus menciptakan manusia aneh seperti Devano. Bikin susah hidupnya saja. Lamunannya buyar saat Maura menepuk pundaknya. Aulitta hanya diam tidak menggubrisnya kali ini.
Kau ...
Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu
'Ku ...
Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu
Tapi tak mampu kuberkata di depanmuAulitta melongo sebab tidak percaya kalau laki-laki seperti Devano memiliki suara sebagus itu. Biang masalah di sekolah ternyata bisa juga bermain musik.
Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia
Tapi jika belum jodoh aku bisa apaSorot mata Devano bertemu dengan mata Aulitta yang tertangkap basah sedang memperhatikannya lamat-lamat. Devano mengukir senyum simpul di bibirnya. Sedangkan gadis itu hanya memutar bola mata malas.
'Ku ...
Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu
Tapi tak mampu kuberkata di depanmuAku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia
Tapi jika belum jodoh aku bisa apaAulitta mengernyit saat bahunya sengaja disenggol oleh Maura. Apa lagi? Bukannya Aulitta sudah menuruti kemauan gadis itu.
"Cieee..keselek batu kali gue." Maura memainkan alisnya mengejek Aulitta. Sedangkan tatapan tajam dari Aulitta sudah tidak ter-elakan lagi.
"MAURA!"
Sudah cukup. Aulitta memilih untuk pergi dari barisan paling depan. Tidak baik berlama-lama menatap Devano yang sok kegantengan itu. Terlebih senyum memikatnya berhasil membuat para cewek berteriak memujanya.
Maura masih setia berjalan di sampingnya. Padahal Aulitta hendak kembali ke sisi kanan panggung. Ia merasa tidak enak hati meninggalkan Alena disana. Sesekali mereka tersenyum membalas sapaan dari beberapa temannya. Tiba-tiba seseorang menabrak Aulitta dari samping.
Brukk..
Gadis itu benar-benar terjatuh kali ini. Lutut nya terasa nyeri akibat terbentur permukaan lapangan. Aulitta mendongak guna melihat si pelaku yang ternyata cewek yang seingatnya adalah Kakak kelas yang digadang-gadangkan pernah memiliki kedakatan khusus dengan Devano.
Bella tersenyum sinis sembari menatap Aulitta yang masih kesakitan. Kepuasan tersendiri berlaku demikian kepada junior nya. Bella sedikit mununduk menyamakan posisi nya dengan Aulitta.
"Dasar cewek lemah!"
Sialan! Apa maksud Bella? Bukannya minta maaf malah mengatai nya. Aulitta berusaha keras menahan emosi yang mungkin sudah berada di ubun-ubun. Lantas mencoba bangkit walau sulit. Nihil, usaha nya gagal untuk berdiri.
"Sekalinya lemah ya-" ucapan Bella terpotong saat mendapat tatapan tajam dari Devano.
Tanpa mereka sadari laki-laki itu menyaksikan semua kelicikan Bella. Rasa benci terhadap Bella kini sudah bertambah berkali lipat. Devano bergegas membopong Aulitta menuju UKS. Namun ia melihat celana putih gadis itu berubah warna menjadi merah di bagian bawah. Sudah bisa dipastikan kalau lutut Aulitta berdarah.
Devano yang khawatir beralih menggendong gadis itu lalu berganti arah menuju parkiran. Menurutnya rumah sakit lebih telat untuk keadaan Aulitta sekarang. Laki-laki itu melajukan mobil nya di atas kecepatan rata-rata. Kali ini Aulitta tidak akan banyak berkomentar. Mengingat nyeri di lutut nya semakin parah. Aulitta memejamkan mata menahan rasa sakit dan setiap peristiwa beberapa tahun silam berputar di otaknya.
"Litta lo pingsan?!" Terdengar nada cemas keluar dari mulut Devano. Lalu Aulitta menggeleng pelan sebagai jawaban. Laki-laki itu bingung kenapa lutut Aulitta bisa separah ini. Padahal hanya jatuh tersungkur di lapangan. Devano tahu bahwa gadis di sampingnya bukan gadis selemah itu.
^_^ ^_^
Anggota inti Sky berjalan mengikuti 'Better' dari belakang. Bangsal terlihat sepi karena jam besuk sudah habis. Ini sudah terlalu larut malam, untung saja Hitto berhasil meyakinkan pihak rumah sakit. Persetan dengan cara benar atau salah yang laki-laki itu gunakan. Yang terpenting sekarang yaitu mengetahui kondisi Aulitta.
Maura menghela napas gusar saat melihat Devano yang berdiri di depan IGD. "Kondisi Litta gimana?" Devano hanya menggeleng pasrah. Laki-laki itu bahkan juga mengkhawatirkan keadaan Aulitta di dalam ruang itu.
Salah satu suster tadi mengatakan jika luka jahit pada lutut gadis itu robek. Bahkan ini sudah satu jam sejak penanganan, tapi dokter belum juga keluar dari ruang IGD. Bohong kalau mereka tidak berpikir negatif meski mati-matian menepisnya. Anggota inti Sky hanya duduk di kursi tunggu dengan ekspresi datar. Sedangkan 'Better' sudah berulang kali menyeka air mata.
Rasa bersalah masih menghantui Maura yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu besar berwarna putih. Ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri bila terjadi sesuatu terhadap Aulitta. Seharusnya Maura bisa melawan cekalan kedua teman Bella saat dirinya hendak menolong. Tapi naas, dia terlalu lemah untuk melawan.
Klik..
Lampu yang berada di atas pintu itu menyala tanda penanganan sudah selesai. Seorang wanita paruh baya yang memakai jas berwarna putih keluar dari ruangan itu. Mereka mendekat guna menanyakan kondisi Aulitta.
"Disini siapa yang keluarga pasien?"
Mereka saling tatap bingung harus menjawab apa. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang menghubungi keluarga Aulitta. Lalu sekarang bagaimana? Haruskah mereka jujur?
Devano mengangguk sebagai jawaban atas kebingungan mereka. Entah apa yang akan laki-laki itu perbuat.
"Saya pacarnya dok." Hanya cara itu yang terbesit di benaknya. Tidak peduli dengan ocehan yang akan diterima setelah ini.
"Bisa ikut saya sebentar." Devano mengangguk lalu berjalan mengikuti langkah sang dokter. Sedangkan yang lain masih tercengang mendengar ucapan Devano kecuali anggota inti Sky.
Nampaknya kali ini Sky tidak mau banyak berkomentar ataupun memberi penjelasan kepada siapapun. Hanya ekspresi datar yang mereka tunjukan dihadapan para sahabat Aulitta.
Maura yang penasaran hampir mengikuti langkah pemuda itu, namun cekalan menahan kuat tangan nya. Ia menoleh dan ternyata Hitto pelakunya. Entah sejak kapan Hitto berdiri dari bangku tunggu.
"Gak usah ikut campur urusan Devano!"
"Lo pikir lo siapa?! Well, gue cuma mau tau tentang Aulitta! Gak lebih!"
Hitto tersenyum sinis lalu maju beberapa langkah mengikis jarak antara mereka. Maura menelan ludah melihat garis wajah laki-laki itu yang terlihat jelas.
"Lo masih tanya gue siapa?!" Hitto menjeda ucapannya lalu tertawa remeh. "Hidup lo juga bisa gue kendaliin!"
Atmosfer seolah berubah, sikap Hitto memang selalu memacu andrenalin. Maura menepis cekalan Hitto dan memilih duduk di dekat Alena. Percuma saja meneruskan perdebatan yang tidak ada ujungnya. Apalagi yang lain hanya melihat tanpa mau menolong. Kebiasaan lama kalau mereka tidak suka diusik dan mengusik. Tetapi hukum itu tidak berlaku untuk orang yang melawan Sky.
Mld-06.07.20
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Novela JuvenilIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...