"LO!" Ucap mereka kompak, Aulitta menghela nafas lega karena ternyata pemuda yang ia tabrak adalah Arkan.
"Kalo jalan pake mata dong sayang!" Goda Arkan yang melihat wajah kesal adeknya.
"Diem lo kak! Gue kalo jalan ya pake kaki lah!"
Arkan mendengus kesal, sedangkan gadis itu terkekeh puas menggoda kakaknya.
"Serah lo!"
"Yauda gue lagi buru-buru nih. Bye kakak uwu!" Teriak Aulitta yang kembali berjalan menuju kantin. Arkan hanya geleng-geleng melihat gadis itu, baginya Aulitta tetaplah gadis kecil yang cengeng dan manja.
---
Aulitta mengarahkan pandangannya ke seluruh isi kantin untuk menemukan keberadaan ketiga sahabatnya. Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya, ia menoleh mencari tahu siapa orang itu. Setelah membalikkan badan, ia menemukan kakak kelasnya disana. Felly tersenyum ke arahnya, sedangkan Aulitta hanya tersenyum kikuk mengingat terakhir kali ia bertemu dengan Felly dalam mode pertengkaran."Gue mau minta maaf sama lo." Ucap Felly dengan menunjukkan senyum tulus.
Aulitta menatap lekat kakak kelasnya itu, "Santai aja kak, gue tau kalo lo cuma salah paham."
"Thanks ya Litt."
"Hm. Yaudah gue kesana dulu kak." Pamit Aulitta yang sudah menemukan keberadaan para sahabatnya, Felly hanya mengangguk dengan tersenyum.
Aulitta berjalan menuju meja yang berada di tengah itu, disana sudah ada ketiga sahabatnya dan dua cowok. Gadis itu tidak mengetahui siapa mereka, karena keduanya duduk membelakangi keberadaannya.
"Hai gais!" Sapa Aulitta dengan senyum lebar.
"Duduk Litta."
Aulitta duduk lalu menatap kedua cowok di hapannya itu. Gadis itu menautkan alis kepada sahabatnya seolah bertanya siapa mereka. Regita yang mengerti, menyudahi aktivitasnya.
"Mereka anak kelas sebelah Litt, karna gak ada meja kosong yauda kita nyuruh mereka gabung." Jelas Regita, gadis itu hanya ber'oh'ria mendengar penjelasan itu. Sedangkan kedua cowok dihadapannya tersenyum sopan.
Mereka kembali memakan pesanannya masing-masing dan kedua cowok itu sudah pergi dari sana. Sesekali mereka berempat tertawa dengan lawakan yang diciptakan oleh Savira. Aulitta memilih mengeluarkan benda pipih berwarna navy dari saku nya. Ia membuka beberapa aplikasi disana, lalu membuka aplikasi online shop untuk melihat beberapa benda yang mungkin ingin ia beli.
"Litta, gue pengen beli jam tangan deh."
"Tinggal beli aja ribet lo!" Balas Aulitta yang membuat Regita mendengus kesal.
"Eh gimana kalo kita beli jam samaan aja!" Celetuk Savira dengan antusias. Namun sepertinya dewi fortuna tidak mendukungnya, bayangkan saja ketiga sahabatnya hanya memutar bola mata malas dan sama sekali tidak meresponnya.
Aulitta kembali menatap aplikasi online shop di ponselnya. Lalu Aulitta melihat jam branded berwarna silver dan jumlahnya terbatas. Ia melihat keterangan yang tertera bahwa jumlah jam tangan itu hanya empat buah.
"Oke gue setuju idenya Savira!" Sontak ketiga sahabatnya melongo mendengar ucapannya.
"Seriusan lo?! Demi who Litta?!" Ucap Savira yang dibalas anggukan oleh Aulitta.
Alena mendengus, "Aelah Litt, ngapain juga nurutin tuh bocah."
"Tau tuh Litta." Celetuk Regita menyetujui ucapan Alena.
"Kapan lagi gue baik! Ya gak Sav?" Ucap Aulitta sambil mengerakkan alisnya naik turun. Sedangkan Savira hanya mengangguk bahagia.
Regita menatapnya "Emang jam kayak gimana Litt?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Teen FictionIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...