Aulitta bergidik ngeri melihat tubuh tegap lelaki dihadapannya itu. Raut wajah sinis yang selalu berhasil membuat jutaan orang terdiam kini juga menjadi pertimbangan Aulitta untuk tetap diam. Sudah dipastikan bahwa ia akan terseret ke dalam kasus Devano.
"Gue pengen nanya tentang kejadian semalem."
Tidak perlu ditebak, gadis tersebut juga pasti akan mendapat pertanyaan semacam itu. Aulitta hanya menelan ludah pasrah sebelum akhirnya menjelaskan kronologi kejadian.
"Emm, jadi semalem gue ketemu Devano di gedung tua. Gue sama sekali gak tau kenapa dia ada disana. Terus tiba-tiba beberapa cowo nyerang Devano." Ucap Aulitta dengan tenang, padahal jauh di dalam hatinya terdapat rasa bersalah yang begitu besar.
"Terus lo gak nyari bantuan?" Tanya Hitto sedikit menekan kalimat tersebut.
"Gue udah nyoba, cuman tempat itu sepi banget."
Hitto terdiam sejenak, lalu mengetikan sesuatu pada ponselnya. Sedangkan Aulitta hanya kembali bersikap bodoamat. Lagipula untuk apa takut, ia juga sama sekali tidak mengetahui permasalahan mereka.
"Udah? Kalau udah selesai gue mau pulang." Ucap Aulitta sudah lelah dengan teka-teki Hitto yang super rumit.
Hitto tersenyum remeh, "Semoga lo gak terlibat." ucapan Hitto berhasil membuat Aulitta melotot.
"Maksud lo?! Jangan bilang kalau lo nuduh gue?"
"Gue gak akan nuduh sebelum ada bukti yang nyata." ujar Hitto yang kemudian pergi dari tempat itu.
Bagaimana mungkin anggota sky satu itu menuduhnya terlibat dalam kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh potret. Padahal ia sama sekali tidak mengenal siapa mereka.
Tanpa pusing memikirkan ucapan Hitto, gadis itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Suasana yang masih tetap sama, menyisakan sesak di dada. Pandangan Aulitta beralih menatap ruangan Devano yang sudah dipenuhi oleh anggota sky. Ia bimbang harus masuk atau pulang saja. Terlebih ucapan Hitto masih terngiang jelas dikepalanya.
"Masuk aja Litta."
Suara yang cukup familiar itu berhasil membuat Aulitta membalikan badan. Netranya berhasil menangkap keberadaan Marcel disana. Mungkin baru datang atau bagaimana, Aulitta tidak mau tahu tentang itu.
"Gue mau pulang Cel," ucap Aulitta yang ingin segera pergi dari tempat itu. Tetapi tangan Marcel berhasil menarik paksa Aulitta untuk masuk ke ruangan Devano.
Kini semua mata tertuju padanya setelah pintu berhasil terbuka sempurna. Aulitta melepas cekalan Marcel, lalu berjalan ke arah brankar. Sedangkan anggota sky satu persatu keluar dari ruangan itu. Aulitta hanya terdiam, ia sama sekali tidak mengerti harus memulai darimana. Sudah lama hatinya tidak merasakan hal semacam ini.
Devano tersenyum samar, "Kenapa diem?" tanya laki-laki itu membelah keheningan.
"Dev? Maafin gue ya, seharusnya gue gak diem aja waktu lo diserang. Harusnya gu-"
"Gue baik-baik aja Litta. Ini juga bukan salah lo. Ngapain minta maaf?"
"Baik-baik aja gimana bego! Udah babak belur, masih aja bilang gitu." ucap Aulitta yang sudah murka dengan sikap lelaki dihadapannya itu.
Tawa Devano pecah mendengar ucapan Aulitta, "Akhirnya nih cewe balik asal juga."
"Apaan sih, gak jelas!"
"Persis hubungan kita."
Hening, Aulitta berusaha mencerna kalimat yang keluar dari mulut Devano. Kenapa cewe pinter mendadak bego kalau ngomong sama cowo modelan dia. Entahlah Aulitta lelah dengan kalimat Devano yang tidak pernah menggunakan kosakata jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Novela JuvenilIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...