Gedung megah bertingkat itu sudah dipenuhi dengan manusia yang berlalu-lalang di setiap koridor. Menggendong tas yang terlihat padat dengan tumpukan buku paket di pungungnya. Bahkan ada yang sampai membawa tumpukan buku ditangannya.
Berbeda dengan gadis berambut panjang yang tergerai sempurna itu. Tas yang ia sampirkan di salah satu bahunya sama sekali seperti tidak bermassa. Terkadang Aulitta heran dengan orang-orang yang membawa tumpukan paket tebal di tas nya.
Percuma saja kan jika hanya dibawa tapi tidak dibaca? Bukankah buku paket itu fungsinya dibaca? Jadi untuk apa ia harus capek-capek membawa tumpukan buku paket yang tebalnya sebelas duabelas dengan KBBI jika tidak dibaca.
Meskipun terbilang cukup pandai, gadis itu juga masuk ke dalam daftar orang-orang yang terlewat santai. Aulitta juga tidak tahu kenapa ia sangat malas untuk membawa buku paket. Di lokernya saja hanya ada paket-paket yang penting dan memiliki peluang besar untuk digunakan saat pembelajaran.
"Bales gak ya? Kalo gue gak bales dikira sombong, tapi kalo gue bales keenakan dia dong. Ck, bikin pusing aja tuh cowok aneh!"
Gadis itu menggerutu di sepanjang koridor. Memikirkan pilihan yang benar menanggapi cowok yang menurutnya aneh itu. Selang beberapa menit berpikir, akhirnya ia memilih membalas pesan dari Devano. Kenapa tidak? Mungkin Devano hanya ingin bertanya sesuatu hal kan?
Devano
Aulitta?
Udah tdr ya,
Kirain blm tidur.Apa?
Kemudian benda pipih itu ia masukkan ke sakunya. Hingga seseorang menepuk bahunya, siapa lagi jika bukan salah satu dari 'Better'. Alena sudah berdiri di sampingnya sambil menautkan senyum.
"Tumben lo dateng jam segini?"
Aulitta mengedikan bahunya acuh, tidak ada niat untuk membalas pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu. Ia melanjutkan langkahnya menuju kelas, dan tentu saja Alena masih setia berjalan di sampingnya.
Memang Alena sudah terbiasa dengan sikap Aulitta yang bisa berubah-berubah seenak jidatnya. Bahkan hanya Alena yang mengetahui jika gadis itu tidak baik-baik saja. Apalagi sudah lama Aulitta tidak membicarakan perihal Raga. Terkadang Alena takjub melihat senyum yang selalu ditebarkan Aulitta pada semua orang. Lebih tepatnya senyum palsu.
"AULITTA PINJEM TUGAS KIMIA DONG!"
"Sabar bego! Aulitta baru dateng!"
"Aelah sewot aja lo."
"Diem lo semua! Nyontek aja ribet banget!"
"Suka suka kita dong."
Aulitta hanya menghela napas, lalu tersenyum ke arah mereka. Ia sudah terbiasa dengan tingkah temannya. Teman sekelas yang selalu menanti kedatangannya untuk meminjam tugas hari ini. Ia membuka tas navy miliknya, mengeluarkan salah satu buku kepada cowok bertubuh kurus yang tingginya tidak jauh dari gadis itu.
"Litta lo ada masalah?"
Alena menatap lekat gadis yang baru saja mendudukan diri di kursi sebelahnya.
"Anu- engga apa-apa gue." Susah sekali membohongi Alena yang notaben nya adalah sahabatnya.
"Yaudah kalo lo belum siap cerita sekarang." Alena mengusap bahu Aulitta berusaha menyalurkan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Novela JuvenilIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...