SEMESTA •• 9

67 21 2
                                    

Aulitta sedang duduk di balkon kamarnya, gadis itu menatap langit yang dihiasi jutaan bintang. Sejak kecil ia selalu berharap memiliki satu bintang di dalam hidupnya. Bintang yang akan bersinar saat hidupnya gelap seperti langit kala malam.

Entah apa yang membuat hati dan pikirannya tidak sejalan. Ia berusaha mengendalikan diri, namun sayangnya tidak berhasil. Akhirnya gadis itu menelungkupkan kepala lalu membiarkan otaknya bekerja memutar setiap kejadian yang membuat hati dan pikirannya berperang.

"Raga gue bingung sama perasaan gue ke lo. Selama ini cuma lo satu-satunya cowok yang berhasil jadi temen deket gue. Lo udah berhasil masuk di dalam kehidupan gue, tapi sayangnya lo masuk terlalu dalam Ga. Gue gak pernah mau punya perasaan yang lebih dari sekedar temen sama lo, tapi kenapa gue sesakit ini Ga."

Klekk

Suara pintu dibuka membuat gadis itu menetralkan raut wajahnya supaya tidak terlihat sedih. Lalu ia berjalan menuju kamarnya, dan ternyata ada lelaki paruh baya disana.

"PAPA!" teriaknya sambil berlari memeluk sang papa, sudah beberapa minggu gadis itu tidak bertemu dengan lelaki itu.

"Anak papa kok belum tidur?"

"Masih jam segini pa. Lagian papa lama banget perginya, Litta kan jadi kangen." Ucap Aulitta dengan pipi yang menggembung.

"Kan papa ada urusan kantor disana sayang. Yaudah sekarang kamu tidur ya."

"Siap kapten ku. Good nite papa."

"Mimpi indah ya." Ucap papanya sambil mengusap puncak kepala gadis itu.

Adrian (papa Aulitta) mematikan lampu lalu bergegas keluar dari kamar anaknya. Ia berjalan menuju ruang keluarga, disana sedang ada Arkan menonton pertandingan sepak bola di televisi.

"Litta udah tidur pa?"

"Sudah. Arkan bagaimana sekolahmu?"

Arkan tersenyum, "Baik-baik aja kok pa. Aulitta juga nurut sama Arkan."

"Syukurlah jika seperti itu. Kamu sebagai kakak harus selalu jagain adek kamu."

"Pasti pah."

^_^ ^_^

Hari ini tidak ada lagi jam kosong, semua kelas melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti biasanya. Pak Bandi sedang menjelaskan materi panjang lebar yang membuat semua murid di kelas itu bosan. Bahkan ada yang tidur atau bermain game, lain hal nya dengan Hitto. Pemuda itu memperhatikan setiap detail materi yang diberikan oleh Pak Bandi. Tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu memang memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi. Hal itulah yang membuat seorang Hitto Putra Raymond menjadi The Sun of Sky.

Bakatnya dalam mengotak-atik informasi dunia maya tidak diragukan lagi. Hitto bahkan sering membantu ayahnya menjalankan salah satu perusahaan ternama di Jakarta.

Tiba-tiba pemuda itu terusik oleh kegaduhan yang diciptakan oleh teman sebangkunya. Tentu saja Verel yang membuatnya kehilangan fokus.

"Apaan sih Rel?!" Bisik Hitto

Verel terkekeh melihat raut muka Hitto yang kesal padanya, "Cabut aja yuk! Gue laper To."

"Ajak Stevan aja sana!"

"Awas aja lo butuh sama gue!" Ucap Verel dengan sorot mata tajam, sedangkan Hitto hanya terkekeh lalu kembali mendengarkan penjelasan Pak Bandi.

Verel menoleh ke arah Stevan, memberi kode supaya keluar dari kelas untuk membolos tentunya. Stevan mengangguk paham dengan kode itu, lalu pemuda itu berjalan ke depan.

SEMESTA •• (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang