Padat nya jalanan kota pagi ini berhasil membuat dua cewek berseragam cokelat itu menggerutu di sepanjang jalan. Setelah memarkirkan mobil, mereka berjalan menuju kelas.
"Bentar deh, kemaren Litta cabut dari sekolah. Emang ada masalah?" tanya Maura seraya memainkan ponsel miliknya.
Alena menggaruk tengkuk, "eh- anu gue juga gak tahu Ra."
Pikiran Alena berkecamuk memikirkan keadaan Aulitta yang sampai sekarang tidak ada kabar. Bahkan ponsel nya tidak aktif dari kemarin. Bukan tanpa alasan Alena mengkhawatirkan gadis itu, akan tetapi gelagat Aulitta menunjukan kalau ia sedang dalam masalah besar.
Maura menautkan alis saat melihat Alena yang melamun di tengah jalan,
"ALENA JANGAN NGELAMUN DI TENGAH JALAN." teriak Maura untuk menyadarkan sahabat nya tersebut."Berisik! Yaudah gue mau ke perpustakaan. Bye mwah!"
"Najis!" seru Maura yang tidak lagi mendapat sahutan dari lawan bicara nya. Ia memilih pergi ke kelas, daripada harus mengikuti si kutu novel ke perpustakaan.
Membaca buku pelajaran saja tidak pernah, apalagi membaca novel. Maura bukan lah orang yang gemar membaca seperti Alena. Mereka mempunyai kepribadian yang jauh, beda kalau ada Aulitta sebagai penengah. Entah kenapa Aulitta selalu memposisikan dirinya sesuai dengan porsi yang diinginkan. Jadi semua orang akan betah bila bersama Aulitta.
"Kenapa ponsel lo gak aktif sih Litt? Lo kemana?" batin Maura sambil melanjutkan langkah nya yang tadi sempat terhenti.
Tiba-tiba Maura mengalihkan pandangan menuju anggota Sky yang baru saja melewati koridor utama. Tunggu, mereka hanya berempat tanpa Devano. Gadis itu merasa ada yang janggal dengan kejadian tersebut.
Tanpa pikir panjang, Maura menghampiri mereka dengan sedikit berlari. Ya walaupun ia masih sedikit ngeri dengan tatapan Hitto yang selalu berhasil mengatur situasi di sekitarnya.
"Berhenti!" ,ucap Maura seraya mengatur napas nya. Sedangkan Sky hanya mengedikan bahu.
Maura merutuki dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia memilih jalan kelam seperti ini. Kalau bukan tentang Aulitta, gadis ini juga malas jika harus berurusan dengan geng setan itu.
"Gue mau nanya soal Devano. Pasti dia kan yang bikin Aulitta bolos?"
Hitto mengulum bibir, "Lo pikir Devano kurang kerjaan ha?!"
"Halah gak usah ngeles! Semua orang juga tahu kalau Sky bawa pengaruh buruk disini!"
Kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Maura, sedangkan keempat lelaki itu sudah mengeraskan rahang lantaran geram dengan tingkah cewek tersebut. Namun semalam Hitto sudah mewanti-wanti agar Sky tidak membuat keributan di sekolah hari ini.
Hitto melirik ketiga temannya, "kalian duluan aja. Biar gue yang urus nih cewek."
Seperti biasa, mereka bertiga melengang pergi tanpa sepatah kata apapun. Mungkin mereka masih marah karena gadis itu sempat menjadi mata-mata Potret. Sedangkan Maura menelan ludah pahit mengingat sikap Hitto yang tidak pernah pandang bulu kalau sedang marah.
Seketika Maura tersentak lantaran ditarik paksa oleh Hitto. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.
"Ikut gue!" hitto menarik pergelangan tangan Maura melewati koridor.
Oh tidak. Angkasa sudah ramai di jam-jam seperti ini. Sudah di pastikan banyak pasang mata yang memperhatikan nya. Jangan kira Maura hanya pasrah, bahkan ia sudah berulang kali melepas cekalan Hitto. Tetapi nihil, kekuatan nya belum cukup untuk menandingi cowok kulkas itu.
"Lepasin! Sakit tau!" teriak Maura berharap Hitto iba. Tapi kenyataan nya Hitto sama sekali tidak perduli.
Ia bingung kenapa Sky hanya bersikap baik kepada Aulitta. Padahal Aulitta mengaku tidak pernah kenal dekat dengan mereka. Apalagi yang Maura ketahui, Aulitta hanya mempunyai satu sahabat cowok dan sekarang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Teen FictionIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...