"Woi Devano dateng tuh!"
Suara itu berhasil membuat mereka semua mengalihkan pandangan ke arah laki-laki bertubuh jangkung yang berdiri di dekat tumpukan ban lawas. Sudah sangat jelas kalau ia sedang berada di base camp Sky. Mereka tersenyum sembari menyapanya dengan ramah. Meskipun Devano sudah melarang mereka untuk bersikap demikian, namun warior Sky tidak gentar untuk tetap menghormatinya. Menurut mereka bagaimanapun juga Devano tetaplah Star of Sky. Jadi sudah sepatutnya mereka sebagai warior menghormati sang pemimpin.
"Gimana? Ada masalah?" Kata Devano sembari mencomot cookies milik Verel.
Warior kompak menggeleng sebagai jawaban bahwa hari ini tidak ada masalah ataupun perkelahian disana-sini. Hitto membuang napas lalu mengetuk meja menggunakan jemarinya seolah sedang berpikir keras. Sontak mereka menatap serius laki-laki yang kepintarannya sudah kelewat batas itu. Devano mengangguk dengan tatapan Hitto yang mulai menelisiknya.
"Jadi setelah gue analisa, geng sebelah berpotensi besar akan nyerang kita sekitar bulan depan." Hitto menjeda ucapannya dan melirik ke arah Devano.
Devano yang mengerti segera mengambil ahli situasi disana. Ia berdehem pelan sambil mendudukan dirinya di kursi kayu. Warior Sky sangat mengetahui jika Devano selalu berusaha menenangkan amarah mereka. Ia tidak suka jika mengambil keputusan tergesa-gesa. Mungkin laki-laki itu tidak terlalu mahir dalam pelajaran di sekolahnya. Tetapi ketelitian dalam mengatur strategi sudah tidak bisa diragukan lagi.
"Kalian harus lebih hati-hati dari sekarang, Potret bukan geng abal-abal yang ngandelin dengkul buat mikir. Mereka bakal nyusun strategi baru setelah kemaren kalah dari kita. So, sikap tenang sangat dibutuhin disini."
Raut wajah mereka mendadak kisut bersamaan dengan nyali yang semakin ciut. Bukan lantaran Potret tetapi sikap tegas Devano berhasil membuat warior Sky bergidik ngeri. Tiba-tiba Marcel yang sedari tadi diam kini beranjak dari tempat duduknya. Sepersekian detik semua pasang mata kini memandangnya dengan tatapan bingung. Marcel menelan ludah terlebih dahulu sebelum berbicara.
"Tenang? I'm so sorry Vano. Mereka bisa bertindak nekat dan lo bilang kita harus tenang?!"
Marcel sedikit meninggikan suaranya. Anggota inti Sky tersentak mendengar sanggahan yang diucapkan oleh Marcel. Tidak biasanya laki-laki itu banyak ikut campur dalam rapat. Pasalnya Marcel adalah tim yang selalu pro dengan keputusan Devano.
Mungkin kali ini mood Devano sedang baik. Ia hanya tersenyum singkat mendengar sanggahan itu. Sedangkan yang lain hanya diam memandang Devano dengan segan. Warior Sky sudah paham dengan kondisi disitu. Mereka tidak mau menambah pusing di kepala anggota inti. Pasalnya kelima orang itulah yang menyelamatkan para warior Sky ketika semua orang tidak melihatnya.
"Oke, kita adain sidang inti. Stev siapin semuanya." Titah Devano dengan nada tenang tetapi sangat berwibawa.
Sidang inti merupakan sebutan dari diskusi yang hanya dilakukan oleh kelima anggota inti Sky. Hal itu dilakukan untuk mengurangi intensitas perdebatan di hadapan warior. Sebenarnya Devano sudah geram dengan tindakan laki-laki itu. Akan tetapi beradu pendapat di depan warior Sky bukanlah hal yang baik.
-----
Satu jam kemudian kelima anggota inti Sky sudah berada di markas. Bukan hal yang sulit bagi Stevan untuk menyiapkan semacam itu. Atmosfer seolah berubah senada dengan amarah yang berkecamuk di sekeliling ruangan."So? Lo mau nya apa cel?" Ujar Devano membelah keheningan.
"Gue mau kita nyerang Potret besok."
Hitto tersenyum sinis, "Marcel...Marcel..jangan libatin masalah pribadi!"
Sontak semua pasang mata menatap Hitto penuh tanya. Mereka sama sekali tidak mengerti dengan ucapan laki-laki itu. Sedangkan Marcel yang sudah geram hampir saja melayangkan tonjokan kepada Hitto. Namun berhasil dihentikan oleh Stevan dan Verel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA •• (On Going)
Teen FictionIni kisah Aulitta Laura seorang gadis SMA Angkasa. Rentetan kisah lara yang menjelma tipuan bahagia. Seolah tiada namun enggan untuk dilupa. Hingga kedatangan seseorang mengubah hidupnya. Entah Aulitta yang berpura-pura atau semesta yang sedang berc...