SEMESTA •• 14

55 17 3
                                    

Hari pertama liburan semester Aulitta gunakan untuk nonton film kesukaannya, bahkan ia belum memikirkan tentang jadwal liburannya tahun ini. Gadis itu hanya sendiri di rumah karena kakak dan papa nya sedang mengurus urusan kantor. Untung saja masih ada Bi Nasih dan satpam baru di rumah itu.

Tok..tok..tok

"Masuk aja Bi." Ucap Aulitta dari dalam kamar.

"Ada temen non Aulitta di depan."

"Bentar lagi Litta turun, makasih ya Bi."

Bi Nasih mengangguk lalu berjalan keluar dari kamar itu. Setelah mengucir rambutnya, Aulitta bergegas menuju teras rumahnya. Gadis itu mengernyitkan dahi ketika melihat seorang pemuda yang membelakangi keberadaannya.

"Nyari siapa?" Tanya Aulitta, sontak pemuda itu membalikkan badannya.

"Litta gue--"

Aulitta hendak pergi meninggalkan pemuda itu, namun tangannya dicekal dan mau tidak mau dia harus tetap disana.

"Litta gue minta maaf." Ucap pemuda itu yang ternyata adalah Raga.

"Hmm"

"Tapi jujur gue beneran cinta sama lo." Tegas Raga, sedangkan Aulitta berusaha menetralkan raut wajahnya.

"Raga gue gak bisa."

"Kenapa Litt? Bahkan lo gak ngasih alasan yang jelas."

"Karna sampe kapan pun kita cuma temen! Gak akan lebih Raga!"

"Enggak Litt, gue yakin kalo perasaan lo itu sama ka--" ucapan Raga terpotong.

"Raga stop! Berhenti bertingkah seolah bumi cuma berputar buat lo! Dan kalo emang lo beneran cinta sama gue.." Aulitta menjeda ucapannya karena sejujurnya ia tidak sanggup mengatakan itu.
"Lo harus  tetep ada buat Renata, cintai dia layaknya lo mencintai gue!"

Raga menatap lekat gadis dihadapannya, "Gue akan lakuin apapun yang lo minta supaya lo percaya kalo gue serius sama lo Litt."

Gadis itu menutup pintu rumahnya dan berlari menaiki tangga untuk ke kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya, tiba-tiba tubuhnya merosot di belakang pintu itu.

"Hiks..hiks..maafin gue..hiks..gue boong Ga...keadaan yang nuntut gue buat relain lo bahagia sama Renata..hiks.."

Kemudian Aulitta mengusap air matanya kasar, bagaimanapun ia harus menerima konsekuensi dari keputusan yang baru saja diambil.

^_^ ^_^

Di sisi lain geng sky sedang bersiap-siap untuk berlibur ke puncak sesuai dengan ajakan Stevan. Mereka berlima sepakat untuk berangkat menggunakan salah satu mobil hitam milik Stevan yang mungkin hanya beberapa kali dipakai olehnya.
Setelah memasukkan barang bawaannya, mereka bergegas masuk ke mobil. 

Devano memutar lagu Labrinth- Jealous pada mobil milik Stevan itu. Mereka berlima tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

I'm jealous of the rain
That falls upon your skin
It's closer than my hands have been
I'm jealous of the rain
I'm jealous of the wind
That ripples through your clothes
It's closer than your shadow
Oh, I'm jealous of the wind

Lalu mereka menyanyikan reff bersama-sama,

'Cause I wished you the best of
All this world could give
And I told you when you left me
There's nothing to forgive
But I always thought you'd come back, tell me all you found was
Heartbreak and misery
It's hard for me to say, I'm jealous of the way
You're happy without me

Meskipun sky terkenal badboy di mata semua orang, namun mereka juga mempunyai perasaan yang tulus. Bahkan mereka akan berdiri di garis terdepan untuk melindungi orang yang disayangi.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, Stevan menghentikan mobil nya di depan sebuah villa  yang terdiri dari dua lantai itu. 

Kemudian seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka, lelaki itu adalah penjaga villa milik keluarga Stevan itu.

"Eh den Stevan sudah datang, mari saya bantu." Ucap lelaki itu yang dibalas anggukan oleh mereka berlima.

Verel memilih berjalan bersama Stevan dan Marcel, ya tentu saja karena ia malas berjalan bersama dua sahabatnya yang irit ngomong seperti Devano dan Hitto. Mereka memilih lima kamar yang berada di lantai dua supaya bisa dengan mudah melihat view disana.

-----
Cuaca di puncak semakin dingin, apalagi sekarang sudah malam. Mereka berlima memilih untuk bakar jagung, ikan, dan sejenisnya.

"Cel barbeque nya kurang!" Celetuk Verel yang sedang membakar sosis.

"Bentar Rel."

"Stevan ambilin piringnya!"

"Aelah merintah terosss"

"Devano mana?" Tanya Hitto yang membuat ketiga orang yang sedang sibuk bakar-bakar, mengalihkan pandangan menuju Hitto.

"Lo nanya gue? Terus gue nanya siapa dong?" Ucap Verel dengan polosnya sambil mencomot jagung yang sudah matang.

"Kali aja tau!" Balas Hitto

"Kan lo yang dari tadi bareng sama dia." Gumam Marcel, sedangkan Stevan tidak menanggapi obrolan itu karena asik dengan sosis bakarnya.

Hitto lalu mendudukan diri bergabung dengan mereka, mungkin Devano sedang jalan-jalan di dekat villa pikir Hitto. Mereka melanjutkan acara bakar-bakar itu sambil sesekali tertawa karena tingkah Stevan yang mencuri makanan milik Verel. Bahkan Hitto juga ikut terbahak-bahak melihat muka Verel yang marah karena makanannya diambil.

**
Devano berjalan menuju halaman belakang villa, dia sengaja kesana untuk menyegarkan pikirannya. Sebenarnya pemuda itu masih mencintai Bella, namun gadis itu malah menghianati kepercayaannya. Devano memang tidak pernah bertindak langsung, ia hanya diam mengikuti permainan yang sedang dijalankan oleh kekasihnya itu.Kemudian setelah benar-benar geram akhirnya pemuda itu memutuskan Bella secara sepihak.

Tiba-tiba derap langkah kaki mendekatinya bersamaan dengan keributan yang tentu saja diciptakan oleh keempat sahabatnya.  Devano mengalihkan pandangan ke arah mereka, pemuda itu menautkan alis saat melihat wajah Verel yang masam.

"Kenapa lagi tuh bocah?" Tanya Devano, sontak yang lainnya terkekeh kecuali Verel.

"Vano! Makanan gue dimakan sama mereka!"

"Ngadu terosss!"

"Dasar anak mama!"

"Lo kira Devano bapak lo!"

Devano menghela nafas, "ck gue kira apaan. Makan aja makanan gue Rel."

Sontak Verel kegirangan mendengar ucapan Devano itu, tumben sekali pemuda itu mau membelannya. Lalu mereka duduk bersama Devano, menikmati keheningan malam bersama jutaan bintang yang bertaburan di langit.


Mld-17.06.20

SEMESTA •• (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang