part 36

1.4K 140 12
                                    

Semuanya berkumpul di sini. Di depan ruang operasi.

Yoonhwa, seluruh anggota NCT 127, dan bahkan ayah Taeyong nampak cemas menanti operasi yang sudah berjalan satu jam lebih itu selesai.

Yoonhwa sedikit kebingungan, pasalnya dari yang ia ketahui selama ini, Taeyong dan ayahnya tidak memiliki hubungan yang baik. Namun kenyataan yang ia lihat sekarang berbeda. Tuan Lee Haejoong benar-benar sangat cemas sejak ia mengetahui kabar Taeyong mengalami kecelakaan.

Pria itu bahkan tak henti-hentinya bolak-balik di depan pintu operasi, dan saat ia duduk di kursi tunggu, beberapa kali ia terlihat menggigiti kukunya sendiri. Persis bagaimana Taeyong menggigiti kukunya saat merasa cemas.

Wanita yang duduk di sebelah pria itu juga tak henti-henti mengusap bahunya, mencoba menenangkan ayah Taeyong yang nampak paling cemas. Dari yang Yoonhwa ketahui, wanita itu adalah istri baru ayah Taeyong, yang berarti adalah ibu tiri Taeyong.

Beberapa menit kemudian, salah seorang dokter dari ruang operasi keluar, membuat semua orang berdiri mengeremuninya, terutama ayah Taeyong yang saat ini sudah berdiri di hadapan dokter itu yang adalah kenalannya.

"Bagaimana operasi anak saya Dokter Ryu?" Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan ayah Taeyong semenjak anaknya masuk ke ruang operasi.

"Operasinya berjalan lancar. Dan Tuan Muda akan siuman besok pagi, paling lambat siang," ujar dokter tersebut yang membuat semua orang menghela napas lega.

"Untungnya pecahan dari lampu itu tidak mengenai organ vitalnya. Tetapi untuk beberapa bulan, Tuan Muda mungkin tidak bisa melakukan aktivitas berat," lanjut dokter itu, dan kemudian membungkuk undur diri.
"Kalau begitu saya permisi Tuan Lee."

Ayah Taeyong mengangguk. "Terima kasih," gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

***

Taeyong sudah dipindahkan ke ruang VVIP di lantai paling atas. Dengan fasilitas yang super mewah yang terlihat seperti kamar hotel bintang lima. Yonhwa bahkan tidak tahu bahwa di rumah sakit ini, ruang VVIPnya semewah ini.

Sementara ayah Taeyong dan istrinya masih setia menemani Taeyong. Duduk di kursi sebelah ranjang Taeyong. Menanti putranya yang masih terpejam itu membuka mata.

Sampai tiba-tiba ayah Taeyong mendapat panggilan mendesak, hal ini mengharuskan ia untuk meninggalkan rumah sakit.

Yang Yoonhwa herankan, panggilan mendesak apa yang datang di jam dua pagi?

"Aku harus pergi sebentar. Jika Taeyong sadar, tolong hubungi aku atau istriku," ujarnya pada beberapa teman-teman Taeyong yang menunggu di sini sebelum melangkah menuju pintu bersama istrinya.

Namun, sebelum langkahnya keluar dari pintu, pria itu berbalik, dan menghadap ke Yoonhwa yang baru ia sadari kehadirannya. "Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Siapa namamu?"

"Saya, Kim Yoonhwa."

Ayah Taeyong tersenyum. "Namamu sangat indah. Sama sepertimu."

"Sepertinya putraku sudah dewasa," gumamnya pelan seraya menoleh pada Taeyong yang masih terbaring di ranjang, sebelum berlalu dari ruangan itu.

Sebagian teman Taeyong sudah kembali ke asrama mereka untuk membersihkan diri dan akan kembali lagi nanti. Tentu saja tidak mudah keluar dari rumah sakit ini, karena banyaknya penggemar dan wartawan yang menunggu di luar rumah sakit. Itu pun mereka pulang lewat pintu belakang rumah sakit, tetapi tetap saja banyak penggemar dan wartawan di sana walaupun tidak sebanyak di pintu depan.

Yoonhwa mengerti kekhawatiran mereka. Sejak di acara penghargaan itu, Yoonhwa dapat melihat banyak penggemar mereka yang terkejut hingga menangis saat melihat kecelakaan itu dengan mata mereka sendiri.

Dan sebagian mengikuti ke rumah sakit, bahkan ada yang rela tidur di luar rumah sakit, padahal udara cukup dingin. Yoonhwa khawatir mereka bisa terkena flu.

***

Pagi hari menjelang. Dan teman-teman Taeyong sudah ke kantin rumah sakit untuk sarapan.

Yuta, Doyoung, Winwin, dan Mark menginap di sini semalam, begitu pun Yoonhwa. Mereka membersihkan diri di rumah sakit, dan meminta manajer untuk mengambilkan pakaian ganti.

Sebenarnya, mereka berempat sudah mengajak Yoonhwa bergabung sebelum menuju kantin. Tapi entah kenapa Yoonhwa merasa tidak lapar, jadi ia menunggu Taeyong di sini sendiri. Yoonhwa meletakkan kepalanya di sisi ranjang.

Untungnya pecahan-pecahan lampu itu tidak ada yang mengenai wajah Taeyong yang selalu pria itu banggakan, kalau ada, mungkin Taeyong akan sangat stress.

Ngomong-ngomong, orang di luar sana tidak bohong saat mengatakan wajah Taeyong tampan. Benar-benar terlihat tidak nyata, apa benar dia manusia? Bahkan walaupun terlihat pucat, tak menghilangkan kadar ketampanannya.

Kulitnya sangat halus. Rahangnya tegas dan tajam, saking tajamnya sepertinya rahang itu bisa menggores kulitmu jika menyentuhnya. Bulu matanya cukup lentik untuk ukuran pria.

Yoonhwa bahkan tidak sadar sudah menatap Taeyong sangat intens. Bagai terhipnotis, ia tidak menyadari tangannya sudah bergerak perlahan hendak menyentuh wajah pria itu. Sampai kemudian sebuah suara membuatnya tersadar.

"Apa aku terlalu tampan?" Taeyong membuka matanya tiba-tiba dengan suara yang sedikit lemah.

Tatapan mereka bertemu beberapa detik dengan jarak wajah yang sangat dekat, hingga kemudian Yoonhwa tersadar, dan akan segera menarik tangannya yang beberapa senti lagi akan menyentuh wajah Taeyong, namun belum sempat ia menariknya, taeyong sudah lebih dulu menggenggam tangan Yoonhwa.

"Oh kau sudah sadar? A-aku akan panggilkan yang lain." Yoonhwa hendak menarik tangannya dengan lebih kuat dan segera beranjak. Namun pria itu malah menahannya dengan sama kuatnya.

Yoonhwa heran. Bukankah pria ini sedang sakit dan lemah? Bagaimana bisa tenaganya begitu kuat?

Yoonhwa terpaku melihat tatapan mata Taeyong yang biasanya tajam itu berubah melembut di wajahnya yang pucat. Tidak ada tatapan mengintimidasi yang biasa Yoonhwa lihat.

Taeyong meraih tengkuk Yoonhwa dengan salah satu tangannya yang bebas. Mencoba mempersempit jarak antara mereka. Beberapa senti lagi bibirnya akan menyentuh bibir Yoonhwa.

Sampai pintu tiba-tiba terbuka, suara nyaring yang terdengar dari arah sana seketika menghentikan pergerakan mereka.

"YOONHWA NOONA! Aku bawakan roti-" ucapan pria itu yang ternyata adalah Mark tiba-tiba terhenti. Matanya membola melihat pemandangan di hadapannya.
"Dari kantin rumah sakit..." lanjutnya hampir terdengar seperti cicitan.

Yoonhwa sontak menjauhkan dirinya dari Taeyong. Dan kemudian dengan cepat mengambil bungkusan berisi roti itu.
"Terima kasih, Mark." Yoonhwa segera berlalu, meninggalkan Mark yang masih syok.

Apa ini? Mark seperti merasakan déjà vu?

Sementara di tempatnya, Taeyong menatap Mark tajam.

"M-maaf." Mark masih syok. Hingga kemudian ia tersadar sesuatu.
"TAEYONG HYUNG! KAU SUDAH SADAR?" pekik Mark terlampau senang.





[✔] Love is True | Lee Taeyong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang