"Lee Taeyong!" Langsung saja Yoonhwa melompat turun dari ranjang dan menatap tajam pada pria yang saat ini sudah merebahkan diri dengan santainya.
"Kenapa? Kau takut?" Menyeringai Taeyong malah ikut turun dan perlahan berjalan mendekati wanita itu yang sontak mundur.
"Berhenti!" Dengan ekspresi kesal bercampur marah dan juga takut, Yoonhwa membentak pria itu saat sudah tidak bisa memundurkan diri lagi, karena saat ini punggungnya telah membentur dinding.
Sedangkan Taeyong yang tadinya menyeringai menakutkan sekarang malah tertawa puas sembari memegangi perutnya yang satu hari ini sakit karena terlalu banyak tertawa.
"Menyenangkan sekali melihat wajah ketakutanmu itu," ucapnya yang masih tidak bisa mengendalikan tawa. Sungguh, entah kenapa mengerjai Yoonhwa dan melihat ekspresi kesalnya, seperti sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Taeyong. Mulai saat ini mungkin mengerjai Yoonhwa akan masuk ke dalam salah satu kegiatan yang wajib ia lakukan.
Sedangkan yang ditertawai malah menatapnya tajam, dengan mata tajamnya. Seolah tatapan itu adalah pedang yang bisa menebas leher Taeyong saat ini.
"Apa yang kau pikirkan? Kau itu bukan tipeku tau." Taeyong merebahkan dirinya lagi di ranjang berukuran king size itu.
"Sialan!" umpat Yoonhwa kesal. Ingin sekali ia mencincang tubuh pria itu sampai jadi potongan yang kecil-kecil. Sebut saja ia psikopat, tak masalah, karena saat ini ia benar-benar kesal melihat wajah Taeyong yang menyebalkan.
"Kemarilah." Sesaat setelah meredakan tawa, Taeyong menepuk sisi ranjang di sebelahnya. Meminta Yoonhwa yang masih menatapnya tajam untuk segera berbaring di sana.
"Tidak mau. Lebih baik aku tidur di sofa." Tentu saja Yoonhwa enggan untuk berbagi ranjang dengan Taeyong.
"Yakin? Sofanya sangat keras." Taeyong tidak bohong, badannya terasa sakit selepas tidur di sana.
"Setidaknya itu lebih baik daripada seranjang denganmu." Enggan mendengarkan perkataan Taeyong, Yoonhwa malah berjalan ke arah sofa yang membuat pria itu terperangah. Entah kenapa Taeyong merasa seperti sedang... ditolak?
"Kemarilah atau aku akan benar-benar menidurimu," ujar pria itu dingin yang sontak membuat Yoonhwa bergidik ngeri. Melihat rahang Taeyong yang mengeras Yoonhwa tidak ingin mengambil resiko untuk tidak mendengarkannya, ia tahu kalau sekarang Taeyong mungkin sedang marah. Maka dengan terpaksa dan sedikit takut ia membaringkan tubuhnya tepat di sebelah pria itu.
"Bajingan gila," gumam Yoonhwa yang tidur memunggungi Taeyong.
"Apa?!"
"Kenapa lagi?" Yoonhwa memutar bola mata malas, lalu menghadap wajah pria itu.
Taeyong memicing.
"Aku yakin kau habis mengumpatku.""Benarkah? Mungkin kau salah dengar."
"Cepat tidur, aku tahu kau kelelahan sejak pagi. Aku janji tidak akan tidur sebelum kau terlelap. Jadi jangan takut." Ekspresi marah Taeyong tadi seketika hilang. Dan apa ini? Ia mengatakan itu dengan sangat lembut. Ada apa dengan Taeyong? Pria itu benar-benar tidak bisa ditebak.
Dan langsung saja Yoonhwa mengangguk kemudian memejamkan mata.
"Selamat malam, Taeyong."***
"Ini lilinnya."
Mark menaruh lilin di nakas dan langsung menghempaskan diri ke ranjang lalu menarik selimut sampai ke atas kepala. Hal yang sontak membuat teman-temannya kebingungan."Hei Mark, kau terlambat. Lampunya sudah menyala," ujar Yuta yang berbaring di sampingnya.
"Aku tidak melihat apapun. Sungguh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Love is True | Lee Taeyong
Fanfiction"Cinta? Bullshit! Di dunia ini tidak ada yang namanya cinta." - Lee Taeyong • • • Kisah tentang Taeyong, anggota grup idola terkenal yang tidak percaya akan cinta namun berakhir mencintai gadis yang sangat membencinya. ___