1

16.4K 867 23
                                    

"Allah tau, kepada siapa cintamu tertuju, tapi Allah lebih tau siapa yang lebih baik untukmu."

***

Menjadi gadis yang tidak menonjol adalah tujuan Alisha. Selama hidupnya, Aisyah, Bundanya, tidak suka jika ia berdandan berlebihan. Menjadi perempuan yang sederhana adalah poin penting yang Aisyah ajarkan. Oleh sebab itulah Alisha memakai hijab.

Alisha melihat sekelilingnya, hari ini ia di ajak oleh temannya untuk makan siang diluar. Tadinya Alisha tidak mau, karena ia memang bukan perempuan yang suka berpergian tau semacamnya. Alisha lebih suka dirumah atau pergi mengurus pesantren milik orang tuanya di Bandung. Alisha membantu mengajar disana.

"Alisha, disini!" Davina, Alisha melihat temannya itu memanggil nya dari pojok restoran. Ya, sebenarnya Davina ini sama seperti dirinya, tidak terlalu suka keramaian dan berpergian. Tetapi Alisha tidak tahu mengapa perempuan itu mengajaknya pergi ke sini.

"Kamu udah nunggu lama, Na? Maaf ya aku telat, tadi aku singgah ke pesantren bentar." jelas Alisha yang membuat Davina mengangguk-angguk.

"Eh?! Kamu ke pesantren kok nggak ngajak aku? Aku kan mau ikut, udah lama nggak ke sana."

"Aku juga buru-buru tadi, karena mau jumpai kamu."

"Tau gitu kita kan bareng." ucap Davina.

"Kamu sih kenapa tiba-tiba ngajak makan diluar?" tanya Alisha yang masih belum mengetahui apa alasan perempuan di depannya.

"Karena aku males masak, ehehe."

Alisha menggeleng-geleng kan kepalanya. "Astaghfirullahaladzim, Na. Kamu kan bisa makan dirumah ku."

"Aku takut ngerepotin, Bunda sama ngerepotin kamu juga." kata Davina yang tak enak hati.

Alisha tersenyum kecil. "Yaudah nggak apa-apa, kamu katanya nggak masak kan? Jadi kamu belum makan dari pagi? Kamu udah mesen?"

Davina menggeleng, ia sengaja belum memesan makanan karena menunggu Alisha, agar bisa makan bersama dengan gadis itu juga. Niatnya kan makan bersama Alisha, bukan Alisha melihatnya atau menemaninya makan. "Sebentar ya, aku panggil pelayan nya dulu." ucap Davina.

Alisha menganggukan kepalanya, perempuan itu melihat sekelilingnya. Sampai ia melihat gerombolan siswa SMA masuk ke dalam restoran dimana ia berada. Alisha menduga bahwa bocah-bocah SMA itu bolos, tapi Alisha tidak boleh suudzon. Bisa jadi bahwa mereka sudah pulang sekolah dan ingin makan disini bukan? Ya, sepertinya begitu.

Alisha, melihatnya. Sepertinya laki-laki itu adalah ketua gengnya. Dengan baju yang sempit dan tidak di masukan ke dalam celana. Alisha terkaget, saat laki-laki yang barusan ia bilang ketua dari geng tersebut melihatnya. Membuat Alisha langsung cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Astaghfirullah, apa yang sedang Alisha lakukan?

"Sha, mau mesen apa?"

Ucapan Davina membuat Alisha langsung tersadar. "Aku ikut kamu aja."

Davina mengangguk, pelayan pun mencatat pesanan mereka. Setelah mencatat, pelayan itu pun segera pergi dan kembali untuk membawakan makanan yang di pesan oleh Davina.

"Sha, kamu liat nggak anak sekolah yang masuk tadi?" tanya Davina.

"Aku liat, kenapa, Na?"

"Nggak apa-apa, keliatannya mereka nakal banget." kata Davina.

"Nggak boleh gitu, Na. Kita nggak boleh menilai orang dari cover nya. Siapa tau mereka nggak kaya yang kita pikirkan, bisa jadi juga mereka lebih baik." jelas Alisha, walaupun sebenarnya Davina tidak salah. Tapi siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir demikian.

"Permisi, pesanan nya. Silahkan di nikmati." Pelayan itu meletakan makanan yang dipesan oleh Davina dan Alisha dengan hati-hati. Alisha memberikan senyum kecil kepada pelayan itu sebelum pergi.

"Ayo kita makan dulu."

***

"Assalamualaikum, Alisha pulang." Alisha menutup pintu rumahnya dan meletakan sepatunya ke rak sepatu yang dibeli oleh Aisyah beberapa minggu yang lalu, di karena kan rak sepatu yang lama terlalu kecil. Tidak cukup untuk menampung sepatu keluarga, khususnya sepatu adik Alisha, Akbar. Adiknya itu selalu membawa pulang sepatu baru sehabis berpergian. Alisha sudah menasehatinya, tapi Akbar tidak mau mendengarkannya. Sementara itu, karena Aisyah sangat suka kerapian. Bunda nya itu membeli rak sepatu yang cukup besar. Agar tidak ada lagi juga, sendal atau sepatu yang berserakan di lantai.

"Waalaikumsalam, udah pulang? Bunda denger tadi kamu keluar sama Davina?" tanya Aisyah yang langsung menghampiri Alisha saat mendengar suara anaknya pulang.

Alisha langsung mencium tangan Aisyah. "Udah Bunda, tadi Davina ngajak makan diluar. Katanya sekali-sekali."

"Ooh iya-iya, yaudah kalau gitu kamu ganti baju dulu. Setelah itu temui Ayah di ruang tamu." kata Aisyah yang membuat kening Alisha sedikit mengerut.

"Ayah mau ngomong sama, Lisha?"

Aisyah mengangguk. "Bunda nggak tau mau ngomong apa, tapi pokoknya setelah kamu ganti baju temui Ayah."

Alisha menuruti ucapan Aisyah, setelah mengganti pakaian nya. Alisha menemui Ayah nya di ruang tamu.

Perempuan yang sekarang duduk di depan Ayah nya itu menggenggam tangannya erat sembari menghilangkan rasa gugupnya. Karena Ayah nya jarang memanggilnya seperti ini. Jika sudah seperti ini, berarti ia telah membuat kesalahan.

"Kamu jangan takut, Lisha. Ayah manggil kamu bukan karena kamu buat kesalahan, tapi Ayah memang ingin ngomong sama kamu." kata Abhi.

Mendengar itu, Alisha, sedikit tenang. Perempuan itu pun membuang nafasnya pelan. "Ayah mau ngomong apa sama, Alisha?" tanya Alisha memberanikan dirinya.

"Ayah udah dapet laki-laki yang cocok jadi suami kamu, yang bisa membimbing kamu ke jalan yang lebih baik lagi."

Alisha yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya, menatap Abhi yang sekarang menatap dirinya juga. "Alhamdulillah, kalau begitu, Ayah." ucap Alisha.

"Tapi Ayah harap kamu tidak menolaknya karena tahu siapa yang akan di jodohkan dengan mu."

Dari Askar Untuk Alisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang