24

6.1K 336 7
                                    

"Bahkan saat pikiranmu meremehkan dirimu sendiri, Allah tetap mendukungmu dengan mengatakan kau ciptaan-Nya yang terbaik."

***

Alisha memeluk Abhi dan juga Aisyah. Hari ini adalah hari kepergian Abhi dan juga Aisyah ke Medan. Dimana saat ini Alisha dan juga Akbar menahan air mata untuk tidak turun. Askar mencoba menguatkan Alisha dengan mengelus punggung perempuan itu.

Tak hanya Askar yang ada disini, tetapi Kafkar dan Anisa juga turut serta.

Anisa berganti dengan Alisha untuk memeluk Aisyah. Tidak di pungkiri bahwa ia juga ikut sedih, mereka adalah keluarga saat ini.

"Udah jangan sedih-sedih, masih bisa kok teleponan atau video call," Aisyah tersenyum mencoba menguatkan semua orang yang menunggu keberangkatan nya.

"Tetep aja, Bun. Enggak biasa liat Bunda secara langsung." ucap Akbar yang mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak terjatuh.

"Bunda sama Ayah masih hidup loh, belum meninggal. Gimana nanti kalau Bunda sama Ayah meninggal, kalian enggak ikhlas?" Abhi yang sedari tadi hanya diam, kini membuka mulutnya.

"Ayah!"

Abhi menatap Akbar yang tidak terima dengan ucapannya. "Umur enggak ada yang tau, Bar."

Alisha berdeham mencoba mengembalikan suasana. Perempuan itu menatap jam yang ada di pergelangan tangannya. "Pesawatnya udah mau take off."

Untuk terakhir kalinya, Alisha memeluk dan mencium Abhi juga Aisyah. Bergantian pula dengan Akbar dan juga Askar, sebelum dua punggung milik Abhi dan Aisyah yang perlahan menghilang.

Anisa mengelus-elus bahu Alisha. "Jangan sedih, Nak. Kamu masih ada Ayah sama Umi di sini."

"Ada aku juga kok, Kasa tenang aja!" kata Askar yang membuat Alisha tersenyum.

Alisha berharap agar kebahagiaan ini tidak akan hilang dari hidupnya.

***

Alisha melipat kembali sajadah dan mukenah nya. Perempuan itu sendirian di rumah, Askar pergi. Entah kemana Alisha tidak tahu. Tapi setahu Alisha, Askar pergi untuk menyiapkan prom night di sekolahnya. Ya, semua ujian sekolah telah di lewati oleh Askar. Tibalah saatnya Askar untuk meninggalkan sekolah itu untuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi Alisha masih belum tahu apa pilihan Askar, apakah Askar melanjutkan pendidikannya atau tidak.

Alisha berniat keluar dari kamar untuk pergi ke ruang tamu, berniat menunggu Askar pulang. Kata laki-laki itu, ia tidak akan lama. Askar pergi dari jam empat sore, dan sekarang sudah jam setengah delapan malam.

"Assalamualaikum, Kasa. Aku pulang."

Mendengar suara Askar dari depan pintu, Alisha langsung menyambutnya dengan senyuman. "Waalaikumsalam, gimana, Kar? Udah selesai?"

Askar duduk di sofa ruang tamu di susul oleh Alisha yang duduk di sebelahnya. "Belum sih, Kak. Tapi aku bilang ada urusan."

Alisha mengerutkan keningnya. "Urusan? Kamu mau pergi lagi habis ini?"

Askar menggeleng pelan. "Kasa emang enggak peka. Urusan aku itu berduaan sama Kasa!"

Alisha tertawa kecil, ia sudah terbiasa sekarang mendengar perkataan-perkataan manis yang keluar dari mulut Askar. "Pikir masa depan kamu, Kar. Jangan mikirin aku aja."

"Gak bisa, kemana pun aku pergi aku selalu inget sama Kasa." ucap Askar, laki-laki itu memajukan wajahnya untuk mencium pipi Alisha. "Tapi sebenernya aku minder sama Kasa."

"Kenapa?"

"Karena di umur 19 tahun Kasa udah bisa jadi lulusan terbaik di universitas. Lulusan termuda juga."

"Tau darimana?"

"Bunda yang ngasih tau. Kalo enggak aku gak tau, karena Kasa gak bakal ngasih tau." kata Askar dengan sedikit nada kecewa.

"Bukannya gak mau ngasih tau, Kar. Tapi kalo aku kasih tau itu kan enggak bakal ngerubah apapun."

"Ada, itu ngebuat aku jadi semangat biar bisa Kayak, Kasa. Biar aku gak peduli sama omongan orang lain juga."

Alisha menatap Askar dan menggenggam tangan laki-laki itu. "Jangan pernah perdulikan omongan orang lain, Kar. Kalau kita enggak dengerin omongan orang dunia jadi sederhana,"

***

Askar dan Alisha sudah berbaring di kasur. Alisha menatap ke arah jendela kamar dan Askar menatap langit-langit kamar. Keheningan tercipta di antara mereka. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kasa? Udah tidur?" Askar memiringkan tubuhnya agar posisinya sama dengan Alisha. Laki-laki itu menunggu Alisha untuk membalikkan badannya agar saling berhadapan.

Tidak menunggu beberapa lama, Alisha membalikkan tubuhnya. "Kenapa, Kar?"

"Aku kan udah ujian, udah lulus juga. Tinggal perpisahannya aja." Askar dengan hati-hati menyusun kata-kata yang akan keluar dari mulutnya. "Boleh enggak aku minta hak ku sebagai suami?"

Alisha terdiam, sebenarnya ia tidak perlu terkejut lagi dengan hal seperti ini. Askar bisa meminta kapanpun ia mau. Tetapi sepertinya Askar memang sengaja menunggunya sampai ia siap. Soal sekolah, sepertinya di jadikan Askar waktu untuk Alisha berpikir.

"Kamu mau, Kar? Kamu mau kapanpun aku bakal siap, karena sebenarnya itu kewajiban aku sebagai seorang istri." ucap Alisha sambil tersenyum.

"Tapi aku tetep aja gak enak sama, Kasa."

Alisha menggeleng sembari tersenyum. "Enggak, enggak apa-apa, kok."

"Ya udah, aku minta sekarang boleh? Tapi..." Askar mencium aroma tubuhnya dan nafas yang ia halangi oleh telapak tangan. "Aku lagi bau. Aku ke kamar mandi dulu, ya? Kasa tunggu sebentar, sebentar aja."

Dari Askar Untuk Alisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang