3

10.4K 779 12
                                    

"Ucapan itu seperti obat, dosis kecilnya bisa menyembuhkan tapi jika berlebihan bisa membunuhmu."
-Ali bin Abi Thalib

***

Alisha membantu Davina saat gadis itu bangun dan berkata ingin bersandar. "Udah enakan? Kamu kok bisa jatuh coba?" tanya Alisha.

Davina memegangi kepalanya yang mungkin terasa sedikit sakit. Perempuan itu menggeleng-geleng mendengar ucapan Alisha. Pasalnya ia juga tidak tau mengapa ini semua bisa terjadi. "Kayaknya asma ku kambuh, makanya aku jatuh." jawab Davina.

Alisha membuang nafas pelan. Menatap Davina kemudian perempuan itu mengelus-elus punggung Davina yang memakai baju rumah sakit. "Apa aku tinggal di rumah kamu aja untuk sementara? Biar kalau kamu kenapa-kenapa aku bisa tahu."

"Jangan, Alisha. Aku enggak mau ngerepotin kamu lagi."

Alisha menggeleng, Davina masih saja menganggap nya seperti orang lain. Padahal mereka sudah saling mengenal selama 8 tahun.

"Alisha, kata dokter aku kenapa?" tanya Davina.

"Aku nggak tau, tadi dokter bilang ke Bunda. Dan Bunda nggak ngasih tau aku." jelas Alisha. "Padahal sebenarnya aku mau cerita sesuatu sama kamu, tapi kamu sakit." sambung Alisha lagi.

"Nggak ini aku udah sembuh, liat ini." Davina mencoba bangkit, namun Alisha langsung menahan nya. Sebab, Davina memang belum benar-benar pulih. Bayangkan saja terjatuh di lantai selama 20 jam. Terhitung sejak Alisha dan Davina selesai makan dan kembali ke rumah.

"Kamu tiduran aja, atau aku keluar aja biar kamu istirahat." kata Alisha membuat Davina langsung menggeleng.

"Aku nggak mau sendirian, Sha. Kalau kamu masih disini kamu temenin aku aja." ucap Davina.

Alisha menatap jam yang berada di ruangan Davina. Ini sudah waktunya makan siang, sebentar lagi pasti perawat akan datang dengan membawakan makan siang Davina.

"Yaudah, aku disini dulu sampai kamu selesai makan. Setelah itu aku pulang, soalnya Bunda nelepon aku, Na." jelas Alisha.

Davina mengangguk, pada saat itu juga perawat masuk dengan membawakan makanan khas rumah sakit. Banyak yang bilang bahwa makanan rumah sakit itu hambar. Padahal bagi Alisha, makanan itu hambar karena di makan oleh orang yang sakit.

"Terimakasih, Kak." ucap Alisha setelah perawat itu memberikan makan milik Davina dan keluar. "Ini kamu makan dulu, mau aku suapin?" tanya Alisha.

"Nggak usah, aku makan sendiri aja. Kan tangan aku masih berfungsi."

Alisha mengangguk, Davina pun mulai makan. Dan Alisha membuka ponselnya. Aisyah mengirimkan pesan kepadanya.

Bunda
Mau pulang jam berapa, Lisha? Biar Bunda bilang ke Ayah

Alisha
Sebentar lagi, Bunda. Nunggu Davina selesai makan

Alisha
Memangnya kita mau kemana?

Bunda
Ini Tentang perjodohan kamu

Alisha
Oke, tunggu Lisha ya

Alisha menatap Davina, perempuan itu telah selesai makan. Dan saat ini sedang minum dengan perlahan.

"Sha, aku udah selesai makan. Katanya kamu disuruh pulang kan sama Bunda?" ucap Davina.

Alisha mengangguk. "Yaudah kalau gitu, aku pamit ya. Kamu jaga diri, kalau ada apa-apa telepon aku. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, kamu juga hati-hati di jalan."

***

Alisha telah sampai dirumah, di halaman rumahnya terdapat dua mobil. Yang Alisha pastikan itu adalah mobil dari orang yang akan di jodohkan dengan dirinya. Alisha menatap ke arah pintu rumahnya, ternyata Aisyah sudah menunggunya. Alisha langsung mencium tangan Aisyah.

"Udah lama ya, Bunda?" tanya Alisha.

"Nggak baru aja kok. Kamu ganti baju aja dulu." kata Aisyah.

Alisha mengintip ke dalam rumahnya. "Kok nggak ada siapa-siapa?" tanya Alisha karena justru kondisi rumah nya sepi.

"Di belakang, ngobrol sama Ayah sambil lihat-lihat kebun belakang. Makanya Bunda nyuruh kamu ganti baju dulu." jelas Aisyah.

Alisha mengangguk, Aisyah masuk ke dalam rumah di susul oleh Alisha yang segera ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Alisha mengunci kamarnya dan memilih baju. Setelah selesai memakai baju, gantian pula untuk Alisha memakai hijab nya.

Alisha selesai, ia segera pergi ke kebun belakang untuk menemui Ayah dan Bunda nya, juga orang yang di jodohkan dengannya. Karena ke kebun belakang melewati dapur, Alisha melihat Aisyah yang sedang membuat teh.

"Bunda mau Lisha bantu?" tanya Alisha.

Aisyah mengangguk. "Kamu bawakan kue itu ya, tangan Bunda udah nggak cukup."

"Bunda beli kue nya?" tanya Alisha aneh.

"Nggak, semalam buat."

Alisha hanya bisa tersenyum kecil. Aisyah memang bukan orang yang akan hanya berdiam diri walaupun di rumah. Aisyah akan melakukan apa saja agar tubuhnya bergerak atau mengeluarkan keringat. Walaupun lelah, kata Aisyah itu sehat. Alisha mengambil kue yang sudah berada di dalam toples itu. Totalnya ada tiga kue, dengan kue nastar, putri salju dan kue kacang hijau. Alisha takjub karena kue-kue ini bisa siap hanya dengan satu hari saja. Aisyah memang adalah sosok ibu yang hebat.

Alisha berjalan ke kebun belakang sambil membawa tiga toples kue di tangannya. Alisha melihat Abhi yang duduk di dalam rumah kaca dengan tiga orang lagi di dalamnya. Alisha hanya bisa melihat Abhi saja, karena posisinya yang menghadap ke depan. Sementara tiga orang lagi dalam posisi Alisha, mereka menghadap ke belakang.

Abhi tersenyum saat Alisha hampir dekat.

"Nah, itu Alisha nya." ucap Abhi yang membuat Alisha langsung tersenyum.

Tetapi senyum Alisha langsung luntur saat, laki-laki yang duduk di depan Abhi langsung berbalik ke arahnya. Tidak, bukan karena laki-laki itu tidak tampan. Akan tetapi laki-laki itu adalah anak SMA yang tak sengaja bertatapan mata dengannya saat di restoran.

Alisha ingat pasti itu, ia tidak salah.

Dari Askar Untuk Alisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang