Hari demi hari telah berlalu, meninggalnya Aisyah telah melewati masa 40 hari. Di masa 40 hari itu, mereka melakukan do'a bersama dengan di panggilnya ustadz, para kerabat dan tetangga. Tak hanya itu, Davina dan Riska juga ikut andil di dalamnya. Termasuk Aidan, Reno, Liam dan Zaki. Mereka ikut kaget mendengar berita berpulangnya Aisyah. Apalagi setahu mereka Aisyah adalah orang yang sehat-sehat saja.
Pada masa-masa itu juga Abhi mogok makan, Abhi juga lebih menjadi banyak bicara, tetapi Abhi masih sering melamun. Berat badan Abhi pun agak menurun dari biasanya. Dan itulah yang membuat Alisha dan Akbar cemas. Akbar, laki-laki itu sudah ikhlas tentang kepergian Aisyah, di bantu dengan Alisha untuk melupakannya. Sekarang, Akbar selalu bertekad untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Ia harus membuat Aisyah lebih bangga di sana. Apalagi mengingat tentangnya yang jarang pulang ke rumah saat Aisyah masih hidup.
Sebenarnya hari ini Alisha akan ikut pulang ke Bandung bersama Davina dan Riska untuk mengurus beberapa surat tentang Aisyah. Namun mengingat kondisi Abhi yang juga tak memungkinkan untuk di tinggalkan, Alisha memilih untuk mengurusnya di lain waktu. Alisha bisa saja meninggalkan Abhi, tapi ia juga tidak tega untuk meminta Askar mengurus Abhi.
Alisha sedikit membuka tirai jendela yang terhubung dengan teras. Beberapa hari ini Abhi memang suka duduk di teras, dengan pikiran dan dunianya. Alisha merasa bahwa Abhi merasakan Aisyah yang masih ada disini dan duduk menemaninya. Tetapi, daripada hari-hari sebelumnya, Abhi lebih baik hari ini. Ayahnya itu memintanya untuk membuatkan teh dengan beberapa cemilan. Alisha sangat bersyukur karena Abhi lebih baik daripada hari sebelumnya.
Merasa pundaknya di tepuk, Alisha menoleh dan menemukan Askar yang berdiri di belakangnya.
"Kamu masih khawatir sama Ayah?" tanya laki-laki itu.
Alisha mengangguk pelan. "Walaupun aku tau laki-laki lebih cepat menghilangkan rasanya daripada perempuan."
Itu benar, karena pria yang baru saja bercerai atau duda, sangat terbuka dengan pemikiran menikah lagi. Namun perempuan dengan kondisi yang sama, hanya sedikit kemungkinannya. Pria butuh banyak perhatian, mereka ingin dilayani makan, cucian yang bersih, dan membutuhkan perhatian besar mau pun kecil. Berbeda dengan perempuan yang akan mengerjakan semuanya sendirian.
"Jadi maksud kamu Ayah ada pikiran untuk nikah lagi?"
"Maksud aku enggak gitu, Kar."
Askar menggenggam tangan Alisha sembari mengecup pucuk kepalanya. "Ya udah, aku minta maaf. Aku mau ke depan samperin Ayah, ya."
Alisha tersenyum dan mengangguk. Beberapa detik kemudian, Alisha sudah bisa melihat Askar yang duduk dari dalam jendela. Laki-laki itu tampak berusaha untuk mengajak Abhi berbicara. Sementara Abhi hanya mengangguk untuk menanggapi.
Membuang nafas pelan, Alisha memilih ikut masuk ke dalam percakapan itu.
"Ayah sebenarnya tau kalo kamu berdiri dari balik jendela," Abhi menatap Alisha yang duduk di sebelah Askar.
"Kenapa Ayah enggak manggil Lisha?"
Abhi tak menjawab, ia justru memberikan sepucuk surat kepada Alisha. "Dari Bunda, kamu baca nanti, ya."
***
Selesai membaca Al-Qur'an, Alisha baru teringat bahwa ia masih mempunyai surat pemberian Aisyah yang belum di baca. Aisyah benar-benar sudah menyiapkan segalanya, bahkan di saat kondisinya yang sedang tidak stabil ia menyempatkan untuk menulis surat ini.
Alisha mengambil suratnya yang ia letakkan di atas meja belajar, untuk di bawa dan ia baca di pinggir kasur.
Untuk anak Bunda,
Alisha.Nak, maaf Bunda baru ngasih tau Lisha. Sebenarnya Ayah sama Bunda ngejodohin kamu dengan Askar bukan semata-mata perjodohan biasa. Sebenarnya saat itu Bunda udah sadar, kalo Bunda enggak punya banyak waktu lagi sama Alisha. Bunda enggak mau kamu jatuh ke tangan laki-laki yang salah, yang ujung-ujungnya buat kamu enggak bahagia. Bunda tau sebenernya kamu enggak suka, kan? Tapi kamu enggak berani nolak.
Askar itu benar-benar baik, Nak. Walaupun mungkin dia lebih muda daripada kamu, tapi lihat dia saat ini. Dia bisa membimbing kamu ke jalan yang lebih baik. Askar itu seperti benar-benar di ciptakan untuk kamu. Bunda seneng ngeliat kalian berdua bahagia, rasanya seperti melihat impian Bunda yang perlahan terwujud.
Mungkin kamu udah sering denger ini dari Bunda, dan Bunda mau ngasih tau hal in untuk terakhir kalinya. Apapun yang tengah kamu hadapi saat ini, belajarlah bersyukur dan ikhlas. Sesakit apapun kamu menahan beban, percaya lah, Allah enggak pernah memberikan suatu cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya.
Oh iya, satu lagi. Bunda enggak mau ya gara-gara hal ini kamu jadi sedih. Ikhlaskan Bunda ya, Nak?
Air mata Alisha turun semakin deras. Kepergian Aisyah yang secara tiba-tiba memang membuat Alisha menyalahkan dirinya sendiri. Apalagi sampai saat ini Alisha sungguh tak tahu penyakit mematikan apa yang menyerang sang Bunda. Para dokter pun tutup mulut, seolah penyakit Aisyah adalah aib. Alisha memang tidak menanyakan hal ini kepada Abhi, karena ia tahu Abhi tidak akan memberitahunya. Menyesal, kenapa ia tidak sebegitu peka terhadap Aisyah. Jika Alisha pikir kembali, Aisyah selalu melakukan hal apapun yang bisa ia lakukan. Aisyah melakukan hal itu untuk menutupi penyakitnya.
Membuang nafas pelan, Alisha menghapus air matanya. Tidak ada gunanya ia menangisi hal ini sekarang. Mau berusaha sekuat apapun yang ia lakukan, orang yang pergi tak akan bisa kembali. Benar pesan yang ditulis oleh Aisyah, ia harus mengikhlaskan hal ini. Karena setiap manusia yang hidup pada akhirnya akan mati.
Alisha melipat kembali isi surat tersebut, ia memasukkannya ke dalam laci. Alisha akan menganggap surat ini sebagai kenangan terakhir Aisyah untuknya. Bersamaan dengan hal itu, sebenarnya Alisha mempunyai kejutan baik untuk dirinya, Askar dan juga Abhi.
Alisha positif hamil.
***
WUHUUU, akhirnya tamat juga. Tolong beri tepuk tangan 👏👏👏. Alisha hamil nih, kira-kira anaknya cewek atau cowok? Ngomong-ngomong kalian mau extra part ga? 🤭 Nembus 50/100 vote aku buat extra part.Oh iya, yang mau gabung grup chat bisa hubungi nomor di bawah ini ya.
+62 857-3818-9154 (Apri)
+62 895-2181-2230 (Oji)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Askar Untuk Alisha [END]
Romance"Kita nikah besok aja bisa gak sih, Kak? Kalo kayak gini ceritanya aku kan gak bisa marah sama Kakak. Karena aku bukan siapa-siapa Kakak." *** Selama ini Alisha tidak pernah dekat ataupun berhubungan dengan lelaki manapun. Alisha selalu berusaha me...