15

6.8K 382 9
                                    

"Ketika dalam kesulitan nya orang-orang meninggalkanmu, itu bisa jadi karena Allah sendirilah yang akan mengurus mu."
—Imam Syafi'i

***

Alisha membolak-balik kertas dan berulang kali mencoret kertas itu dengan pulpen. Hari ini persiapan pernikahan nya telah selesai. Tidak, sebenarnya bukan hari ini. Persiapan pernikahan nya telah selesai dari semalam. Karena Aisyah dan Anisa yang menyiapkannya semuanya.

Alisha melipat-lipat kertas yang barusan ia coret, Alisha sebenarnya tidak menulis apapun disana, ia hanya mencoretnya. Katanya dengan mencoret kertas, hal yang membebani pikiran kita akan sedikit berkurang. Alisha tahu ini dari Riska, walaupun sebenarnya Alisha tahu obat terbaiknya adalah mengambil air wudhu dan membaca Al-Qur'an.

"Kak, Kak Davi mau kemari." ucapan Akbar membuat Alisha langsung mengangkat kepalanya.

Sedikit mengerutkan keningnya, Alisha bertanya. "Kamu tau darimana?"

"Kak Davi ngechat Akbar." jawab laki-laki yang sekarang duduk di hadapan Alisha.

Sebenarnya Alisha tak harus kaget dengan hal seperti ini. Karena ia tahu sudah lama Davina dan Akbar bertukar nomor, namun baru kali ini sepertinya Akbar mengatakan secara terang-terangan. Alisha menatap Akbar serius, "Jangan terlalu keseringan, Bar."

Akbar mengangguk. "Akbar tau, Kak," ia memberikan ponselnya kepada Alisha. "Cuma chat minta simpan nomor, nanyain Kakak ada enggak di rumah sama chat yang hari ini."

Alisha mengangguk percaya, lagi pula tidak mungkin Akbar berbohong kepadanya.

"Iya, Kakak percaya."

"Lisha, Akbar di dalem ya?" ucap Aisyah sambil mengetuk pintu.

Alisha berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. "Iya, Bunda kenapa?"

"Di luar ada Davina." ucap Aisyah.

"Sendiri, Bun?" tanya Alisha, karena bisa jadi Davina bersama Riska.

Aisyah mengangguk.

"Ya udah, kalo gitu Lisha mau keluar nemuin Davina."

***

"Assalamualaikum, calon pengantin." canda Riska.

Alisha tersipu, kemudian ia tersenyum."Waalaikumsalam."

Aisyah memang berkata hanya ada Davina, tetapi Riska baru datang menyusul.

Alisha memperhatikan dua perempuan di depannya dari atas hingga ke bawah. Mereka memakai pakaian rumahan, tidak seperti biasanya.

Menyadari tatapan Alisha, Davina membuka mulutnya. "Kami sekalian mau nginap, boleh kan? Mau bantu-bantu kamu juga, besok kan hari bahagia kamu." kata perempuan itu.

Riska mengeluarkan dress bewarna biru dari tas yang ia bawa. "Ini, Bunda aja udah nyiapin baju untuk kami."

Alisha terkaget, lagi-lagi ia ketinggalan informasi. "Terus yang kalian bilang kalo gak tau aku bakal nikah itu ... ?"

Riska menggaruk hijabnya. "Itu emang gak tau. Tapi Bunda udah jahit baju kami duluan. Untung aja ukurannya pas, hehe." jelas Riska.

Ternyata Aisyah bertindak lebih jauh dari dugaannya.

"Ya udah, ayo masuk dulu. Taruh tasnya di kamar aku." ucap Alisha.

***

Askar memegangi badannya, tepatnya di jantung yang berdegup kencang. Entah apa yang terjadi padanya ia tak tahu, tapi sepertinya ini di sebabkan oleh sebuah acara yang di lakukan besok. Ya, acara pernikahannya dengan Alisha.
Sebenarnya, ia juga tak bisa tidur karena memikirkannya. Laki-laki itu tersenyum mengingat apa yang akan terjadi besok. Kalau begini ceritanya, Askar bisa gila lama-lama.

Askar bahkan tidak ingat bahwa ia sedang berada dimana. Alhasil sekarang, wanita paruh baya mengerutkan keningnya. Sambil menatap khawatir.

"Askar, kenapa? Kamu sakit, nak?" Anisa langsung mendekat dan memegang kening Askar.

"Eh, eh enggak kok, Umi!" Askar menjauh.

"Terus kenapa? Dari tadi Umi merhatiin kamu senyum-senyum gak jelas." ujar Anisa.

"Askar gak kenapa-kenapa, Umi. Masa Umi gak tau sih kenapa Askar kayak gini." jawab Askar.

Anisa memasang wajah serius. "Kamu ... Kamu mikir yang aneh-aneh ya?!"

"Astaghfirullahaladzim, Umi! Masa Askar kayak gitu."

"Umi gak paham." ucap Anisa.

"Besok kan hari bahagia Askar, Mi. Askar finally got a wife!" ujar Askar.

"Lebay kamu." cibir Anisa.

Askar membulatkan matanya. "Umi belajar dari mana kata-kata kayak gitu?"

"Umi gini-gini update tau, kamu nya aja emang yang lebay." ujar Anisa.

Askar menggeleng-geleng tak percaya dengan apa yang barusan ia lihat dan ia dengar. Dari pada ia membuat dosa dengan melawan Anisa, lebih baik ia pergi.

"Askar, mau kemana?!"

Dari Askar Untuk Alisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang