"Untuk mendapatkan apa yang kamu cintai, kamu harus terlebih dahulu sabar dengan apa yang kamu benci."
—Imam Ghazali***
Askar terbangun dari tidurnya dengan keadaan yang terkejut. Menatap dirinya tanpa sehelai benang pun, sementara tubuh Alisha tertutup oleh selimut yang tebal. Namun Askar tahu bahwa keadaan tubuh mereka saat ini sama. Ya, setelah tadi malam berbincang-bincang tentang masalah 'hak Askar sebagai suami,' Askar melakukannya. Melakukan hal yang belum sempat ia lakukan. Melakukan hal yang sangat banyak pahala nya dan Askar melakukan itu bersama Alisha. Ini yang pertama bagi Askar dan Alisha.
Menatap Alisha yang masih terlelap. Askar meringis dan merasa bersalah.
Laki-laki itu mengikis jarak antara dirinya dan Alisha. Laki-laki itu menciumi seluruh permukaan wajah Alisha. Setelah itu Askar mengelus kepala Alisha, ternyata benar bahwa 'rambut adalah mahkota' bagi perempuan. Untungnya Alisha selalu menutup mahkota itu kemanapun Alisha pergi. Dan sampai pada waktunya Askar bisa melihat mahkota itu, mahkota yang selama ini Alisha jaga.
Askar menoleh saat ada pergerakan dari ranjang sebelahnya. "Humaira-ku udah bangun?"
Alisha mengucek matanya, perempuan itu tersenyum kecil mendengar ucapan yang keluar dari mulut Askar. "Kenapa tiba-tiba, Kar?"
Askar yang tahu apa maksud Alisha langsung tersenyum. "Kepengen aja, kayaknya selama ini panggilan kita kurang romantis."
"Enggak apa-apa panggilannya enggak romantis, tapi hubungannya harus romantis."
Askar tertawa, yang di katakan oleh istrinya ini ada benarnya. Percuma saja nanti jika panggilannya romantis tetapi hubungannya tidak. Tetapi bukankah lebih bagus kalau dua-duanya romantis?
"Percakapan random pasangan suami-istri jam tiga pagi gini ternyata ya, Kasa?" Askar tertawa lagi, begitupula dengan Alisha yang ikut tertawa.
Tawa Askar terhenti saat mendengar Alisha yang merintih menggerakkan kakinya.
"Kasa? Kasa enggak apa-apa? Kasa kesakitan, ya? Maaf-maaf, maafin aku." Askar menggenggam tangan Alisha dan menciumnya.
"Cuma sakit sedikit kok, Kar. Kesemutan kayaknya."
Melihat Alisha yang perlahan bangkit. Askar langsung menahannya. "Kasa mau kemana? Kasa belum pake penutup, Kasa." Penutup yang di maksudkan oleh Askar adalah baju. Jika Alisha bangkit, maka selimut yang membungkusnya pasti akan menurun.
***
"Davina, Riska! Udah lama enggak jumpa kalian." Alisha memeluk keduanya. Setelah Alisha menikah, Alisha memang jarang bertemu dengan Davina dan juga Riska. Selagi Alisha menikah dan mengatur rumah tangganya, Davina membantu Abhi dan Aisyah merawat pesantren. Sementara Riska, Alisha mendengarnya bahwa perempuan itu ta'aruf oleh seseorang.
"Kangen banget sama kamu, Sha!" balas Davina seraya memeluk Alisha. Ketiganya saat ini tengah berkumpul di rumah Alisha.
"Oh iya, kamu gimana Ris? Sama calon kamu?" Alisha bertanya kepada Riska, perempuan itu termenung.
"Eh, oh. Astaghfirullahaladzim. Kamu ngomong apa barusan, Sha?" Ternyata Riska sama sekali tidak mendengar apa yang Alisha bilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Askar Untuk Alisha [END]
Romance"Kita nikah besok aja bisa gak sih, Kak? Kalo kayak gini ceritanya aku kan gak bisa marah sama Kakak. Karena aku bukan siapa-siapa Kakak." *** Selama ini Alisha tidak pernah dekat ataupun berhubungan dengan lelaki manapun. Alisha selalu berusaha me...