"Maka sesungguhnya bersamaan kesulitan itu ada kemudahan."
—Q.S Al Insyirah : 5***
Alisha sudah siap dengan abaya, tas yang ada di tangannya dan sepatu yang sudah melekat di kakinya, tak lupa dengan hijab warna biru yang senada dengan abaya nya. Alisha akan pergi mengajar ke pesantren. Sekarang Alisha mendapatkan jadwal yang full semenjak Abhi dan Aisyah pergi. Alisha dulu hanya mengajar seminggu tiga atau dua kali saja, sekarang seminggu sudah penuh jadwalnya. Tidak hanya Alisha, Davina pun juga begitu.
Setelah mengajar nanti, sebenarnya Alisha berniat untuk mengunjungi Akbar. Alisha belum ada mendengar kabar dari laki-laki itu. Apakah laki-laki itu masih sering keluar rumah dan apakah makannya teratur atau tidak. Mengingat Akbar tinggal sendirian disana.
Alisha menatap Askar yang sedang mengendarai mobil. Ya, hari ini Alisha memang pergi bersama Askar. Ingin pergi dengan Davina, tetapi jadwal perempuan itu siang tidak pagi seperti Alisha.
"Kalo ke pesantren aku jadi teringet si Fani." kata Askar membuka suara.
Alisha mengerutkan keningnya. "Fani? Siapa, Fani? Kenalan kamu?"
"Bukan, ituloh yang dulu deket sama kamu."
"Maksud kamu Fahri?"
"Nah, iya itu."
"Fahri, Kar. Bukan Fani. Fani untuk cewek." jelas Alisha sambil tertawa kecil. "Aku sama Fahri enggak deket kok. Cuma sebatas kenal aja."
Askar melirik sesaat ke arah Alisha. "Kamu nganggep nya sebatas kenal aja, tapi dia enggak." Askar memberhentikan mobilnya saat melihat lampu lalulintas bewarna merah. "Dia suka sama kamu, aku enggak suka."
"Tapi aku enggak pernah suka sama dia."
"Tapi dia pernah."
Alisha memegang tangan Askar yang berada di rem, membuat si empunya langsung menoleh. "Sekarang yang jadi suami aku siapa? Kamu, kan? Bukan Fahri."
Askar mengulum senyumnya. "Cium aku sekarang boleh, enggak?"
Alisha membulatkan matanya, walaupun seharusnya ia sudah terbiasa dengan pernyataan yang keluar dari mulut Askar, namun entah mengapa ia masih kaget. Bersamaan dengan itu, lampu kembali hijau. Alisha jadi mempunyai alasan untuk menolaknya. "Udah hijau, ayo jalan."
Askar terkekeh geli melihat penolakan dari Alisha. "Di pipi aja, kok."
"Pipi, kan?"
Askar mengangguk, detik berikutnya Alisha mendekatkan dirinya ke Askar dan mencium pipi laki-laki itu.
***
Alisha masuk ke dalam ruangan kelas tujuh, sementara Askar berkeliling melihat pesantren. Askar juga bilang ingin bersilahturahmi dengan Fahri. Entah itu benar atau tidak, Alisha hanya bisa berpikiran positif. Tidak mungkin juga Askar mengajak Fahri untuk baku hantam, walaupun sebenarnya itu mungkin saja di lakukan oleh Askar.
Alisha sedikit mengintip dari jendela, ruangan kelas sangat berisik. Alisha menduga bahwa mereka sudah menunggu lama.
"Ih kamu pacaran? Pacaran itu enggak baik tau. Liat aja nanti pas ustadzah Lili masuk. Aku aduin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Askar Untuk Alisha [END]
Romance"Kita nikah besok aja bisa gak sih, Kak? Kalo kayak gini ceritanya aku kan gak bisa marah sama Kakak. Karena aku bukan siapa-siapa Kakak." *** Selama ini Alisha tidak pernah dekat ataupun berhubungan dengan lelaki manapun. Alisha selalu berusaha me...