33

6.5K 255 12
                                    

"Hanya Allah yang dapat menyembuhkan apa yang dipatahkan oleh dunia."

***

Alisha dan Askar berjalan beriringan memasuki rumah sakit. Mereka berdua baru saja membeli lontong sayur untuk sarapan mereka dan juga Abhi. Keadaan Aisyah mulai membaik, membuat Alisha sangat bersyukur. Setelah bertelepon dengan Akbar tadi malam, laki-laki itu akan datang hari ini. Sepertinya ia sudah dalam perjalanan menuju Medan.

Tak terlalu banyak pengunjung rumah sakit, tetapi banyak perawat dan dokter yang berlalu lalang. Dan beberapa orang yang sepertinya menginap di rumah sakit sama seperti Alisha.

Karena masih pagi, kebanyakan lift masih tertutup atau tidak bekerja. Hanya beberapa lift khusus dokter atau perawat saja yang berkerja. Untuk itu Askar dan Alisha menaiki tangga dari lantai satu ke lantai tiga. Anggap saja bahwa mereka sedang berolahraga pagi. Alisha pun memang sudah lama tidak berolahraga. Sementara Askar masih sering, karena laki-laki itu mengikuti kegiatan badminton dan basket yang ada di perumahan mereka.

Mereka telah sampai di lantai tiga, berjalan sedikit ke lorong B untuk menemukan ruangan 176 yang di tempati oleh Aisyah. Tepat saat Askar membuka pintu, seorang perawat keluar dari dalam ruangan Aisyah. Perawat itu tersenyum sebagai sapaan untuk Askar dan Alisha. Terlihat Abhi yang sedang menyuapi Aisyah, sepertinya perawat itu masuk untuk memberikan sarapan pagi.

"Assalamualaikum," ucap Askar dan Alisha bersamaan.

Abhi langsung menoleh. "Waalaikumsalam, beli sarapan apa kalian?" tanya Abhi begitu melihat kantong plastik yang ada di genggaman Askar.

"Beli lontong, Yah. Tadinya mau nasi gurih tapi udah habis." jawab Askar.

Askar mengambil piring yang sempat mereka bawa untuk jaga-jaga. Sementara Alisha mendekat ke arah Aisyah.

"Bunda gimana? Udah enak nelennya?" tanya perempuan itu.

"Bunda paksa aja, Sha. Kalo enggak kayak gitu Bunda enggak mau makan, terus enggak selera."

"Mau Lisha suapin? Atau Bunda mau makan apa biar Lisha belikan nanti."

"Enggak usah, kamu makan aja dulu pokoknya. Ngeliat kamu makan aja Bunda juga udah seneng kok."

Alisha membuang nafas pelan dan mengangguk. Perempuan itu pun menyusul Askar yang duduk di sofa. Askar menunggu Alisha untuk mereka makan bersama.

"Oh, iya, Yah. Ini kami juga beli buat, Ayah." Askar menunjukkan satu kantong plastik yang belum terbuka.

"Taruh situ aja, nanti Ayah makan."

Askar mengangguk, meletakkan kembali kantong plastik itu ketempat semula. Laki-laki itu pun melanjutkan makannya.

"Oh iya, Akbar sampai jam berapa, Sha?" tanya Abhi.

"Kurang tau, Yah. Soalnya Lisha chat belum di bales. Kayaknya udah di jalan."

Abhi mengangguk-angguk. "Udah kamu kasih tau kan kalo Akbar sampai ruangannya dimana?"

"Udah, Yah,"

***

Seorang laki-laki melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit. Akbar, laki-laki itu sungguh kaget saat Alisha mengabarinya. Memberi tahunya bahwa Aisyah sedang di rawat di rumah sakit. Alisha tak membilang tentang penyakitnya, setahu dirinya pun Aisyah tidak memiliki penyakit bawaan. Ia memang sempat memiliki perasaan tak enak tentang suatu hal. Dan ternyata ini dia perasaan tak enak itu.

Dari Askar Untuk Alisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang