"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri."
***
Tidak ada yang memulai percakapan duluan. Keadaan di dalam mobil hening, bersama dengan hawa canggung yang terasa. Sementara seorang laki-laki mencoba tetap fokus kepada jalanan yang ada di depannya, sesekali melirik perempuan yang ada di sampingnya. Perempuan itu memposisikan kepalanya ke kaca jendela mobil.
Askar, laki-laki itu kembali fokus kepada jalanan yang ada di depannya. Ya, hari ini Alisha dan Askar akan fitting baju pengantin mereka. Sesuai dengan perintah Aisyah, dan atas kemauan Askar dan Alisha juga. Mereka datang ke butik sekaligus Wedding Organizer milik Diana, teman Aisyah. Aisyah bilang, Diana memiliki banyak baju yang cocok untuk tipe orang seperti Alisha. Sederhana, namun elegan dan juga hijab friendly. Walaupun memang sekarang banyak baju yang sudah bisa di pakai juga dengan hijab. Tapi, Aisyah merasa milik Diana lebih lengkap.
"Kak, maaf ... " ucap Askar sembari melirik Alisha, namun ia kembali fokus ke depan.
Alisha memejamkan matanya, "Kamu enggak perlu minta maaf."
"Enggak, ini emang salah Askar juga. Askar terlalu terbawa suasana."
"Maaf, Kar. Lagi-lagi aku ngelakuin ke salahan, lagi-lagi kamu yang minta maaf," Alisha menoleh ke arah Askar walaupun ia tahu Askar tidak melihat ke arahnya. "Jadi kayak kamu yang umur 22 tahun."
Askar menoleh. "Demi Kakak aku rela jadi apapun."
"Bentar lagi sampai ya, Kar?" tanya Alisha yang mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya, Kak. Tinggal muter dari tugu pahlawan, terus sampai." jawab Askar.
Alisha mengangguk.
Tak beberapa lama, mobil yang di kendarai oleh Askar pun berhenti di salah satu butik. Dengan bangunan berwarna putih, dan ukurannya yang besar serta bertingkat. Tak lupa dengan baju-baju yang di pajang, karena memakai dinding kaca.
Keduanya pun turun, tetapi Alisha berjalan lebih dulu. Karena pasti Diana tak mengenali Askar, Alisha pun sebenarnya tidak terlalu mengenal Diana. Tapi beberapa kali Diana pernah datang ke rumahnya, dan membuat Alisha mengenalnya.
"Permisi, Kak. Ada yang bisa saya bantu?" Alisha di sambut oleh karyawan yang ada disana.
"Itu, Kak. Saya mau jumpa sama ... "
Ucapan Alisha terpotong, karena tiba-tiba Diana datang dan menyuruh karyawan yang tadi mengajaknya berbicara untuk pergi ke belakang. "Alisha, udah sampai ya? Udah lama belum nunggu Tante?"
Alisha langsung mencium punggung tangan Diana. "Enggak kok, Alisha juga baru aja sampai."
Diana mengelus punggung Alisha, setelah itu ia melihat ke arah Askar yang berdiri di belakang Alisha.
Askar yang peka langsung berjalan mendekati Diana dan mencium punggung tangan wanita itu juga.
"Yaudah kalo gitu, ayo ikut Tante. Kita lihat-lihat baju yang cocok dan baju yang kalian mau."
***
Alisha menutup pagar rumahnya, setelah mobil Askar keluar dari pekarangan rumah nya. Ia baru saja pulang, dengan Askar yang mengantarkannya pulang ke rumah.
Di sambut oleh Abhi dan Aisyah yang sedang minum teh di teras rumah.
"Askar enggak mampir, Lisha?" tanya Aisyah, karena memang mobil Askar masuk pekarangan rumah tetapi laki-laki itu tidak keluar.
"Enggak, Bunda. Askar buru-buru katanya, jadi titip salam aja."
Aisyah mengangguk-angguk, "Waalaikumsalam." ucap Aisyah di susul dengan Abhi yang juga menjawab salam.
Alisha menggeser salah satu kursi untuk duduk di depan Abhi dan Aisyah. "Ayah sama Bunda pergi tanggal berapa?"
"Kenapa? Kamu mau cepet-cepet Bunda sama Ayah pergi?" canda Aisyah.
"Enggak gitu, Bunda ... "
"Ayah sama Bunda pergi setelah seminggu atau lima hari pernikahan kamu," sahut Abhi sambil menyeruput tehnya. "Sama Akbar juga." lanjutnya lagi.
"Kamu enggak capek? Makan dulu sana, habis itu mandi. Kalau mau tidur, tidur. Sholat nya jangan lupa." kata Aisyah.
Alisha menggeleng. "Mau disini dulu, sama Bunda sama Ayah," Alisha membuka toples kue di hadapan nya. "Akbar udah pulang, Bun?"
"Baru aja pulang tadi, Bunda rasa lagi tidur di kamarnya. Akbar kaget tadi denger kamu mau nikah." ucap Aisyah yang membuat Alisha tersadar.
Akbar memang tidak selalu berada di rumah. Pada saat pertemuan keluarga saja ia tidak ikut.
Alisha menutup kembali toples kue. "Ya udah, Lisha masuk duluan ya Bun, Yah."
Keduanya mengangguk mengerti. Pasti Alisha rindu kepada Akbar, begitu pula sebaliknya. Mereka memang tidak terlalu dekat, namun mereka selalu akur.
***
Alisha mengetuk pintu kamar Akbar saat sampai di kamar Adik laki-laki nya itu. Ketukan pertama tidak ada sahutan dari dalam, ketukan kedua sembari memanggil namanya baru ada jawaban.
Akbar membuka pintu sambil menutup mulutnya, menguap.
"Kakak? Aku kira Bunda." ujar laki-laki itu.
"Maaf ngebangunin kamu. Kamu masih ngantuk ya?"
Akbar menggeleng. "Aku mau cuci muka, Kakak masuk aja sini ke kamar ku."
Alisha mengangguk, perempuan itu pun masuk ke kamar Adiknya. Jika ada yang bertanya berapa umur Akbar, umur Akbar 19 tahun. Selisih empat tahun dengan Alisha.
Terdengar suara percikan dari kamar mandi. Akbar keluar dengan wajah yang lebih segar. Menghampiri Alisha yang duduk di pinggir kasur.
"Aku kaget, calon suami Kakak lebih muda. Masih SMA lagi." ujar nya.
"Kakak juga kaget, soalnya Kakak pernah ketemu sama dia sebelumnya."
Akbar membulatkan matanya. "Serius?! Kapan? Dimana? Sama siapa?"
"Kakak ketemu sama dia waktu lagi makan sama Kak Davi. Dia masuk ke restoran sama temen-temen nya yang gayanya kayak berandalan," Alisha menatap langit-langit kamar Akbar yang di hiasi oleh bintang-bintang bewarna hitam. "Kakak sempet tatapan juga sama dia, eh ternyata jadi suami Kakak nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Askar Untuk Alisha [END]
Romance"Kita nikah besok aja bisa gak sih, Kak? Kalo kayak gini ceritanya aku kan gak bisa marah sama Kakak. Karena aku bukan siapa-siapa Kakak." *** Selama ini Alisha tidak pernah dekat ataupun berhubungan dengan lelaki manapun. Alisha selalu berusaha me...