16

6.5K 397 6
                                    

Sengaja aku buat tanggal 20 hari sabtu yaa

***

"Saat melibatkan Allah dalam setiap impian, percayalah tak ada yang tak mungkin untuk di raih."

***

Sudah sejak pukul lima shubuh Alisha duduk di meja rias untuk di make up. Matanya terpejam untuk menahan kantuk, ini adalah hari bahagianya, hari pernikahannya dengan Askar. Walaupun ia sudah terbiasa bangun pagi. Tetapi kali ini Alisha benar-benar sangat mengantuk, pasalnya ia tidak bisa tidur. Beberapa jam lagi statusnya akan berubah, rasanya sulit untuk di percaya.

Seluruh keluarga besar dari Alisha dan Askar, sudah berkumpul sejak tadi malam. Semua nampak bahagia berbanding terbalik dengan Alisha, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan nanti. Seharusnya ia menjadi orang yang paling bahagia hari ini.

"Lisha, udah selesai? Ijab kabul nya udah mau dimulai." Aisyah muncul dengan Davina dan Riska di sisinya.

Alisha berjalan memeluk Aisyah. "Bunda, do'a kan Lisha ya?"

Aisyah meneteskan air matanya. "Pasti, Nak. Enggak mungkin Bunda gak do'ain kamu."

Alisha melepas pelukan, kemudian berganti memeluk Davina dan Riska. "Kalian do'akan aku juga ya?"

Keduanya mengangguk, membalas pelukan Alisha tak kalah erat.

Mereka melangkah keluar, di lantai dan dalam hotel yang sama semua sudah berkumpul, mata mereka menatap kagum ke arah Alisha yang sangat cantik dengan balutan gaun berwarna putih yang indah. Dengan make up yang natural membuat Alisha semakin cantik, jangan lupakan hijab bewarna putih yang melekat di kepalanya, membuat perempuan itu semakin cantik.

Askar terdiam, laki-laki itu tak mengedipkan matanya. Selama ini Alisha tidak pernah menggunakan make up. Apalagi Askar dan Alisha hanya beberapa kali bertemu dengan Alisha.

Alisha kini telah duduk di samping Askar. Keadaan hening, penghulu mengecek semua berkas hingga sekarang saatnya proses sakral ini berlangsung.

Askar menjabat tangan Abhi, matanya menatap dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. "Saya nikahkan dan kawinkan kamu, Askara Ilyas Alfarizi bin Kafkar Alfarizi dengan putri saya Alisha Sajidah Raniyah binti Abhian Effendy dengan mas kawin uang tunai tiga ratus lima puluh juta dan seperangkat alat sholat di bayar tunai."

Dengan lantang Askar menjawab dengan satu tarikan nafas. "Saya terima nikah dan kawinnya Alisha Sajidah Raniyah binti Abhian Effendy dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

Suasana semakin hening, Alisha menundukan kepala. Hatinya bergemuruh, air matanya menetes.

"Bagaimana para saksi? Sah?" Alisha semakin menunduk.

"Sah ... " suara riuh murah terdengar, selanjutnya ada untaian do'a yang indah dan menyentuh hati.

Alisha perlahan mendekat, mencium tangan Askar, kini statusnya sudah berubah. Askar pula memberanikan dirinya untuk mengecup kening Alisha. Dan terdengarlah sorak-sorai dari Aidan dan Reno. Askar memang mengundang teman-teman dekatnya.

Setelah semua proses telah terjalan kan, Davina dan Riska mendekati Alisha. Di mulai dengan Davina yang memeluk Alisha.

"Aku masih enggak nyangka banget sebenernya kalo kamu nikah, Sha. Apalagi kamu nikah sama 'anak SMA yang kita jumpa waktu di restoran'," Davina mengusap air matanya yang mengalir. Sementara Alisha sedikit kaget kenapa Davina membuka kartu."Kamu jangan lupain aku ya, kamu harus tetep main-main sama aku."

"Iya-iya aku enggak bakalan lupain kamu kok. Emangnya aku mau kemana sih? Kan aku masih tinggal di sini." Alisha mengusap pelan punggung Davina.

Berbeda dengan Davina, Riska menatap Askar tajam. "Temen gue jangan lo sakiti, liat aja kalo lo sakiti nanti." ucap Riska, perempuan itu memang begitu jika berbicara dengan laki-laki menggunakan kata lo-gue.

Askar sempat terkaget, ia tidak menyangka bahwa Alisha mempunyai teman yang seperti ini. Askar kira semua teman Alisha itu kalem dan lemah lembut. Sepertinya Askar akan bilang ke Aidan karena Riska bukan orang yang seperti ia pikirkan. Walaupun sebenarnya Askar tidak tahu Aidan bercanda atau benar-benar menyukai Riska.

"Tenang aja, Kak. Aku bakal jagain temen Kakak, aku rela mati kok demi temen Kakak." ujar Askar.

***

Alisha dan Askar berdiri sambil menjabat tamu-tamu yang datang ke acara pernikahan mereka. Terhitung sudah sepuluh jam mereka berdiri disini. Walaupun sempat beristirahat dan mengganti pakaian, tetapi bukankah itu juga melelahkan?

Askar melihat Alisha yang terduduk sambil memegang tumit kaki nya. Askar khawatir, pasalnya bagian itu tergores dan mengeluarkan cairan bewarna merah. Askar duduk lebih dekat dengan Alisha dan memegang tumit perempuan itu dengan hati-hati.

"Kenapa tetep Kakak pake?"

Alisha hanya bisa tersenyum. "Banyak yang bilang ini sekali dalam seumur hidup, Kar. Aku mau karena aku memang pengen make nya." jelas Alisha.

Alisha memakai high heels yang sebelumnya tidak pernah ia pakai. Jika ia pergi keluar ia selalu memakai sepatu bertali ataupun flat shoes. Memang Alisha bisa memakai high heels kapanpun dan di manapun ia mau, tetapi ia bisa saja keduluan dengan kematiannya.

"Kita masuk ke kamar aja ya, Kak? Udah mau isya juga, gak papa kalo kita udah gak di sini lagi." ajak Askar yang masih khawatir dengan Alisha.

Alisha memilih untuk mengiyakan ucapan Askar. Lagipula ia memang sudah lelah.

Askar meminta izin terlebih dahulu dengan orang tuanya dan juga orang tua Alisha yang sekarang menjadi orang tuanya juga.

Dari Askar Untuk Alisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang