IMMORTAL QING #1FANTASI (END)

Part 29

Wanita itu mematap sinis pada Felya, berbeda jika dia menatap Lucas, penuh cinta. Felya tak menyukai wanita didepannya ini, aura dia begitu buruk. Begitu juga pria paruh baya yang ada disamping wanita itu, menatapnya dengan senyum palsu yang menjijikan.

"Alpha, senang bertemu dengan anda." Pria itu mengulurkan tangannya dan dibalas Lucas, ia hanya tersenyum kecil yang terlihat dipaksakan.

"Senang bertemu kembali dengan Alpha." Sekarang giliran wanita itu yang berbicara. "Kalau boleh tahu siapa dia?" Wanita itu menatap Felya dengan semyum manis dan ramah.

"Dia, Felya. Mate-ku," ucap Lucas singkat. Senyum wanita itu masih bertahan seolah ucapan Lucas bukan apa-apa, tetapi Felya sebagai wanita mengetahui dalam bahwa wanita itu sedang menahan amarahnya.

"Luna, saya Jordan dan ini putri saya, Merry," ucap pria yang bernama Jordan itu. Felya hanya tersenyum seadanya, tak berniat sedikitpun menjawab ucapan Jordan.

"Oh, pantas saja Alpha dahulu menolak tawaran saya. Maafkan saya Alpha, beberapa hari lalu telah membuat Alpha kesal dengan tawaran yang telah saya berikan." Joshua berucap sesekali melirik Merry, seolah menyatakan bahwa tawaran dahulu berhubungan dengan Merry. Tentu, Felya mengerti apa maksud Joshua, pria itu berbucara terang-terangan dan membuat Lucas murka.

Terlihat Lucas yang mengeratkan pegangannya pada Felya, seolah menumpahkan rasa kesalnya pada Felya. Bukan Lucas tak inhin memberi hukuman pada Joshua, hanya saja ia tak bisa memberikan hukuman tanpa alasan yang jelas. Sudah sedari dulu ia mencari celah kesalahan Joshua, namun tak petnah menemukannya. Joshua selama ini bermain sangat rapih, ia dapat mengetahui semua kejahatan yang telah dilakukan Joshua selama ini dengan gambaran dipikirannya.

Gambaran pikiran adalah sebuah kekuatan yang hanya dimiliki oleh Lucas. Lucas dapat mengetahui masa lalu atau isi pikiran seseorang dengan scan wajah pada mata tajamnya. Namun, kehebatan itu tak bisa ia pakai jika ada sebuah mantra hitam yang melindungi. Atau bisa saja mantra hitam akan memanipulasi gambaran yang ada dipikiran Lucas, sehingga Lucas jarang menggunakan kehebatannya itu.

"Jika saya belum menemukannya, saya juga tetap akan menolak. Anda seorang pemimpin di surau daerah, seharusnya anda dapat menjaga lisan dengan sebuah etika." Lucas berucap begitu datar, membuat siapa saja yang mendengar ucapan Lucas bergidik ngeri menatapnya, begitu juga dengan Joshua dan Merry yang langsung meneguk saliva dengan kasar, mereka begitu takut dengan aura Lucas, ditambah jika Lucas sedang bicara pelan mengandung seribu makna dalam ucapannya.

"Maafkan saya Alpha, jika perkataan saya menyinggung Alpha. Saya bersalah saat ini, saya harap Alpha dapat menerima maaf saya." Joshua menekuk lututnya, hingga posisi ia saat ini berjongkok dengan kepala yang ditunduk. Memang sudah seharusnya, jika seseorang minta maaf kepada Lucas seperti ini, agar mereka tak mendapat hukuman yang berat.

"Tak apa, Joshua. Saya hanya tak ingin anda menuinggung Mate saya. Bagi saya seorang Mate sangat berarti, dan pria harus melindungkan Mate kita sendiri." Merry yang mendengar itu hanya menahan marah dengan menampilakn senyum tipisnya. Ujung bibirmya berkedut ingin mengumpati Felya yang tampak romantis dengan Lucas saat ini. "Begitu juga dengan kau. Bersikaplah sopan, jangan pernah berani menatap Mate-ku dengan tatapan cemooh. Aku bisa memberikan hukuman jika kau melakukannya lagi."

Merry mundur selangkah saat Lucas menunjuka dirinya. Ia tahu tadi ia salah menatap tak sopan pada Felya, padahal sedari tadi Merry telah menyembunyikan rasa kesalnya. Namun, tetap saja tak bisa, seorang Lucas tak bisa dibohongi.

Lucas menyeret Felya, ia tak ingin berhadapan lagi dengan sepsang aak dan ayah itu. Sangat memuakan, mereka terlalu munafik. Lucas berencana, esok hari ia harus mencari celah kesalahan Joshua, agar pria itu bisa turun dari jabatannya.